logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Dipaksa pulang

“Ayo pulang!” paksa Darma menarik lengan adiknya dengan begitu kencangnya membuat gadis itu meringis kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh kakaknya itu. Darma membawa adiknya ke dalam mobil miliknya untuk masuk.
Fadil yang melihat Dinda di paksa ikut dengan yang wanita itu sebut kakaknya tentu saja ia tak bisa berbuat apa-apa, ia tak mungkin melawan calon kakak iparnya, sungguh menguji nyalinya sekali saat berhadapan dengan Darmawangsa, tatapannya dikalahkan oleh tatapan tajam dari pria itu.
Untuk pertama kalinya ia melihat adik kecilnya bersama dengan pria lain,selain dirinya tentu saja ia sangat marah pada Dinda yang tak menuruti permintaanya. Mendiang ayahnya yang sudah memberikan amanat padanya agar menjaga adik semata wayangnya itu, membuatnya menjadi posesif pada Dinda.
Sudah 10 tahun ayah mereka berdua meninggal, Darma pun menjadi pengganti ayahnya untuk menjaga ibu dan adiknya sekarang, ia tidak akan membiarkan Dinda di dekati pria manapun ia takut, jika nanti adiknya akan di rusak oleh pria.
Dinda hanya terdiam tak mengucapkan sepatah katapun pada kakaknya membuat Darma menjadi kesal kepada adiknya harusnya Dinda minta maaf karena sudah melakukan kesalahan pada Darma.
“Kenapa kamu diem aja, kamu jadi bisu sekarang,” ketus Darma yang melihat adik kecilnya itu terlihat mengerucutkan bibirnya.
“Lo aja kali yang tuli, segini gue kedengaran lagi napas, gini amat punya kakak, lama-lama gue mati muda gara-gara dia,” gumam Dinda mendengar perkataan kakaknya yang tak mengenakan itu.
Tentu saja Dinda kesal dengan yang dilakukan oleh kakaknya, sampai membuat lengannya menjadi sakit karena ditarik paksa dan juga dicengkram dengan kuat, ia diam karena menahan rasa sakitnya.
“Kenapa Kakak kayak gitu?” tanya Dinda pad Darma yang sedang fokus mengemudikan mobil, pria itu hanya tersenyum tipis dengan pertanyaan yang diajukan oleh adiknya.
“Terus Kakak harus apa, liat kamu di bawa cowok ingusan kaya gitu, mana pake mobil mahal pula, bangga gitu kamu?” mencibir adiknya yang mau di bawa oleh Fadil dengan mobil mewah, pantas saja, adiknya mau di ajak dengan anak orang kaya seperti itu.
“Dia cuma teman aku Kak, bukan siapa-siapa.” Jawabnya agar Darma tidak salah paham, pria itu mengira jika Fadil adalah pacarnya. Mana mungkin ia memiliki pacar jika kakaknya sendiri melarangnya untuk tidak berdekatan dengan lawan jenis, itu lah yang membuat dirinya menolak Fadil berkali-kali.
“Kamu sekarang mulai berani sama Kakak,” ucapnya sedikit menekan adiknya agar gadis kecil itu menjadi takut padanya, Dinda hanya menghembuskan nafasnya perlahan.
“Nggak Kak,” jawabnya dengan singkat, tentu itu jawaban yang diharapkan oleh Darma, ia tak ingin adiknya pembangkang padanya, sungguh Darma sangat membuat dirinya menjadi tertekan, dengan sikap posesif dari Kakaknya itu.
Mobil itu melaju dengan kecepatan normal menuju ke tempat tinggal mereka, beberapa menit mobil itu pun sampai di halaman rumah mereka, setelah mobil itu berhenti Dinda langsung turun dari mobil kakaknya tanpa mengatakan apapun, ia langsung masuk ke rumah dengan langkah kesal.
Gita yang sedang duduk santai kaget dengan kehadiran Dinda yang terlihat kesal masuk ke dalam rumah, tanpa menyadari keberadaannya yang sedang duduk di ruang keluarga gadis itu langsung naik ke lantai 2 tanpa menyapanya sama sekali, tidak seperti biasanya anaknya seperti itu.
Tak lama kemudian Darma anak sulungnya muncul dari balik pintu seraya melonggarkan dasi yang ada di lehernya. Wanita itu hanya tersenyum melihat drama kakak beradik itu.
“Dar, kamu udah pulang?” tanya Gita pada anaknya, biasanya Darma selalu pulang malam.
“Nggak Ma, kebetulan tadi ketemu Dinda sama cowok, jadi aku anterin dia pulang dulu,” ucapnya memang saat itu, Darma sedang ada pertemuan dengan Kliennya tetapi tak sengaja melihat Dinda keluar dari mobil mewah, membuatnya harus menunda pertemuan itu.
Gita hanya diam mendengar perkataan dari anak sulungnya, ia tahu jika Darma takut adiknya di sakiti atau di permainkan oleh pria membuat Darma menjadi seperti itu, pada Dinda. Darma langsung duduk di sofa berwarna merah, ia menyandarkan tubuhnya di sofa dan menutup matanya.
“Mau Mama, buatin jus?” tawar Gita pada anaknya sulungnya yang terlihat lelah, sejak suaminya meninggal, Darma lah yang menjadi tulang punggung untuk dirinya dan Dinda, bahkan tugas Darma menjaga Dinda membuat pria yang sudah menginjak usia 25 tahun tak sempat menjalin hubungan dengan wanita lain karena sibuk menjaga mama dan adiknya.
“Nggak usah Ma, aku bentar lagi mau berangkat,” ucapnya menolak tawaran dari mamanya, entah mengapa hatinya menjadi tak karuan saat melihat Dinda dengan pria tadi, membuat hatinya memanas mungkinkah ia merasakan cemburu dengan adiknya sendiri.
“Ya udah Mama, mau ke atas dulu ya,” ucap Gita bergegas pergi ke atas tentu saja untuk menemui anak bontotnya yang sedang dalam mode ngambek terhadap kakaknya.
Tak lama setelah Gita pergi dari ruang keluarga, pria itu langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya ia pun mengetik pesan untuk dikirim setelah terkirim ia pun tersenyum tak tahu apa yang pria itu pikirkan.
Pria itu langsung berdiri dan bergegas ke restoran itu kembali untuk bertemu dengan kliennya yang sengaja ditunda karena adiknya membuatnya tak bisa tenang saat itu.
Dinda yang sedang meringkuk di kasurnya, ia menangis meratapi nasibnya yang malang mengapa ia mempunyai kakak yang jahat seperti Darma, ia sangat frustasi menghadapi sikap dari kakaknya itu, ia tidak tahu harus mengadu dengan siapa, jika ia bercerita dengan mamanya pasti mamanya menjawab karena Darma menyayanginya sebagai adik, tak ingin ia disakiti oleh pria.
Saat ia sedang berpikir keras bagaimana caranya agar kakaknya bisa berubah, suara ketuk pintu membuyarkan fikirannya.
“Dinda, sayang kamu kenapa,” panggil Gita dari luar, Dinda pun langsung bangkit dari ranjangnya untuk membuka pintu kamarnya yang sengaja ia kunci karena tak mau ada yang mengganggu dirinya. Ia langsung membukakan pintu.
“Aku nggak papa Ma, lagi kesel aja sama Kak Darma,” ungkap Dinda yang memang kesal dengan kelakuan dari kakak sulungnya itu.
“Masa aku tadi lagi sama teman aku,dia tiba-tiba dateng terus maksa aku buat pulang ma,” adunya dengan nada yang begitu kesal.
“Kamu kaya nggak tau kakak kamu aja, dia kan emang orangnya keras nggak mau dibantah,” jawab Gita untuk menenangkan anaknya yang masih kesal. Ia tak mau hubungan kedua anaknya menjadi renggang hanya karena berbeda sifat, Darma dan Dinda memang jauh berbeda, Darma yang dari dulu sangat disiplin karena didik keras oleh mendiang suaminya, berbeda dengan Dinda yang manja dan sering malas membuat mereka sering bertengkar.
“Ya udah ,kamu jangan kesel-kesel terus nanti jadi jelek lo,” bujuk Gita agar anak bontotnya tak kesal terus.

Komento sa Aklat (162)

  • avatar
    KurniaRiski

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    syfaawanda

    100 banget aplikasi nya bagus bagus bagussssssssssssssss

    10d

      0
  • avatar
    HambaliDanish

    Good

    25d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata