logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

2. Sebuah Rasa

Saat ini aku tak tahu arahku.
Perasaanku aneh, tak nyata namun... nyata ku rasakan, tapi aku tak tahu apa itu...
Aneh memang.
*****
'Genggaman tangannya membuatku nyaman' batin Rania
Nah lho siapa yang nyengat dan siapa yang tersengat nih!!!
"Ma'af kak, tidak perlu di gandeng" Rania menarik tangannya sopan.
" Eehh iya... Kakak yang salah"
Semua mata melotot menatap Rania jalan mengikuti seorang senior.
"Pasti dia kena hukuman... " Bisik - bisik antar junior, yang akhirnya sampai ke telinga ketiga sahabatnya.
"Mampus tuh Rania!!! " Ember menepak kepalanya sendiri.
"Rania bikin ulah apa sih? Sambung Yulek yang berjalan lebih mendekat. Veros hanya diam tapi dari wajahnya menyiratkan kekhawatiran.
" Kamu tunggu disini". ucap senior itu pada Rania. Lalu dia membawa buku MOS milik Rania ke dalam ruangan OSIS.
Rania hanya mengangguk dengan tersenyum kecil.
'Berhentilah tersenyum, kau membuatku terbakar, reaksi kimia nya terlalu berlebihan' batin si senior.
"Eh... Gue minta tanda tangan dong" ucap si senior dengan suara pelan.
"Waah...  Lo curang ya! "
"Buat sepupu gue, sekali-sekali gue minta tolong, kali ini please tolongin gue".
Semua senior di ruangan itu mendekat dan memberikan tanda tanganya tanpa banyak komentar.
 'Aneh... ' pikir Rania 'kok mereka nurut semua ya! '
" Rasanya lo gak punya sepupu segede itu deh"
"Lo kepincut ya sama murid baru"
"Syuuut..., jangan ngomong keras - keras. " ucap si senior.
" Sok ja'im lo, kalo lo gak mau buat gue aja" ucap Paijo yang badannya seperti gentong dan berkulit gelap."Gue gak kalah tampan dari lo".
"Lo cari yang lain aja, yang ini spesial cuma buat gue doang, khusus! Sudah gue cap lima jari".
 "Buset... nafsu amat bang! Udah main raba-raba".
"Sialan lo , gue gak mesum" ucap si senior. "Udah ah, thank's ya semua" senior itu keluar. Dia menemui Rania yang menunggu di depan ruang OSIS.
"Ayo ikut kakak " ucap si senior dengan senyum ramah
"Ikut kemana?" tanya Rania heran.
"Ke taman belakang"
Rania mengangguk kecil lalu mengikuti dari belakang, si senior jalan dengan santai seperti model tanpa menghiraukan beberapa junior yang ingin meminta tanda tangannya.
"Nih buku MOS mu"
Rania menatap buku nya, dan senyum langsung mengembang di wajahnya. Tak di sangka dalam sekejap bukunya sudah penuh tanda tangan.
"Wah... makasih banyak ya kak, bersyukur banget aku bisa ketemu sama kakak". Rania memberikan senyum terbaiknya.
" Ihhh...! jangan senang dulu, masih ada satu tanda tangan yang belum terisi"
Rania menatap bukunya lagi dengan lebih teliti, lalu mendesah panjang.
"Yaah... Si Rivat Irham, ketua OSIS itu memang menyebalkan dan pelit, banyak tingkah amat sih".
" Kamu... lucu kalo lagi ngambek" senior itu tak tahan melihan wajah Rania yang menggemaskan, sekarang malah berani memberi pujian secara terang-terangan.
"Jangan buruk sangka dulu, tadi dia bilang kalo mendengar kamu dengan teman-teman mu menjelek-jelekkan dia, saat istirahat tadi di taman ini. Makanya dia ngotot gak mau kasih tanda tangannya untukmu".
Mata Rania membulat sempurna karena kaget, dan menutup mulutnya dengan kedua tangan nya.
" Ya Allah, jadi si muka tabung reaksi tadi ada disini juga? Bisa-bisa dia menghukum ku besok". Rania memasang wajah kecut nya.
"Gak sampe gitu juga, biasanya kemarahannya akan luluh kalo dia dikasih makanan kesukaannya, dia sangat suka brownies"
"Idih... seleranya aja emak-emak banget". Rania bergidik membuat si senior tersenyum lucu, " Oke, besok aku akan bawa brownies, aku akan buat si muka parut itu tak tahan untuk memberikan tanda tangannya, semangat Rania!!! "
'What... muka parut katanya, kelewatan' batin si senior.
"Kak sekali lagi makasih ya, sudah mau membantuku" Rania kembali tersenyum sesaat mata mereka terpaut.
"Iya, Sama-sama"
'Bagaimana ini? Tadi niatnya mau buat si gadis judes klepek-klepek, eh malah gue sendiri yang terjebak oleh pesonanya, aku sudah gilaaa' pikir si senior.
----------
Keesokan harinya Rania membawa dua kotak besar brownies coklat merk ternama.
"Hmmm... wanginya enak" endus Yulex perutnya jadi lapar mendadak karena bau brownies itu sangat menggoda.
"Jadi pengen cicip" ucap Ember sambil mengintip ke dalam kotak brownies.
 "Eit... jangan macam-macam" ancam Rania. "Ini khusus teruntuk KeTOS si muka tabung reaksi, dan ini untuk kakak misteriusku".
"Awas lo ntar suka lagi sama senior kemarin! " celetuk Yulex
"Biarin aja, lagian mukanya gak ancur kan? " Rania tersenyum kecil mengingat kakak seniornya terjatuh karena terinjak tali sepatunya sendiri.
"Apa lo bilang, gak ancur! " Veros kesal mendengar nya" Kakak lo itu kategori tampan berlebihan, Rania! "
"Ya benar, tampan yang di atas rata-rata " sambung Ember.
 "Klo lo gak mau, biar gue aja yang mungut, dibuangkan sayang" canda Yulex.
" Silahkan saja klo dianya mau" Rania meletkan lidahnya sebal.
"Kami bertiga titip buku MOS ya, minta tanda tangan nya juga, bilang brownies itu mahal gak sebanding dengan satu tanda tangan" ucap Ember tak tahu malu.
" Ogah! Gue malu" Rania memutar bola matanya jengah,
"Ih kakak lo tuh baik, yakin deh" rayu Veros
"Ayolah Rania, please! Kami mohon" bujuk Yulex jenaka.
"Tetap tidak mau, jangan mempermalukan aku" kali ini Rania benar- benar kesal, akhirnya temannya menyerah.
"Tok... Tok... "
Rania mengetok ruang OSIS pelan, si senior yang memang menunggunya langsung menghampiri.
"Hai! Ra! " Senyum mempesona langsung menyungging.
'Ra... dia panggil aku cuma Ra..., imut banget sih, sangat menyentuh hati' Rania balas tersenyum kecil.
"Emm... ini brownies coklat nya, seperti kata kakak kemarin".
" Oh... Ya nanti kakak sampaikan".
" Ini satu lagi buat kakak"
"Eh... Kakak dikasih juga nih" Senior itu tersenyum senang " Nitip dulu di kamu, nanti kita makan bareng di taman belakang"
"He... Eh" Rania mengangguk " Nih bukunya"
Si senior mengambil buku dari tangan Rania pelan, sesaat tatapan mereka beradu.
" Kak... makasih!" ucap Rania lembut diiringi senyum maut nya.
 "Ya! "
 'Buset... rasanya jantungku takbiran, ampuuun.... ' si senior langsung balik badan masuk ruang OSIS, tak tahan dia jika lebih lama lagi di dekat Rania.
"Lo kenapa? "
"Iya, mukanya merah, mesem-mesem pula"
"Kesambet lo? "
"Ya, kesambet calon makmum" desah senior itu berat.
" Ngebut banget, baru juga MOS udah dapet calon makmum aja "
"Dia takut stok primadona siswa baru habis di borong senior lain"
" Wah... wah... ada yang jatuh cinta nih! "
Si senior diam saja ' jatuh cinta... benarkah? '
"Nih brownies buat kalian"  teman-teman nya langsung mendekat dan berebut,
"Baca bismillah dulu sebelum makan. "
          *****
Saat pulang sekolah di taman belakang
 " Ra! Udah lama nunggunya? " Si senior langsung duduk di samping Rania.
"Lumayan" Rania agak menggeser duduknya.
"Eh ma'af ! " Si senior pun ikut menggeser duduk nya.
"Di makan kak brownies nya" Rania membuka kotak brownies dan meletakkan dua botol air mineral di tengah, diantara mereka berdua.
"Aku makan ya" si senior mengambil sepotong" Ayo kamu makan juga, gak bakalan habis kalo aku makan sendirian".
" Ogah! Aku kurang suka makanan manis! "
"Cobalah sepotong saja, gak bakalan bikin kamu gendut" si senior mengembungkan mulutnya jenaka.
Rania tak bisa menahan senyumnya melihat tingkah si senior itu.
" Ya, aku coba! Maksa banget " Rania menggit sedikit brownies di tangannya, saat brownies itu melumer di mulutnya , Rania memejamkan matanya ,menikmati! Lalu lidahnya keluar menyapu bibirnya dan akhirnya menggigit bibir bawahnya.
Senior itu menahan napas dan melongo melihat ekspresi wajah Rania.
" Emm... kok enak ya" ucap Rania dengan mulut yang masih terisi brownies, lalu Rania mengambil lagi dan lagi.
" Tadi bilang gak suka, kok sekarang jadi banyakan kamu yang makan" Senior itu terkekeh kecil.
"Uhuuk... uhuuk... " Rania sampai tersedak karena kaget mendengarnya. 'Ya Allah malunya aku'.
"Pelan-pelan ,Ra ! Makannya". ucap si senior penuh kecemasan sambil membuka botol air mineral." Nih minum dulu".
"Makasih kak! " Sesaat Rania melirik lalu mengalihkan pandangannya 'Dia... sangat tampan, dan senyumnya membuat aku meleleh'.
Lama mereka terdiam. Menikmati suasana taman belakang, luas hijau, dan banyak pohon rindang, tiupan angin membuat rambut panjang Rania melambai-lambai.
Senior itu jadi sulit untuk mengalihkan pandangannya dari Rania. Dia mampu melihat wajah Rania dengan jelas.
'Dia terlihat begitu cantik alami, walau tak memakai apapun di wajahnya, mata polosnya begitu bening dihiasi bulu mata lentik, hidungnya mangir, bibirnya... pink tanpa pelembab sangat natural, rambut panjangnya pun begitu indah'
Merasa di tatap dengan tajam, Rania menatap senior itu. "Apa ada yang salah padaku? "
" Kamu... cantik, Ra! " mata mereka bertatapan, Rania tersenyum kecil, wajahnya langsung memerah mendapat pujian seperti itu.
"Nih buku MOS mu"
Senior itu mengalihkan pembicaraan untuk menghilangkan grogi di wajahnya.
"Tanda tangannya sudah full, kata Rivat kalo ngomong hati-hati pake saringan dikit, kenal nggak, lihat orangnya juga belum tapi mulutnya udah kayak cocor bebek, nyenyes! "
"Ma'af... " Ucap Rania pelan dengan gaya manja.
"Bilang langsung sama Rivat permohonan ma'af mu, emang kakak pak pos".
" Ya, nanti klo ketemu" desah Rania. "Apa benar dia bilang aku kayak cocor bebek? "
"He.. eh"  senior mengangguk
" Lancang" Rania mengerucutkan bibirnya kesal " Awas kau Rivat Irham, mulutnya juga pedas kawak cabe rawit ".
 " Eh dendam itu gak baik, baru saja minta maaf, udah emosi lagi".
Rania hanya menyunggingkan senyum kecinya, malu.
 "Rania! Kita pulang yuk" ajak Yulex tak tahan karena sedari tadi bersembunyi mengintip.
"Udah siang, nanti sore kita bakal balik lagi kesekolah acara terakhir MOS jerit malam" gerutu Ember.
" Kak, kenapa harus ada acara jerit malam? " tanya Veros.
" Cuma untuk melatih kemandirian aja, agar kami para OSIS bisa memberi penilaian untuk menyalurkan murid baru mengambil ekskul yang sesuai dengannya, misal, anak lelaki yang berbadan pendek lebih baik memilih pramuka daripada paskibra, anak perempuan yang lemah lembut lebih baik memilih teater daripada basket" senior menjelaskan dengan gayanya yang berkharisma, membuat keempatnya menganga.
" Ah kakak mematahkan semangatku saja" ucap Ember yang tomboy, dengan gaya rambut spike , berbadan tegap,dan kaku. " padahal aku mau masuk ekskul cheerleader"
Semuanya malah tertawa melihat kekecewaan Ember.
"Kak, aku pulang dulu ya" ucap Rania
"Iya, jangan lupa tidur siang, biar nanti malam tidak capek".
Rania hanya mengangguk kecil lalu berlalu pergi.
" Ra! "
Rania menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang.
" Hati-hati hati dijalan" Rania tersenyum kecil dan pulang.
' Kenapa tak enak rasanya melihat dia pergi seperti ini, ada sesuatu yang...hilang'
*******                    
Makasih buat yang sudah mampir...
Tolong bantu kasih like dan komentar ya...
Love you...
    
  

Komento sa Aklat (78)

  • avatar
    KarlenaSelva

    bagus

    07/02

      0
  • avatar
    Mohd azliNurizamirah binti

    good season 2

    21/12

      0
  • avatar
    Irdayatiaja

    ceritanya seru , Rania ketemu senior yg tampan, yg gokil nya Ramia ga tau kalo senior tampan ini namanya Rivat yg dia benci, jadi penasaran gimana lanjutan ceritamya, aku mau baca lagi aaah.terimakasih.

    04/12

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata