logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

The Doctor

Amy Clint, seorang dokter muda yang cantik, baik, ramah dan super sibuk. Hampir setiap hari dalam kehidupannya, dia dedikasikan untuk mengurusi penyakit, pengobatan, gizi dan tumbuh kembang anak.
Dia adalah dokter specialis anak yang handal. Keramahan dan juga kelembutannya memang pantas membuatnya disenangi setiap pasien-pasien lucu dan mungilnya.
Kesibukannya sebagai dokter specialis anak atau ahli pediatri membuatnya ingin selalu fokus pada kesehatan fisik, mentalitas, emosional, tumbuh kembang, dan juga sosial anak-anak.
Dia terus mencari berbagai sumber atau penelitian untuk kesehatan anak-anak, lalu mendiagnosanya dengan teliti serta mengevaluasi tumbuh kembang anak.
Dia sampai melupakan apa itu hari libur. Dia tidak pernah pergi di saat weekend atau hari libur atau juga hari besar. Dia akan selalu mencari kesibukan untuk tidak berdiam diri.
Selesai dengan tugas di rumah sakit, Dia akan melanjutkan kegiatannya di tempat prakteknya. Lalu dia juga akan mengunjungi panti asuhan atau rumah penampungan anak.
Semua dia lakukan karena dia merasa begitu bertanggung jawab atas sumpah jabatannya sebagai seorang dokter anak. Dia juga tidak akan segan untuk pergi kapan pun, jika saja ada yang membutuhkannya.
"Hei, sudah selesai untuk hari ini, dok. Pasien-pasien kecilmu sudah pulang semua. Kau belum pulang?"
Claire menghampiri Amy, yang masih saja asyik berkutet dengan lembar-lembar data pasiennya yang bertumpuk di meja. Gadis itu tidak menjawab.
"Betah sekali kau berkutet dengan kertas-kertas itu, sudahlah pulang. Kau pasti sudah lelah," Saran Claire yang ditanggapi tawa ringan gadis itu.
"Aku akan ambil cuti minggu depan, jadi harus aku pastikan semua beres dan aman. Aku akan pulang," jawabnya pelan dengan tatapan tetap ke lembar data pasien.
"Kau memutuskan jadi pulang untuk menghadiri pernikahan sahabat kecilmu itu, dok?" tanya Claire antusias dan wanita itu mengambil kursi, lalu duduk dihadapan dokter itu, dia menatap gadis itu seolah tak percaya. Matanya menatap lekat seolah meminta jawaban.
"Ya, tentu. Aku akan pulang," jawabnya singkat dengan senyum. Claire menatap Amy dengan senyum senang.
"Ya, pergilah. Aku senang mendengarnya karena sudah lama dokter tidak mengambil cuti," ucap Claire masih dengan nada antusias. Amy tertawa pelan mendengarnya.
"Kau terlihat senang sekali aku akan cuti. Kau sudah bosan ternyata, menemaniku di sini setiap hari," cetus Amy dengan wajah sedikit cemberut. Claire dian menatapnya.
Amy memandangi Claire yang terlihat jadi salah tingkah. Wanita itu menatapnya dengan tatapan merasa bersalah.
"Eh, bukan begitu. Tidak seperti itu, dok. Aku hanya merasa kalau dokter itu butuh sedikit waktu untuk rehat," ungkap Claire sambil mengulas senyum canggung.
Amy balas tersenyum manis. Dia menatap Claire dengan tatapan teduh, dia mengangguk samar.
"Ya, aku rasa begitu. Terima kasih, Claire. Kau sahabat terbaikku," ucapnya tulus dengan senyum.
Claire menatap Amy dengan pandangan penuh kasih. Senyum wanita yang usianya tiga tahun di atas Amy itu terkembang.
"Aku menyayangimu, Amy. Kau juga sahabat terbaikku," ucap Claire tulus.
"Apa Dex akan ikut?" tanya Claire kemudian. Amy mengangkat bahunya ringan.
"Dex, entahlah. Kau tahu bukan, dia itu sangat super sibuk tetapi rencananya nanti malam kami akan ketemu. Mungkin kami akan Dinner," jawab Amy datar.
"Kekasihmu itu, Am. Selalu saja sibuk. Lalu, kapan ada waktu untukmu. Jangankan berlibur bersama, hanya sekedar menjemput saja tidak pernah," gerutu Claire kesal. Amy tak menjawab, dia hanya menatapnya sambil menghela napasnya.
Claire menatap Amy yang sedang memandangnya juga. Claire biasa merubah panggilannya kepada Amy jika sudah tidak ada pasien atau pun rekan kerja mereka.
Mereka sudah bersahabat selama hampir lima tahun ini. Sejak awal Amy bertugas di rumah sakit itu, Claire yang menjadi teman pertamanya.
"Aku juga sibuk, Claire," ucap Amy tenang.
"Ya, aku tahu. Tapi, setidaknya ada waktu sedikit untuk kekasihnya. Untukmu, Am. Kalau aku pikir, kau lebih baik memikirkan tawaran dokter Martin," ucap Claire dengan senyum menggoda.
Claire menyebutkan nama dokter Martin, dokter bedah toraks dan kardiovaskular itu memang terus terang mendekati Amy dan menginginkannya tetapi Amy selalu saja tidak menghiraukannya.
"Claire, cukup. Kau jangan mulai lagi. Kenapa jadi menyasar ke dokter Martin segala?" ucap Amy ketus. Gadis itu menatap Claire galak. Mata Amy yang bermanik amber nan cantik itu membulat.
"Kenapa? Aku hanya ingin melihat kau bahagia, itu saja,: ujar Claire tenang. Claire menentang tatapan Amy. Gadis itu diam, lalu menunduk kesal.
"Aku selama ini bahagia, Claire. Setiap melihat pasienku sembuh dan tertawa ceria, aku bahagia," ucapnya lirih, sambil membuang pandangannya.
"No, dear. Kau bohong!" Claire menyangkalnya, dia menggeleng tegas.
"Hei, Claire. Come on," Amy menatap Claire lekat. Kedua tangannya terangkat.
"No, tidak ada cinta di matamu itu, Amy sayang. Aku ini sahabatmu, aku tahu itu. Kau sebenarnya lelah dan butuh seseorang untuk bersandar," ujar Claire telak. Claire mengusap perlahan bahu Amy. Gadis itu tertunduk.
"Aku punya dirimu," ucapnya pelan sambil dia menengadahkan wajahnya. Claire menatapnya kesal. Dia berdecak. Wajahnya memberengut.
"Bukan seperti itu, Amy. Kau butuh kekasih, Am. Seseorang yang akan selalu memperhatikan dan ada untukmu,"
"Ya, ya. Claire, aku mengerti. Sudahlah jangan jadi cemberut begitu, nanti kalau wajahmu keriput kau harus bertemu dokter Mason," Claire memelototkan matanya, mendengar ucapan Amy.
"Dokter estetika yang ganteng itu. Ehm, aku akan dengan senang hati menjadi pasiennya walaupun wajahku tidak keriput."
Claire tertawa pelan, mengiringi ucapannya. Amy memukul lengan sahabatnya itu dan ikut tertawa.
"Dan kau akan dibunuh Fred." Tegas Amy. Claire membulatkan matanya.
"Ya Tuhan, Am. Kenapa kau mengingatkan, bahwa aku sudah bersuami."
Mereka tergelak bersama. Claire selalu bisa membuat moodnya kembali. Claire yang selalu menghadirkan tawa di hari-hari sibuk Amy.
Claire juga yang dengan sabar akan mendengarkan keluh kesahnya. Tentang kekesalannya akan kesibukan dan ambisi Dex untuk menjadi orang yang paling sukses di bisnisnya.
Claire sahabat terbaiknya. Orang yang selalu ada untuknya dan mau mendengarkannya. Amy sangat bersyukur memiliki Claire.
"Thank you, Claire," ucapnya tulus.
Amy menatap Claire dengan mata berkaca-kaca. Dia merentangkan tangannya. Claire tersenyum menyambutnya.
"For everything." Lirih Amy sepenuh hati. Claire mengangguk.
Mereka tersenyum tulus dan kemudian saling berpelukan. Ada kehangatan yang tercipta dari dua wanita yang bersahabat itu.

Komento sa Aklat (163)

  • avatar
    Aninar Naya

    novel nya sangat bagus

    11/02

      0
  • avatar
    RfqhRatu

    bagussss bangettt

    09/02

      0
  • avatar
    Mutiara SidikFiska

    best novel

    04/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata