logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

3. Kau Selalu Ada

Ketika kita... bukan hanya saling memandang tapi juga saling menjaga
Ketika kita... bukan hanya saling menyapa tapi juga saling merasa.
*****
" Hati-hati hati dijalan" Rania tersenyum kecil dan pulang.
' Kenapa tak enak rasanya melihat dia pergi seperti ini, ada sesuatu yang...hilang'
---------
Sore, acara jerit malam disekolah. Rania mengikat kuda rambutnya, agar tidak ribet dia pula memakai kaos tangan panjang, celana trening dan sepatu kets.
"Yah... begini lebih aman" ucap Rania yakin pada penampilan nya, saat melihat banyak teman-teman nya yang memakai kaos berlengan pendek.
Semua murid baru masuk ke kelasnya masing-masing , beberapa lembar soal psikotes di bagikan. Tampak beberapa anak memijit kepalanya, pening, dan tak sedikit pula yang berkeringat, bahkan ada yang hanya menatap kertas di depannya bengong.
Senyum mengembang saat waktu pengerjaan soal psikotes selesai, entah senang karen bisa jawab atau senang karena tidak perlu lagi menatap soal-soal yang membuat kerutan di wajah bertambah.
Tapi kesenangan itu tidak berlangsung lama, mereka kembali di hadapkan pada kenyataannya, menatap menu makan malam.
"Astagfirullah... " gerut Ember, "apa anggota OSIS makan yang model begini juga ya? " hampir saja Ember memuntahkan makanan yang sudah masuk ke mulutnya.
"Kalo begini, mereka bisa untung besar" desah Veros, "Gak ketelen gue, seperti racun. " Yulex hanya bergidig ngeri.
" Alhamdulillah... nikmatin aja, ini lebih baik dari pada menu saat kita kemah PMR, lebih menyedihkan". ucap Rania santai sambil menatap piringnya yang berisi secuil nasi, sedikit taburan telor dadar dan satu ikan asin.
"Bismillah...! " mata Rania langsung melotot saat suapan pertamanya masuk mulut " Oh.. ho.. ho.. Rivat Irham itu gilaaa!!! mana orang nya bakalan aku suapin nih makan nasi setengah keras ini. "
"Mana sih yang namanya Rivat Irham, penasaran banget gue? " oceh Yulex.
"Hobinya nyiksa anak orang" sambung Rania. "Apa makanan ini tak dicicip dulu, atau mereka memang sengaja? "
"Mungkin itu" Veros menunjuk seorang senior yang berbadan gendut, besar, dan berkulit gelap.
"Ih kayak buto ijo, gak kelihatan ahli kimia" sanggah Ember." Pasti bukan! "
"Itumah bukan tabung reaksi tapi gentong reaksi ha.. ha.. " Yulex terkekeh kecil.
"Ahli kimia pasti berkacamata, berjerawat, rambut botak dikit, dan cupu" terang Rania.
"Ya... pasti begitu. " tambah Veros.
"Kakak ku mana ya?" terbesit rasa ingin berjumpa di hari Rania.
" Aduh... udah punya kakak dia sekarang, sombong amat. " ucap Yulex nyindir.
"Ngiri lo!!! "
"Adek-adek klo makanan nya sudah habis langsung berbaris di lapangan ya, ingat nasinya harus habis" ucap senior yang gendut tadi.
Susah payah dan sangat terpaksa mereka menelan makan malam mereka, penderitaan belum berakhir, saat semua murid baru telah berbaris perkelas dilapangan mereka di komando untuk olahraga ringan.
"Gila kali yee... malam begini disuruh olahraga. " Rania mencebik.
Olahraga baru berhenti hingga waktu menunjukkan tengah malam, acara puncak.
"Di sini telah di buat beberapa jalur jerit malam, setiap anak akan berjalan sendirian dan di beri waktu sepeluh menit untuk mencari 3 bendera merah, kuning dan hijau, Jika tidak lengkap akan mendapat hukuman."
" Bawa senter masing-masing, hati-hati , dan banyak-banyak berdo'a, karena akan ada kejutan yang tak terduga ha.. ha.. " si senior gendut tertawa mengerikan.
Mendadak semua lampu di matikan, hanya senior saja yang boleh menghidupkan senternya.
'Ya Allah... cobaan apalagi ini' batin Rania , 'sekolah ini begitu besar dan selalu kosong saat malam hari, ih... horor!!! kakak... dimana kamu? ' Rania tiba-tiba saja sangat mengharapkan kehadiran senior misterius nya.
Sudah lebih dari separuh murid yang jalan, suara-suara jeritan ketakutan terdengar makin membuat jantung mencelos, takut.
Rania langsung melotot saat melihat peta jalur bagiannya.
"Astagfirullah... " ucap Rania, jalur taman belakang yang terbuka banyak pohon rindang tapi sebelumnya melewati gudang kosong, labor kimia dan labor biologi.
"Selamat ya, itu jalur tersulit, dipilih khusus untuk kamu dari Rivat" ucap seorang senior wanita dengan kekehan geli.
"Maksud kakak Rivat si ketua OSIS?? "
"Ya, betul sekali !!! Selamat ya"
"Tolong kakak sampaikan padanya aku sangat berterima kasih atas perhatian nya padaku. " gerutu Rania,
'awas kau Rivat Irham' Rania mengepalkan tangannya penuh emosi. 'Diam - diam kau terus memikirkan aku rupanya, jangan kau kira aku takut, ayo Rania semangat!!! '
"Bismillah... " selama berjalan Rania tak henti-henti berdo'a, sambil menyenteri sekitar mencari bendera.
"Gubrak... !" suara benda jatuh dari dalam gudang.
"Astagfirullah... apa itu... Ya Allah... tolong!!! " bulu tengkuk Rania meremang,
Rania mempercepat langkahnya, berkali-kali dia terjatuh.
"Kakak... " lirih Rania pelan.
Selanjutnya labor kimia dan labor biologi suara-suara aneh mulai terdengar, jantung Rania makin mencelos, keadaan makin menakutkan, Rania tidak peduli lagi dengan bendera yang harus di carinya, hingga sampai ke taman belakang.
"Dimana mereka menyimpan benderanya?"
Rania mengedarkan cahaya senternya, gerakan tangan Rania terhenti saat cahaya senter menyoroti bendera yang tergantung di atas pohon.
"Rivat Irham si muka tabung reaksi...!!! Kau sangat jahat...!!! " kekesalan Rania sampai ke ubun-ubun. "Tunggu pembalasan ku, kau akan menyesal seumur hidup"
Rania melompat-lompat namun tetap saja tak sampai.
"Apa aku harus manjat pohon? " Rania masih saja melompat.
"Makanya minum susu, biar tinggi" tiba-tiba ada suara dari belakang Rania.
"Astagfirullah... " Rania kaget dan spontan saja menyorotkan senternya ke arah suara.
"Kakak... kau mengagetkan aku saja" Rania menarik napas lega. "Sejak kapan kakak ada di situ? "
"Sejak tadi..., sejak kau menyebut Rivat Irham muka tabung reaksi, kau akan sangat menyesali ucapanmu itu nanti, karena dia sangat tampan rupawan."
"Aku tak peduli, kasian banget tuh mukanya kebanting sama otaknya yang jahat, tapi aku juga pengen ketemu sih"
"Benarkah? penasaran ? "
"Ya, penasaran pengen nonjok"
"Waduh serem bener neng! Kakak takut, Ra! "
"Rivat Irham memang jahat, kakak! Tidak sepertimu, kau selalu baik padaku"
Senior itu cuma tersenyum kecil mendengar ucapan Rania 'pujian pertama darimu yang akan selalu ku ingat'.
"Kamu... Lucu, Ra ! nih... bendera merah dan kuning, akan aku ambilkan yang hijau. "
Senior itu memanjat pohon dan mengambil bendera hijau.
"Auuu... "
Senior itu meringis saat dahan kecil menggores dahinya.
"Kakak, kau tidak apa-apa?" Rania menyorotkan senternya " Lukanya berdarah, kak! " Spontan Rania menempelkan bajunya yang berlengan panjang,sejak menjadi anggota PMR dari SMP Rania dituntut untuk selalu sigap setiap saat. "maaf, aku tak punya tissue! "
"Tak apa"
Mereka berdiri lumayan dekat, Rania mendongakkan wajahnya karena senior itu lebih tinggi darinya.
Dag... Dig... Dug... Der...
'Ya Allah... Tolong hamba, jangan sampai hamba khilaf, gadis ini membuatku hatiku tak karuan'
'Ya Allah... Tolong redakan debaran jantungku, nanti kakak dengar, malu aku!'
"Aku rasa cukup" senior itu memegang pergelangan tangan Rania tanpa menyentuh kulit.
"Ayo kakak antar, keburu waktumu habis, matikan sentermu, percayalah padaku"
Rania mengangguk yakin. Dibawah sinar bulan dan bintang mereka berjalan bedua, bergandengan.
"Hati-hati, Ra..! "
Rania hanya tersenyum kecil mendapati bahwa senior itu begitu... perhatian.
'Kakak... '
"Kau bisa jalan sendiri sekarang, sudah dekat! "
"He eh, kak... makasih ya! " senior itu mengangguk. "Setelah ini tunggu aku di ruang UKS, aku akan mengobati luka didahimu"
"Iya, pasti aku tunggu. "
--------
Langkah Rania terhenti saat terdengar suara dari dalam ruang UKS.
"Mengapa kau menghindari ku? " terdengar suara seorang wanita.
"Aku tidak menghindarimu, hanya arah angin saja yang membuat kita tak bertemu."
Rania menelan ludah mendengar ucapan seniornya.
"Kau tidak membalas WA dariku, kau pula tidak mengangkat telepon dariku" si wanita tampak makin geram. "Jangan perlakukan aku begini. "
"Hubungan kita sudah berakhir minggu lalu."
"Itu katamu, aku tidak terima, aku tidak mau kita putus, aku masih sayang padamu."
"Kita tidak cocok! Titik ! "
"Hubungan kita baru berjalan dua hari, aku akan memperbaiki diri sesuai keinginanmu."
"Sudahlah! Aku tidak bisa menyukaimu, Wina! maafkan aku! "
"Namaku Icha, bukan Wina!!! "
'Astaga... menyebut namanya saja sampe salah-salah, kakak gilaa' batin Rania.
"Ya siapapun namamu, aku minta maaf" Senior itu berucap dengan sangat lembut.
"Aku tetap tak terima! " perempuan itu keluar dari ruang UKS dengan wajah kesal.
'Ya Allah... kasihan sekali dia!!! Kenapa kakak memutuskan perempuan secantik itu. ' batin Rania heran.
******
Makasih buat yang udah mampir...
Tolong bantu kasih like dan komentar ya...
Love you...

Komento sa Aklat (78)

  • avatar
    KarlenaSelva

    bagus

    07/02

      0
  • avatar
    Mohd azliNurizamirah binti

    good season 2

    21/12

      0
  • avatar
    Irdayatiaja

    ceritanya seru , Rania ketemu senior yg tampan, yg gokil nya Ramia ga tau kalo senior tampan ini namanya Rivat yg dia benci, jadi penasaran gimana lanjutan ceritamya, aku mau baca lagi aaah.terimakasih.

    04/12

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata