logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Mengalahkan Trauma 2

"Kamu siapanya sih? Aku nggak butuh komentar kamu!" Desainer itu mulai Jutek menjawab karin.
'Apa-apaan sih ini, kok malah dia dapet job? Ah kesel!' Karin menggerutu kesal.
Di atas panggung itu, Fulfi meneteskan air mata tapi tetap mempertahankan senyumanya.
' Fulfi kamu harus kuat, tinggal sedikit lagi.' Fulfi mencoba memberi semangat dirinya sendiri.
" Bu, Fulfi memang berbakat jadi model. Dia begitu keren di atas panggung." komentar kak Janet sambil ikut bertepuk tangan.
" Aku sangat salut dengan anak itu. Dia mampu bangkit dari kesulitannya dan semangatnya sangat luar biasa." komentar bu heny.
Fulfi selesai untuk berjalan di catwalk dan menuju kebelakang panggung. Betapa terkejutnya dia melihat suasana panggung berubah menjadi sangat horor. Semua mata para model melihatnya dan seperti tidak terima. Waktu itu Bu Heny dan kak Janet juga staff rias sedang tidak ada di tempat.
Tiba-tiba tiga orang dari mereka dengan kasar menarik Fulfi masuk ke ruang ganti. Membuka pakaian itu secara paksa dan menghakiminya.
"Jangan harap kamu bisa kembali menjadi model lagi!" salah seorang dari mereka menjambak rambutnya.
"Aww! Sakit! Maafkan aku, aku hanya model pengganti. Tidak mungkin kembali lagi." Fulfi mengerang kesakitan.
Fulfi ditelanjangi di ruang ganti
"Ini aku beri kamu cindera mata biar kamu nggak bisa kembali menjadi model lagi!" Dita sang model itu mengambil penggaris besi dan memukul punggungnya dengan sangat tidak manusiawi.
"Aww, sakit! Ampun! Jangan! Tolong! Sangat sakit!Berhenti!" Fulfi masih mengerang dan meronta sampai akhirnya mereka berhenti dan menguncinya di kamar ganti.
Fulfi merasakan sakit di punggungnya dan punggungnya terluka cukup parah. Darah segar mengalir dari balik punggungnya, Fulfi menangis sejadi-jadinya tidak lama kemudian Fulfi pingsan.
Kak Janet dan Bu Heny kebingungan karena ruang rias sudah sepi.
"Bu, Fulfi kemana ya?" tanya Kak Janet.
"Aneh, dia kan tinggal menerima gaji nggak mungkin kan dia pulang?" tambah kak Janet lagi.
" Iya ya Net, coba kita ke kantor security buat melihat CCTV. Mungkin pak Security bisa bantu!" ucap Bu Heny memberikan Ide.
"Ya udah bu, coba kita ke sana!"
Kak Janet dan Bu Heny pergi ke kantor Security. Mereka mencoba melihat CCTV dan mencari keberadaan Fulfi. Tiba-tiba Security melihat kejanggalan karena ada satu kamera yang tidak muncul di CCTV dan hanya terlihat gelap.
"Bu, saya curiga dengan satu kamera ini. Kok warnanya hitam? sepertinya ada yang sengaja menutupinya. Saya ingat ini kamera di ruang ganti. Coba kita cek kesana!" komentar pak Security.
Mereka bertiga menuju ke Ruang ganti, mereka cukup terkejut melihat Fulfi tergolek lemas tanpa busana dan terluka parah dan Kamera CCTV sengaja di tutup dengan lakban. Kak Janet mencari kain untuk menutupi tubuhnya lalu memeluknya.
"Fi, bangun! Fi jangan membuatku takut!" kak Janet terus memeluk Fulfi yang tidak sadarkan diri.
"Pak tolong! Panggilkan ambulan sekarang juga!" kata bu Heny Panik.
Sepuluh menit kemudian ambulan datang. Petugas medis mengangkat tubuh Fulfi dengan tandu dan mereka semua berangkat ke rumah sakit.
"Fi, siapa orang yang tega melakukan hal ini kepadamu?Tolong cepatlah sadar!" Kak Janet menangis di samping Fulfi yang berada di dalam ambulan.
" Fi, bertahan ya Fi!" kata bu Heny.
Bu Heny menelpon keluarga fulfi melalui handphonenya. Mbak Galdin terkejut mendengar hal itu. Mereka sekeluarga segera menuju ke rumah sakit.
Fulfi ditangani di IGD, lukanya di bersihkan dan di balut perban. Punggung Fulfi penuh dengan luka memar dan goresan-goresan yang cukup dalam.
Keluarga Fulfi sudah sampai di rumah sakit dan menunggu juga di depan ruang IGD.
Setengah jam kemudian dokter keluar dari ruangan IGD.
"Dokter bagaimana dengan adik saya dok?" kata mbak Galdin cukup panik.
"Adik anda sudah baik-baik saja, sekarang sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat tapi sampai detik ini adek anda belum sadar juga. Saya sudah melihat, tidak ada benturan sama sekali di kepalanya. Saya rasa dia hanya syok saja." jelas Dokter itu.
"Terimakasih Dok." kata Mbak Galdin.
Beberapa menit kemudian Fulfi di pindahkan ke ruang rawat. Kak Janet, Bu Heny serta keluarga Fulfi menunggunya sadar.
Dua jam kemudian.
Fulfi membuka matanya dan melihat banyak orang menunggu disampingnya. Matanya masih berat dan kepalanya sangat pusing, punggungnya terasa perih dan sangat sakit.
"Kak aku dimana?" tanya Fulfi kepada Kak Janet.
"Kamu di rumah sakit Fi." jawab kak Janet.
"Sayang bagaimana masih sakit? Bilang sama mbak kalau masih sakit?" tanya mbak Galdin begitu khawatir.
"Nggak papa kok mbak bentar lagi juga Fulfi sembuh." kata Fulfi menenangkan semua yang ada di ruangan itu sambil menahan sakit.
"Mbak aku ingin mencium Adi!" ucap Fulfi.
mbak Galdin langsung mengabulkannya.
"Maaf ya mbak, punggungku masih sakit. Sepertinya aku masih sulit menggendong Adi." Jelas Fulfi kepada mbak Galdin.
"Sudah jangan berbicara lagi. Istirahatlah! Adi akan selalu aman bersamaku." Kata mbak Galdin masih menimang Adi.
"Apakah dia anakmu Fi?" tanya Bu Heny.
"Iya bu, dia anakku.Namanya Adi." Fulfi mencoba memperkenalkan anaknya.
"Anakmu lucu sekali."Komentar mbak Galdin.
"Iya kak, makasih" ucap Fulfi masih menahan rasa sakit.
"Sayang siapa yang tega melakukan semua ini kepadamu?" tanya Mbak Galdin sembari membelai rambut Fulfi.
"Salah satu dari ketiga orang itu yang ku ingat namanya Dita, jika aku punya uang mbak aku ingin sekali menuntut orang-orang itu. Dan aku juga ingin tahu siapa yang menyebabkan aku di perkosa waktu itu. Aku curiga salah satunya dari mereka. Agensi itu sangat mengerikan buatku mbak." jelas Fulfi sambil meneteskan air mata lalu mengusapnya lagi.
"Maafkan aku Fi,maaf! aku yang memaksamu untuk naik ke atas panggung Fi. Mungkin kalau kamu nggak naik, kejadiannya pasti tidak akan seperti ini. Aku sudah melaporkan hal ini ke Polisi. Aku akan bantu menyelidiki siapa saja yang terlibat karena mereka menutup CCTV waktu itu pakai lakban jadi tidak ada barang bukti." jelas kak Janet merasa bersalah.
Fulfi meraih tangan Kak Janet di sampingnya.

Komento sa Aklat (93)

  • avatar
    WahidaIdha

    bagus ceritanya.. sampai nangis terseduh seduh... terima kasih penulis, sudah mengingatkan untuk bersyukur, bangkit dan berjuang..

    06/03/2022

      4
  • avatar
    NashihMuhammad

    tetap semangat

    2h

      0
  • avatar
    Edwar Syalom Sangka

    menarik

    7d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata