logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

7. Deritamu Deritaku

Semua deritamu akan menusuk tajam jantungku.
Jadi tolong... Jangan menderita.
Aku tak tahan.
*****
Senin pagi giliran Ember yang mengamati lebih dulu, Ember menutupi kepalanya dengan topi, dan memakai ranselnya di bagian depan.
Ember mengamati keadaan di sekitar pintu gerbang, Ember tersenyum smirk saat melihat Rivat sedang mengobrol dengan pak satpam penjaga sekolah, Ember mempercepat langkahnya lalu mengirim pesan ke Rania.
"911, warning ada kak Rivat di gerbang, hari ini lo nyerah aja, sebentar lagi upacara bendera"
"Gak bosan-bosan rupanya si muka tabung itu" gerutu Rania yang mengintip ke gerbang sekolah nya.
"Kalau saja hari ini gak ada mid semester aku lebih milih pulang! " cukup lama Rania menunggu.
Heru dengan semangat berdiri di depan pintu masuk lokal sepuluh, mengamati dengan tajam.
"Ketiga temannya sudah lewat, target terjebak di luar pagar" Rivat tersenyum puas saat membaca pesan dari Heru.
'Rania... kali ini kau tak bisa kabur'
"Teet... Teet... Teet... "
"Ya Allah... bunyi bell, ayo Rivat Irham menyingkirlah dari situ" Rania makin panik, karena di sekolahnya terlambat sepuluh menit dari bunyi bell dianggap telat, dan bapak kepala sekolah yang tiap pagi keliling tidak mau menerima alasan apapun.
Sepuluh menit berlalu, Rivat masih asyik mengobol dengan pak satpam.
" Pak, tolong giring siswa telat ke tengah lapangan ya, biar di jemur"
Rivat tersenyum puas dan meninggalkan pak satpam.
Rania berjalan terpincang - pincang ke arah gerbang.
"Oh astaga... " Ucap Rania saat mengetahui pagar sudah di kunci.
"Pak... pak... Tolong izinkan saya masuk ya, please!" Mohon Rania pada pak satpam, "tolong... "
"Ya, kamu boleh masuk tapi berdiri di tengah lapangan" ucap pak satpam tegas.
Rania melotot sempurna, dijemur di lapangan adalah hukuman untuk siswa telat, tidak hanya pada hari senin tapi untuk hari lainnya juga.
'Awas kau Rivat Irham, kau mau bermain - main denganku rupanya' batin Rania.
"Ya, baiklah, tp jalannya pelan-pelan ya pak, kaki ku sakit. " desah Rania pelan.
Rania berjalan sangat lambat dengan terpincang-pincang, diam - diam Rivat mengamatinya dari jauh.
'Kenapa kamu, Ra... ! ' akhirnya Rivat keluar dari persembunyian nya menghampiri Rania.
"Kaki mu kenapa Ra? " tanya Rivat penuh kekhawatiran, setelah meminta pak satpam kembali ke poskonya. "Habis jatoh? "
Rania sangat terkejut melihat Rivat di depannya, 'inilah akhir dari segalanya, aku terciiiduk...' segera Rania menampilkan wajah sendu.
"Terkilir"
"Apa sakit?
" Sangat sakit, rasanya aku mau menangis" lirih Rania sangan lembut. Menambah perih di hati Rivat.
"Sini kakak bawakan tas mu" Rivat melepaskan ransel Rania dengan separuh memaksa, "apa mau dipapah jalannya? "
"Tidak perlu kakak, aku masih bisa jalan walau pelan".
" Ayo kita ke UKS. " Rivat berdiri di depan Rania menghalangi, ikut aku. "
Rania tersenyum kecil, lalu mengikuti Rivat,
'Oh... Senyumnya' jantung Rivat serasa mau keluar dari dadanya.
"Hei...! Kalian berdua"  Suara pak Herndrawan terdengar jelas saat mereka sudah di dekat ruang UKS . Rivat dan Rania menoleh kaget. " Upacara sudah di mulai jadi... "
"Saya yang telat pak! " ucap Rivat tiba-tiba. Rivat tak bisa membela dirinya karena memang dia belum ada di barisan upacara, masih menggendong ranselnya dan menenteng ransel Rania.
"Rania... Dia sakit, makanya saya antar ke UKS"
"Oh... kan bisa diantar satpam! Perhatian sekali. " ucap pak Hendrawan menatap curiga. " Baiklah ketua OSIS, silakan berdiri di tengah lapangan. "
"Baik pak ! " Jawab Rivat dengan tegas.
"Ra , Kamu istirahat di dalam ya, setelah upacara kakak akan mengantarmu ke kelas" , Rivat meletakkan tas nya dan tas Rania di dalam ruang UKS, lalu dengan gagah berani berdiri di lapangan upacara.
'Bodoh... Kau makan jebakan mu sendri Rivat Irham' batin Rania puas.
"Paman lihat tadi jalan mu pincang,  rasanya tadi pagi baik-baik saja? " tanya pak Hendrawan. "Kau sedang...? "
"Tadi aku menipu pak satpam agar dia membukakan pagar, paman! " Rania terkekeh.
"Dan tampaknya ada orang lain yang ikut tertipu, paman tau Rivat tak pernah datang terlambat dia murid yang sangat disiplin, dia mengkhawatirkanmu. "
Rania terdiam mendengar ucapan pamanya, 'tapi... bukan kah ini ulahnya sendiri, dia harus menikmati perangkap yang dia ciptakan sendiri'
"Kasihan sekali Rivat, kulitnya nanti menghitam karena matahari sangat terik" Pak Hendrawan melirik sebentar ke Rania.
"Aisdah... " gerutu Rania saat menatap Rivat yang berdiri di tengah lapangan sendirian. Ada bagian hatinya yang tak tahan melihat Rivat seperti itu. Tanpa permisi dengan pak Hendrawan, Rania langsung saja berjalan ketengah lapangan dan berdiri di sebelah Rivat.
"Dasar ABG" Pak Hendrawan hanya tersenyum.
Rivat kaget saat Rania berjalan menghampirinya dengan langkah terpincang-pincang dan berdiri di sebelahnya.
"Ra! Kenapa ikut kesini? kau seharusnya istirahat, nanti kamu kepanasan. " Ucap Rivat dengan suara yang amat pelan.
'Ah... Kakak, kau selalu mencemaskan ku, padahal aku selalu jahat padamu, ma'afkan aku' Rania bermonolog dalam hatinya.
"Aku tak akan membiarkan mu menderita sendirian, kakak! " jawab Rania tanpa menatap Rivat.
Ada desiran halus di hati Rivat saat mendengar ucapan Rania.
"Ku harap kau tak menyesal karena tugas selanjutnya membersihkan toilet selama seminggu. "
"Tak apa asal bersamamu"
'Yesss...! 'Batin Rivat kegirangan, jika saja dia tidak sedang di hukum di tengah lapangan dia pasti sudah loncat-loncat.
Dag... Dig... Dug...
Irama jantung Rivat mulai tak beraturan.
"Apa kau sedang menggodaku? "
Rania diam saja tak menjawab dia hanya tersenyum kecil, dan Rivat melihat senyum itu sekilas.
Rivat senyum-senyum sendiri walau samar.
'Tuhan...! tolong hentikan waktu aku ingin bersanya lebih lama, tak apa walau dijemur. '
---------
Flashback on
Rivat pov
Heru datang pagi-pagi sekali ke rumah Rivat karena pesan dari Rivat semalam.
"Hari ini kita harus menjebak Rania" ucap Rivat yang baru keluar dari kamar mandi.
Heru mengerutkan keningnya heran.
" Semangat sekali!"
"Biar semua penderitaan gue berakhir,"
"Kasihaaan...! Ejek Heru, " Apa rencana lo? "
"Gue akan buat dia dihukum karena telat upacara, setelah itu dia akan membersihkan toilet selama satu minggu, nah di sana gue akan nemuin dia, gue mau baikan sama dia. "
"Di toilet ? Romantis amat! "
"Cuma itu satu-satu cara, dia tak mungkin berani untuk melanggar aturan sekolah. "
"Bagaimana kalau dia milih kabur dan bolos sekolah?"
"Gue sudah cek, hari ini kelasnya ada tiga jadwal mid semester, dia gak akan kabur"
"Super sekali... " Puji Heru, "tapi...kalo dia sudah datang dari subuh kesekolah? Gimana? "
Rivat terkekeh kecil, sambil merapihkan penampilannya di depan kaca.
"Tidak mungkin, selama ini kita hanya tertipu oleh taktik anak kecil, tapi untuk antisipasi gue udah telepon pak satpam, jangan buka pagar sebelum gue datang. Gue yakin mata- mata Rania selalu mengawasi , begitu mereka liat gue di gerbang mereka akan langsung laporan."
"Waah... Lo benar-benar Rania lovers" Heru ikut tertawa. "Lalu tugas gue apa???
" Lo awasi ke tiga temanya, jangan biarkan mereka menolong Rania untuk manjat pagar belakang untuk masuk. "
"Ha... ha.. ha.. Sampe segitunya lo mikirin Rania"
"Kali ini gue gak mau gagal"
Keduanya berangkat ke sekolah dan menpati posisi masing-masing sesuai rencana.
"Ketiga temanya sudah lewat, target terjebak di luar pagar. " Heru mengirim pesan pada Rivat.
Saat bel berbunyi Heru segera berbaris dilapangan upacara, Heru terus mencari - cari Rivat.
"Kemana Rivat, kok gak ada sih? "
"Tuh Rivat" jawab temanya yang kebetulan mendengar kata-kata Heru. "Pak KeTOS dijemur" Heru melayangkan tatapannya ke tengah lapangan, tampak Rivat berdiri sendirian.
"Ha.. ha.. kenapa ini kok malah kebalik? ternyata Rania lebih pintar dari perkiraan, Rivat yang terjebak. " Heru ketawa kecil.
Mata Heru dan murid-murid lain melotot kaget saat Rania berjalan ke tengah lapangan dengan pincang berdiri di sebelah Rivat.
"Ahay... Romantis nya, akhirnya mereka bersama. " Heru menyunggingkan senyumnya" Rivat pasti meleleh luar dalam."
Di sisi lain geng Rania terkekeh kecil
"Selesai juga tugas jadi penguntit" Ucap Ember, "tapi kenapa Rania pincang ya? "
"Yaelaah... Lo kayak gak tau Rania aja, dia pasti ngejain kak Rivat" sambung Veros.
Flashback off
----------
Selesai upacara Dhika langsung menghampiri Rania.
"Minum, Rania! " Dhika menyodorkan air mineral yang sudah di bukakan tutupnya.
"Makasih kak! " Rania tersenyum kecil, lalu meminumnya, karena sangat haus Rania minum sangat banyak, air mengalir dari sela-sela bibirnya, setelahnya Rania mengusap bibirnya dengan punggung tangannya.
Rivat dan Dhika sampai menelan saliva menatap pemandangan itu.
"Lap keringatmu " Dhika memberi tissue makin perhatian, membuat Rivat makin sebal. "Rania, kenapa kakimu, kemarin sore tidak apa-apa?" Tanya Dhika menunjukkan ke khawatiran.
'Apaa... Kemarin sore mereka habis jalan' batin Rivat, 'lincah juga kak Dhika'
"Apa kakak mengkhawatirkan ku? "
"Kamu tak perlu bertanya, ya pastilah kakak mengkhawatirkan mu " ucap Dhika.
"Itu artinya akting ku bagus, kalian ter...ti...pu...! " Rania terkekeh kecil lalu pergi meninggalkan Dhika dan Rivat yang saling tatap kaget.
******
Makasih buat yang sudah mampir...
Tolong bantu kasih like dan komentar...
Love you...

Komento sa Aklat (78)

  • avatar
    KarlenaSelva

    bagus

    07/02

      0
  • avatar
    Mohd azliNurizamirah binti

    good season 2

    21/12

      0
  • avatar
    Irdayatiaja

    ceritanya seru , Rania ketemu senior yg tampan, yg gokil nya Ramia ga tau kalo senior tampan ini namanya Rivat yg dia benci, jadi penasaran gimana lanjutan ceritamya, aku mau baca lagi aaah.terimakasih.

    04/12

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata