logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Terkejut

Aku menghela nafas mengingat itu semua. Bagiku itu adalah peristiwa yang amat sangat berharga. Aku mempunyai kekasih yang mapan, tinggi, berwawasan dan bonus tampan.
Aku bahkan di puja dan di puji oleh teman-temanku. Karena mereka juga ingin memiliki kekasih seperti Mas Rendra. Kata mereka aku sangat beruntung.
Aku masih ingat perkataan Mina teman pengabdianku.
"Rin kalau saja aku tidak punya pacar, cowok Mas Rendra ini yang akan aku kejar. Jadi kamu sangat beruntung jika Mas Rendra memilih kamu. Jangan pernah kamu lepaskan!" ucapnya kala itu.
Mendengar kalimat dari Mina aku senyum-senyum sendiri. Bahkan sampai detik inipun tetap sama. Namun kenapa akhir-akhir ini hatiku seolah di kelilingi Nebula. Banyak awan hitam dan pekat. Kenapa juga akhir-akhir ini aku menjadi sangat menderita dan takut kehilangan Mas Rendra.
"Mas Rendra milikku, aku harus terus bersamanya," ucapku dalam hati kecil.
"Dunia tiada arti jika tidak bersama Mas Rendra titik," imbuhku.
Aku lalu memejamkan mata namun aku tidak bisa tidur. Ada suara ketukan pintu. Rupanya suara ibuku memanggil. Aku terkejut karena ibu menemui di kos. Padahal acara syukuran keluarga masih besok dan aku akan berangkat pagi-pagi sekali naik motor. Karena antara kos dan rumah hanya berjarak 30 menit.
"Rin Rinaa ini ibu Nak," ucap ibuku.
Aku langsung membuka pintu.
"Iya ibu," jawabku sambil langsung memeluknya. Aku kemudian mencium tanganya. Mencium kening dan pipinya. Pokoknya aku sangat senang sekali.
Ibu juga membawakan makanan kesukaanku yaitu kebab. Aku langsung memakannya dengan lahap. Ibu mengecek semua yang ada di kamarku. Ibu selalu membelikan apa yang kurang dan selebihnya ia akan menata di beberapa sudut kamar.
"Ibu istirahat aja, kesini naik apa? Ayahkan sedang sakit?" tanyaku penasaran.
"Ibu di antarkan calon mantu," ucap ibuku sambil tersenyum. Entah ucapanya itu benar atau tidak yang jelas mampu mengusikku.
"Hah," spontan aku sangat kaget sekali tak pernah aku bayangkan. Kebab yang aku makan jatuh ke lantai. Aku jadi salah tingkah karena khawatir. Pasalnya ibu belum tahu soal Mas Rendra.
"Ya ampun Rina, makannya hati-hati," ucap ibuku.
"Rina cuma kaget aja Bu," jawabku.
"Tidak-tidak ibu bercanda," ungkap ibuku sambil tersenyum.
"Ah kirain beneran," lirihku dalam hati.
"Kamu makan yang lain. Kebabnya ibu bersihkan dulu," tutur ibuku sambil memungut kebab kotor.
"Jangan Bu, biar Rina saja," tolakku.
"Sudah tidak apa-apa. Kamukan capek habis wisuda," ucapnya sambil memungut kebab di lantai. Ibuku langsung menaruh keban yang jatuh itu ke keranjang sampah.
Kemudian menyuruhku untuk balik badan. Ia ingin memberiku pijatan. Aku sodorkan badanku dengan senang hati. Tentu aku sangat bersyukur memiliki ibu seperti ini. Ia lalu memijatku perlahan. Ia sangat tahu jika anaknya capek sekali. Ini waktu yang sangat pas.
Biasanya jika sudah seperti ini maka ibu akan mengajakku berkomunikasi. Entah hal-hal yang kecil atau saling bercerita. Karena aku sangat hafal. Beliau akan menasehatiku dengan baik pula.
"Rin..Ibu mau menjemputmu hari ini dan kamu tidak perlu naik motor," ucapnya padaku.
"Baik Bu apa sih yang tidak buat ibu," kataku dengan senang.
Namun aku masih tetap penasaran karena candaan ibu tadi. Lagipula ia juga belum menjawab dengan pasti perihal ia bersama siapa mengunjungiku.
Pasalnya ibu tadi di acara wisudaku tidak datang karena penyakit jantung ayah kambuh.
"Ayahmu juga sudah pulang, maaf kami tidak bisa menghadiri hari yang bersejarah untukmu. Padahal tinggal 1 menit saja kita berangkat. Tetapi situasinya malah berbeda," ungkap ibu dengan wajah sedih.
"Sangat disayangkan," imbuhnya lagi
"Tidak apa-apa ibu, lagian ayahkan butuh ditangani di rumah sakit secepatnya jadi wajar. Ibu juga tidak merencanakan dan itu dadakan. Memang Ibu dan ayah sudah bersiap menghadiri acara wisudaku tapi semuakan lagi panik. Jadi buat Rina itu sudah tak masalah," ucapku menenangkan Ibu dengan baik.
Ibuku merasa tenang sekarang. Akupun bersiap-siap untuk pulang kerumah. Aku merapikan kamar dan pamit ke ibu kos serta teman-teman yang ada.
Ketika aku keluar dari pagar. Aku merasa. Ternyata sudah ada mobil alphard warna hitam di depan kos dan teman-teman semua pada melihat. Mereka tampak penasaran sama sepertiku. Ibuku yang tadinya berjalan di sampingku kini mendahului.
Biasanya kalau tidak di antar ayah pasti ibu akan memesan taksi. Namun tafsiranku salah. Ibu sedang menghampiri mobil alpard itu dengan santai. Wajah sang supir tidak kelihatan. Akhirnya aku melangkah menyusul ibu.
Tepat di hadapanku ibu sedang berdiri bersama sekrang laki-laki muda. Aku terkejut sekaligus cemas. Siapa laki-laki itu? Dan ada urusan apa ibu denganya? Aku bertanya-tanya dalam batin kecilku. Ibuku barusan tersenyum dan aku merasa ada sesuatu.
"Rin sini!! panggil ibuku dengan wajah bahagia. Aku semakin bertanya-tanya.
"Aku berjalan mendekatinya dan laki-laki muda itu memandangku. Aku bersikap biasa saja. Seperti tidak sedang di perhatikan.
"Rin kenalin ini Gilang," ucap ibuku sambil memperkenalkan laki-laki itu.
"Aku Gilang," ucapnya padaku.
Aku mulai cemas dan kepikiran. Pasti ada sesuatu di balik ini semua.
"Rina," jawabku sambil menyalaminya.
Gilang lantas tersenyum padaku. Aku tidak menggubrisnya. Lagipula dia siapa? aku tidak tahu tujuanya dan aku hanya pura-pura ramah saja.
Lalu ibu menyuruhku masuk ke dalam mobil. Aku menurutinya. Mobil melenggang pergi. Gilang duduk di depan menyupiri kami. Ibu dan aku berada di kursi bagian dua.
Aku hanya diam sambil melihat dari kaca mobil. Aku sedang membayangkan Mas Rendra. Rasanya sangat rindu melihat wajahnya. Apalagi jika mengingat senyuman yang indah itu membuatku selalu semangat.
Aku terus-terusan memikirkan Mas Rendra. Apakah ini yang dinamakan mencintai lebih dulu? Pasalnya Mas Rendra justru santai-santai saja. Ia memang kekasihku tetapi rohnya tidak ada.
Aku memang sedikit khawatir dari dulu. Aku yang jauh dari paras kecantikan paling menawan, bisa disukai oleh Mas Rendra. Ataukah ia bilang suka padaku karena hanya mengisi kekosongan. Aku tidak tahu persisnya. Mas Rendra sangat sulit untuk terbuka.
Aku hanya ingin kejelasan bukan mengambang. Aku bahkan rela jika Mas Rendra jujur atau memiliki kekasih yang lain. Lebih baik terus terang dari pada aku merasakan kegelisahan. Karena berjalan tanpa tujuan seolah kehilangan arah.
Aku mencintai namun belum tentu dicintai balik. Dan itu rasanya sangat sakit. Ngakunya cinta tapi tidak ada rasa. Terbesit pertanyaan terburuk dalam batinku. Apakah Mas Rendra memacariku hanya dijadikan sebagai jembatan atau mengisi kekosongan? Kok rasanya semakin hari semakin hampa.
Aku semakin kalut. Ingin rasanya menyendiri dan menangis. Karena hidupku seolah tanpa kepastian.
"Andai Mas Rendra tidak sibuk tesis pasti aku sudah diprioritaskan," gumamku dalam hati.

Komento sa Aklat (470)

  • avatar
    KilauKaysan

    baik

    6d

      0
  • avatar
    PramadhaniAlya

    10000 sama aku

    14d

      0
  • avatar
    Anisa Syafana Kalimantana

    ☺️keren

    23d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata