logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Part 2

"Bapak kenapa mah?"tanya Lina pada sang ibu. Lina dukun duduk di dekat ibunya di samping ayahnya yang terbaring lemas di atas kasur.
"Ucap salam nya mana?"ujar ibunya yang tidak mendengar salam anaknya.
Lina cengengsan dan ia segera mengucapkan salam seraya menciumi tangan ibu dan ayahnya.
tidak biasanya Lina tidak mengucapkan salam Iya terlalu penasaran mungkin dengan keadaan ayahnya, jelas saja ayahnya tidur di ruang tengah dan terlihat dari luar jendela Lina buru-buru masuk ke dalam saat melihat ayahnya masih berbaring di kasur pada waktu jam 6.30 pagi. Ayah Lina adalah sosok yang taat baginya setiap subuh Ayah Lina selalu taat beribadah dan setelahnya ia akan sudah duduk di dekat tungku menemani ibunya masak sebelum Ayah berangkat kerja. Jadi sangat aneh bagi Lina melihat ayahnya jam segini masih berbaring di atas kasur. Hal itu membuat Lina sangat khawatir kepada ayahnya, dengan keadaan ayahnya sekarang.
Lina sudah tak sabar dengan apa yang dilihatnya, ia kembali bertanya pada Rani tentang keadaan ayahnya.
"Bapak kenapa buk,"tanya Lina.
"Bapak lagi sakit, kemarin digigit lipan saat ngambil rumput di dekat Curug,"ujar Rani menceritakan kejadian yang menimpa Arif pada anaknya.
"innalillahi wainnailaihi rojiun,"ujar Lina.
Lina mendekat dan naik ke kasur bapaknya, ia mengusap kepala bapaknya sayang.
"Bapak mana yang sakit, Lina pijitin?"
Lina tak bisa berbuat apa-apa, namun itulah bentuk perhatian dan kasih sayang Lina si gadis kecil itu pada orang tuanya.
Arif membuka matanya, dia melihat putri kecilnya yang sedang duduk disampingnya, seraya mengusap rambutnya. Rasa haru menyeruak di hatinya, melihat putri kecilnya sudah besar dan perhatian padanya membuat hati Arif terenyuh.
"Bapak enggak apa-apa."Arif mengusap pipi anaknya yang terlihat merembes basah karena air mata.
"Jangan nangis, bapak enggak papa. Mending kamu mandi terus sekolah ya," ujar Arif menyuruh anaknya mandi. Terlalu lama bersama sang anak dalam keadaan seperti ini, membuat hati Arif entah mengapa menjadi nelangsa, apalagi jika melihat anaknya menangis karena menghawatirkan keadaannya.
"Tadi kata Mama bapak di sengat lipan ya? bapak sakit?" pertayaan gadis kecil itu berturut-turut. Arif menghela napas seraya mengusap lagi pipi Lina.
"Bapak enggak apa-apa nak, nanti juga ada dokter yang ke sini atau bapak yang diperiksa ke Puskesmas," Arif menenangkan putrinya.
Tak berapa lama datang ke rumah Arif seorang laki-laki mengucapkan salam di luar rumah Arif.
Dia dibukakan pintu oleh Rani. Tadi pagi-pagi sekali Rani menelepon Sam, adik Arif. Untuk datang ke rumahnya. Rani berniat membicarakan bagaimana baiknya jika Arif dibawa ke Puskesmas atau dokter yang datang ke rumah Arif.
"Jangan nangis masa anak bapak yang cantik ini cengeng sih, itu kan Paman kamu udah datang, nanti bapak juga akan diperiksa. Bapak akan cepat sembuh. Sekarang kamu mandi terus ke sekolah ya! bapak juga mau siap-siap," ucap Arif seraya bangun dari berbaringnya.
Lina menggangguk mendengar ucapan ayahnya, ia segera menuruti Apa yang diucapkan ayahnya. Sebelum pergi mandi Lina mencium pipi sang ayah seraya berkata. "Ayah jangan lama-lama sakitnya ya." Arif hanya membalas ucapan putrinya dengan senyuman.
Setelah bersiap untuk sekolah, Lina berpamitan dengan ayahnya. Kata-kata sang ayah yang lagi-lagi membuat Lina kembali ingin menangis dengan apa yang ia dengar dari ucapan Ayahnya.
'Kenapa? kenapa ayahnya dari kemarin selalu saja mengucapkan kata-kata itu, belajar yang rajin jadi anak pinter, solehah, bisa bangga in orang tua dan jadi pelindung buat mama,' sanadika Lina dalam hati.
Sam dan Rani saling melirik, tidak biasanya mereka melihat Arif seperti itu
Biasanya Arif dengan semangat mengatakan jika jika Lina harus menjadi anak yang dapat membanggakan bapak dan mamah dengan semangat, dan sekarang Arif mengatakan hal tersebut dengan netra yang berenbun.
Sam tersenyum pada Rani mencoba menenangkan Rani jika semua akan baik-baik saja.
Di sekolah Lina tidak bisa fokus belajar pikirannya selalu tertuju pada sang ayah hingga waktu Zuhur tiba, Lina pulang kerumah dengan cepat ia ingin segera bertemu sang ayah dan mengungkapkan kabar bahagia jika hari Sabtu di mana hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus maka ia akan mengikuti lomba volly ball. Lina juga berharap mendapatkan kabar baik dari sang ayah, dengan apa yang di sampaikan Dokter setelah tadi ayah melakukan pemeriksaan.
Sampai di depan rumah, Lina melihat banyak sekali sandal di depan rumahnya. Hati bocah berusia 8 tahun itu merasa tak tenang ia buru-buru masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum," ujar Lina mengucapkan salam. Serempak dari dalam rumah menjawab salam Lina ada nenek kakek dan banyak saudara-saudara Ayah yang berkumpul di rumah ini.
************
Tadi pagi setelah Lina berangkat ke sekolah, Rani dan Sam berniat membawa Arif ke Puskesmas, namun keadaan Arif yang malah semakin mengkhawatirkan dan tak sanggup berdiri terlalu lama, membuat sam dan Rani mengurungkan niatnya untuk membawa Arif ke Puskesmas, hingga akhirnya Sam memutuskan untuk menghubungi dokter
datang ke Rani dan Arif.
Setelah dokter datang, dokter hanya mengatakan jika itu hanya efek dari sengatan lipan. Gigitan kelabang atau lipan dapat menimbulkan nyeri dan reaksi alergi. Meski umumnya gigitan lipan tidak berbahaya, namun dokter itu juga heran dengan apa yang terjadi kepada Arif gigitan lipan biasanya hanya menimbulkan alergi pada kulit saja namun melihat keadaan Arif sekarang dokter itu kebingungan ia hanya memberikan obat pereda rasa nyeri saja dan beberapa resep kepada Arif. Tetap penting bagi kita untuk mengetahui cara mengobati gigitan lipan sebagai bentuk antisipasi terhadap serangan hewan tersebut.
Waktu semakin siang Arif semakin tak bisa menahan sakitnya ya terus saja mengeluh. Sam menghubungi ayah dan ibunya meminta mereka datang ke rumah Rani.
Tak berapa lama Toha dan Neni sampai di rumah Rani. Tidak hanya Toha dan Neni sebagai orang tua Arif namun juga ada kakak-kakak Arif dan tetangga mereka yang saling berdatangan menjenguk Arif.
Toha menyarankan agar Arif diobati oleh Habibi saja jika dokter juga mengatakan an penyakit yang diderita Alif tidak seperti umumnya disengat oleh kelabang atau lipan. Semua orang menyetujui apa yang disarankan oleh Toha mereka kembali menghubungi habib yang ada di kampung sebelah untuk datang ke rumah Rani dan Arif.
Sam tidak tega melihat keadaan kakaknya yang terlihat menyedihkan, ia akan berupaya bagaimanapun caranya untuk menyembuhkan Kakak laki-laki satu-satunya itu.
Tak berapa lama setelah Sam menghubungi tabib, tabib itu datang ke rumah Rani dan Arif.
Tabib itu hendak segera memeriksa keadaan Arif, namun terhenti oleh kedatangan Putri Arif yang baru pulang dari sekolah. tabib Dirman melihat putri Arif dan membiarkan, anak Arif untuk bicara dulu dengan ayahnya.

Komento sa Aklat (35)

  • avatar
    Nurshahirah Kay

    😊😊

    05/07

      0
  • avatar
    Kgsepong

    saya sudah membaca sampai bawah

    06/06

      0
  • avatar
    rrnzakya

    bagus

    24/05

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata