logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Sebut Namaku

Brandon berlari kencang menerobos kerumunan orang-orang yang berlalu lalang di depannya, ia sudah tidak memedulikan orang yang ditabraknya itu Senior atau bahkan Guru. Yang terpenting saat ini adalah mencari tahu ke mana Daniel membawa Chelsea pergi, termasuk mencarinya ke dalam kelas 3A.1 seperti orang gila. 
"Ada yang lihat Chelsea??" tanya Brandon menggerakkan bola matanya ke sekitar, menanti jawaban dari salah seorang penghuni kelas yang ada di sana. Alih-alih menjawabi pertanyaan dari calon idol populer tersebut, kakak-kakak kelasnya itu justru cenderung lebih terfokus pada sikap Brandon yang seolah tengah mencari kekasihnya. 
Bahkan karena kaget idolanya menanyakan keberadaan Si Rangking Satu, beberapa gadis yang awalnya tengah merias diri pun seketika menghentikan kegiatan mereka. 
"Kak, apa kamu tahu di mana Chelsea-ku?!" tanya Brandon kalut menghampiri bangku Sora. 
Sora yang saat itu tengah menikmati roti isinya, seketika membeku dengan roti yang masih memenuhi mulutnya. 
"Apa? Chelsea-ku?!" ucap Sora balik bertanya, berharap ia telah salah mendengar. 
Brandon menepuk dahinya keras, merasa kesal pada dirinya sendiri yang baru menyadari bahwa dirinya salah berucap, Brandon pun buru-buru meralat ucapannya. "Kak Chelsea, apa kamu melihatnya?" 
Sora menggeleng lemah dengan matanya yang sedikit ia sipitkan, seolah tengah mencurigai sikap Brandon yang seolah kebakaran jenggot. 
"Kalau begitu, berikan aku nomor ponselnya. Aku harus segera menemukannya!" 
©Rainsy™ 
Di Taman belakang Sekolah yang jarang sekali para murid sekolah itu kunjungi adalah tempat di mana Chelsea dan Daniel sedang berbicara. Tepatnya di tengah jembatan kayu yang ada di sebuah Danau kecil dengan permukaan airnya yang ditumbuhi beberapa bunga teratai. 
Chelsea menatap Daniel dengan tatapan penuh luka. Luka batin dan luka lahir yang mengakibatkan pergelangan tangannya jadi memerah karena sejak di Perpustakaan tadi, Daniel terus menyeret dengan meremas tangannya hingga sampai ke tempat ini. 
"Apa? Apa lagi yang akan kamu jelaskan padaku?!!" Chelsea melempar tatapan benci pada Kapten Tim Basket itu setelah sebelumnya ia berhasil menghempaskan jeratan tangan kasar Daniel pada pergelangan tangannya yang terasa sakit. 
"Apakah kamu tidak bisa mendengarkan penjelasanku sedikitpun?" tanya Daniel dengan sorot mata mengkilat marah. 
"Apa? Apa yang perlu kamu jelaskan?! Hubungan kita sudah berakhir, ketika malam itu ..., aku tidak sengaja melihatmu berciuman dengan Ayumi." balas Chelsea mendorong kasar tubuh Daniel ke belakang. 
Daniel yang tidak terima dirinya diperlakukan kasar seperti itu, semakin bertambah kesal. Pemuda dengan tinggi 180 cm itu lalu mencengkram kuat sepasang bahu kecil Chelsea. 
"Itu salah paham! Aku tidak menciumnya, dia yang menciumku lebih dulu. Aku tidak mencintainya, jadi kumohon ..., kembalilah padaku." pintanya tegas. 
Sementara itu tidak jauh dari Taman, tepatnya di lorong salah satu gedung Sekolah, nampak Brandon tengah sibuk dengan ponselnya. Menekan beberapa digit nomor kemudian dilekatkannya benda pipih itu di telinga kirinya.  
"Ayolah, kumohon ..., tolong angkat teleponku, Kak. Kamu di mana?" gumamnya tampak begitu cemas. 
Dengan mata sayunya,  Brandon mengedarkan netranya ke sekeliling Taman Sekolah yang sunyi. Gerakan pupil matanya tersebut baru dapat berhenti, kala menemukan sosok yang dicarinya sedang berdiri di atas sebuah jembatan yang ada di tengah Danau. 
Deringan telepon yang terus berbunyi di balik saku seragam sekolah Chelsea, mengalihkan perhatian gadis itu guna melihat siapa yang mencoba untuk menghubunginya, di tengah percekcokan tersebut. 
"Jangan diterima." cetus Daniel dengan nada suara yang penuh penekanan ketika melihat Chelsea menatap ke arah ponselnya berada. 
"Ayo angkat teleponku, Chelsea Linn ...." pinta Brandon yang masih memerhatikan gadis itu dari kejauhan. 
"Jangan menerimanya kubilang!" sentak Daniel geram. Kala tangan kanan Chelsea bergerak mengambil benda pipih itu dari dalam sakunya. 
Sadar dirinya tak lagi didengar, Daniel dibuat semakin meradang, sepasang matanya mendelik marah saat gadis berparas imut itu malah tak mengindahkan larangannya, dengan memilih untuk menerima panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenal tersebut. 
Di seberang sana, Brandon menghela napas lega, menyadari bahwa kini teleponnya telah tersambung. 
"Halo, Kak ...." 
"Kamu ...," 
"Ya. Ini aku, Brandon Mussu. Apa kamu tidak apa-apa?" 
Chelsea lebih dulu melempar tatapannya pada Daniel kilas sebelum menjawab pertanyaan dari Adik kelasnya itu, "A-aku ...," belum sempat Chelsea melengkapi kalimatnya, seketika gadis itu meringis kesakitan ketika sebelah tangan Daniel yang berada di bahunya, meremas bahunya kasar. "Aku ..., tidak apa-apa," lanjut Chelsea dengan buliran airmata yang sudah mengalir keluar. 
"Kamu bohong 'kan, Kak?! Cepat panggil namaku sekeras mungkin. Aku akan datang menjemputmu ke sana." sela  Brandon semakin dibuat khawatir saja melihat sikap Daniel yang seolah ingin menerkam gadis incarannya itu. 
"Matikan." lirih Daniel menatap Chelsea tajam, namun gadis itu justru merespon perintahnya dengan menggeleng lemah. 
"Kak Chelsea! Ayo, jawab aku." pinta Brandon masih dalam sambungan telepon. 
Sebelah tangan Chelsea yang menggenggam ponsel di telinganya tersebut, bergetar hebat. Gadis Es itu semakin dibuat takut dengan tatapan membunuh Daniel yang terus mengintimidasinya. 
"Kak, kumohon tolong panggil namaku sekarang. Maka aku akan datang menjemputmu!" teriak Brandon masih dalam sambungan telepon tersebut terdengar kalut. Pemuda yang masih betah berdiri memerhatikan aktivitas chelsea dan Daniel dari kejauhan tersebut, semakin dibuat tak keruan kala jarak sepasang mantan kekasih itu semakin menyempit. 
"Matikan ponselnya kubilang!!" bentak Daniel dengan mata melotot. Merebut lantas melempar ponsel milik Chelsea ke arah Danau. Lalu setelah itu, dengan secepat kilat ia menarik tengkuk gadis itu ke arahnya kemudian melumat bibir Chelsea kasar. 
Mata Brandon terbelalak lebar, menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya bergemuruh hebat. Entah karena cemburu ataukah marah. Brandon mengepalkan sebelah tangannya erat lantas berlari ke arah mereka. Namun langkah kaki Brandon otomatis terhenti setelah Chelsea membalas ciuman kasar Daniel dengan menampar pipi Mantan kekasihnya itu sangat keras. 
PLAKK! 
"Itu ciuman terakhir kita. Dan setelah ini, jangan pernah memaksakan kehendakmu lagi. Hubungan kita sudah benar-benar berakhir, Tuan Daniel yang terhormat!" ucap Chelsea dengan mata yang berkaca-kaca. 
"Dan ingat ini, jangan sekalipun kamu coba tunjukan batang hidungmu lagi di depanku. Karena sekarang, aku benar-benar membencimu. Aku sangat membencimu!!" ungkap Chelsea berlari pergi berlawanan arah di mana Brandon masih setia betah hanya menjadi penonton pertengkaran mereka di kejauhan. 
Selepas kepergian Chelsea, Daniel berteriak kesal. Meluapkan semua emosinya dengan memukul sisi jembatan beberapa kali lalu beringsut pergi dari area Taman belakang tersebut. Setelah suasana kembali sepi nan kondusif, langkah demi langkah, Brandon ayunkan tungkainya mendekati Danau tempat di mana Daniel dan Chelsea bertemu tadi. 
Ketika sepasang kaki yang terbalut sepatu ketz warna hitamnya tiba di tepian Danau, Brandon diam termenung sejenak. Memerhatikan jembatan itu kilas, kemudian melanjutkan langkahnya memasuki Danau. 
Sora yang ternyata sejak tadi membuntuti Brandon menatap prihatin ke arahnya. Gadis itu yakin sekali bahwa Brandon pasti tengah mencari ponsel milik Chelsea yang Daniel lempar ke dalam Danau tadi. 
To be continued

Komento sa Aklat (18)

  • avatar
    PonorogoNanda

    ceritanya bagus dan Sangat menghibur ke gabutan saya

    16/07

      0
  • avatar

    keren

    15/07

      0
  • avatar
    HAFIZHMUHAMMAD

    5000

    15/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata