logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

The plan

Hari ini sama seperti hari-hari kemarin yang dilalui Amy. Gadis itu selalu bangun pagi buta sebelum matahari bersinar cerah dan hangat.
Amy akan berjalan santai menuju rumah sakit sambil menyapa orang-orang yang ditemuinya sepanjang jalan dan membagikan makanan untuk sarapan.
Amy akan mampir sebentar ke sebuah kedai kopi sederhana langganannya, lalu membagikan kopi untuk teman dan sahabatnya. Kemudian dia akan langsung melaksanakan tugasnya.
Dia akan dengan sabar, ramah dan sangat teliti memeriksa, berbincang, memberikan saran atau bercanda kecil dengan pasien-pasiennya.
Semua kegiatan rutinitas itu menghadirkan satu kegembiraan tersendiri di diri Amy. Hatinya serasa begitu gembira, apalagi ada sahabat setianya juga yang selalu saja menemani.
"Jadi pergi besok, Am?"
Claire menghampiri setelah menyapa ramah sahabatnya itu yang telah selesai memeriksa pasien terakhirnya.
"Ya, of course," jawab Amy dengan senyum.
"Dex tetap tidak akan ikut?" tanya Claire ringan.
Amy menatap Claire sedikit lama lalu dengan raut sedih, dia menggeleng dengan mata terpejam menjawab pertanyaan Claire.
"Dia tidak akan ikut?" tanya Claire meyakinkan.
"Tidak. Sudahlah, biarkan saja. Aku malas membahasnya," jawab Amy dengan nada malas.
Ada amarah yang beriak di mata gadis itu. Claire tahu dan sadar akan hal itu, dia mengusap lembut bahu Amy.
"Ya, sudahlah biarkan saja."
Claire mengikuti ucapannya yang membuat Amy tersenyum lebar. Claire terkekeh.
"Ya, biarkan saja apa maunya lelaki itu," Ketus Amy yang ditanggapi tawa renyah Claire.
Claire berjalan ke lemari pendingin. Dia mengambil dua botol minuman isotonik. Lalu memberikannya satu kepada Amy yang langsung meminum isinya.
"Jam berapa kau besok pergi?" tanya Claire sambil duduk di atas ranjang pasien.
"Mungkin setelah sarapan. Semalam Amanda sudah menghubungiku. Dia meminta aku untuk mengambil bagian dalam setiap acara," jawab Amy menerangkan. Dia meneguk lagi minumannya.
"Bukankah memakai Wedding Organizer?" tanya Claire dengan dan mengerung. Amy mengangguk.
Claire kini berpindah ke hadapan Amy. Dia ikut membantu membereskan data pasien yang tadi dibaca Amy.
"Ya, tapi dia ingin pernikahannya itu sempurna dan dia percaya, aku yang bisa menanganinya," Amy menjelaskan dengan senyum.
"Apakah kau mengenal calon suaminya?" tanya Amy sambil tersenyum. Amy kembali mengangguk.
Amy menatap Claire yang sibuk memasukkan kartu data pasien ke tempatnya, lalu segera mengulas senyum lebar.
"Ya, tentu saja. Ben, kakak kelas kami di Sekolah Menengah Atas. Dia itu ketua Osis yang tampan dan baik. Aku sudah tahu jika mereka saling menyukai sejak dulu, tapi Ben baru menyatakannya ketika sudah lulus kuliah," ucap Amy sambil tertawa pelan, dia membayangkan pasangan serasi yang selalu mesra itu. Claire menatap Amy dengan raut wajah tak percaya.
"Lama sekali dia berpikir," ucap Claire ringan, lalu dia ikut tertawa.
Tangan Claire masih sibuk menata kartu data pasien, lalu dia mengurutkannya sesuai abjad dan memasukkan ke kotak yang sudah tersedia.
"Ya, Dia ingin ketika dia menyatakan cintanya, dia sudah mapan karena dia tidak ingin lama menjalin kasih. Dia ingin menikahi Amanda," ujar Amy dengan senyum.
Amy menopang wajahnya. Pikirannya melayang memikirkan senangnya bertemu kedua sahabatnya itu.
Walaupun setiap dia pulang, ada sisi hatinya yang selalu merasa kosong. Itu dikarenakan dia tidak lagi dapat menemui kedua orang tuanya.
Ibu dan ayahnya sudah meninggal beberapa tahun lalu tetapi dia sebenarnya masih bisa menemui wajah-wajah ramah penuh senyum yang lain.
Ada Amanda dan keluarganya yang sudah dia anggap seperti keluarganya sendiri, paman dan bibinya, sepupunya, keponakannya atau teman-teman sekolahnya dan juga yang lainnya.
"Dan Amanda menerimanya?"
Pertanyaan Claire segera saja membuyarkan lamunannya. Wanita itu sedang menatap Amy. Gadis itu segera mengulas senyum manis untuk sekedar menutupi keterkejutannya.
"Tentu saja, dia sudah lama menunggu untuk itu," jawab Amy dengan senyum senang.
"Senang sekali Amanda," ucap Claire ikut senang melihat Amy yang tampak bahagia
"Tentu. Amanda sangat senang sekali, seperti senangnya kau ketika dilamar Fred tentunya," ujar Amy sambil menatap Claire yang berdecak sambil memutar bola matanya, lalu tawa halus wanita itu terdengar. Amy ikut tertawa pelan.
"Lalu apa rencanamu untuk acara pernikahan Amanda?"
Amy menarik napasnya dengan perlahan sebelum menjawab Claire, lalu menghembuskan. Dia segera membuka buku catatannya yang cukup tebal.
"Kau mencatatnya?" tanya Claire dengan mata membulat. Amy mengangguk dengan senyum.
"Biar aku tidak lupa," jawabnya sambil terkekeh.
"Aku akan mewajibkan semua orang datang berpasangan dan..."
"Kau sendiri tidak berpasangan," sela Claire. Amy mencibir dan mengabaikannya. Claire mendengus.
"Lalu bagaimana denganmu, Am?" tanya Claire dengan senyum.
"Mereka harus berdansa. Aku ingin melihat Ben berdansa. Kau tahu, Ben paling malas jika disuruh berdansa," lanjut Amy tenang tanpa menghiraukan pertanyaan Claire tadi.
"Ben tidak bisa berdansa?" Claire sedikit terpekik dengan mata memelotot. Amy mengangguk cepat dengan tawa geli.
"Ya, dia tidak bisa berdansa," Amy menegaskan. Claire ikut tertawa geli.
"Lalu apa lagi, Am?" tanya Claire antusias.
"Aku akan membuat presentasi," jawab Amy tegas.
"Presentasi, maksudnya? Ingat Am, ini acara pernikahan bukan seminar," ucap Claire dengan nada protes.
Claire menatap galak Amy. Gadis itu malah terkekeh. Tangannya memukul pelan lengan sahabatnya itu.
"Maksudku, presentasi kisah cinta mereka, Claire. Menampilkan foto-foto mereka dari awal sekolah dulu sampai sehari sebelum menikah," jelas Amy sambil menatap Claire.
Claire mengangguk mengerti. Amy bangkit dari duduknya, lalu dia membereskan tasnya. Kemudian menggantung jas snelli putihnya.
Amy terlihat bersiap untuk pulang, dia melangkah ringan dan Claire mengikuti Amy yang berjalan keluar ruangan.
"Ada rencana lainnya Am?" tanya Claire yang kini menjajari langkah Amy.
"Aku juga akan meminta beberapa orang bernyanyi atau menari. Aku akan membuat pernikahannya tak terlupakan. Bahkan sahabat-sahabat Ben, mereka sudah menyiapkan tarian," ujar Amy menjelaskan.
Claire tertawa geli. Begitu juga Amy. Mereka merasa sedikit geli membayangkan beberapa lelaki gagah dengan memakai jas dan dasi menari di acara pernikahan.
"Okay, Am. Selamat berlibur. Hati-hati di jalan. Aku harus ke Cafetaria. Fred menungguku disana," ucap Claire, ketika mereka sampai di persimpangan.
"Thank you. See you, Claire. Salam untuk Fred," Balas Amy.
Mereka saling berangkulan hangat sebentar, sebelum berpisah ke arah yang berlawanan. Kemudian mereka saling melambaikan dengan senyum.
Amy mengayun langkahnya dengan tenang menuju ke luar gedung rumah sakit besar itu. Tempat yang akan ditinggalkannya beberapa hari ke depan dan tempat yang akan dirindukannya.

Komento sa Aklat (163)

  • avatar
    Aninar Naya

    novel nya sangat bagus

    11/02

      0
  • avatar
    RfqhRatu

    bagussss bangettt

    09/02

      0
  • avatar
    Mutiara SidikFiska

    best novel

    04/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata