logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Ibu-ibu komplek

Mobil sport tersebut langsung melaju perlahan dengan hati-hati Fadil mengendarai mobil tersebut karena takut Dinda akan protes jika ia mengendarai mobil kencang, bisa-bisa Dinda tidak mau di antar pulang lagi olehnya.
Fadil dengan sengaja mengantar Amel terlebih dahulu ke rumahnya , tentu saja agar ia bisa berduaan dengan Dinda pastinya, kapan lagi ia bisa pulang dengan wanita idamannya. Hari ini memang hari keberuntungannya.
Sesampai depan gerbang rumah Amel wanita itu langsung turun, raut bahagia di wajahnya ketika para tetangganya melihatnya turun dari mobil mewah milik anak papi Kennan. Percaya diri banget lah pastinya.
“Eh liat noh si Amel pulang sekolah di anterin sama mobil mewah,” ucap salah satu emak-emak di komplek yang sedang berkumpul tersebut, lingkungan rumah Amel terbilang tingkat ekonomi menengah jadi mereka kaget dengan adanya mobil tersebut.
“Kayanya si Amel itu jadi simpanan Daddy sugar kali ya,” jawab ketua ghibah di komplek tersebut, Dinda keluar terlebih dahulu baru Amel dan Fadil pun ikut turun, tentu saja yang dikatakan oleh ketua ghibah itu salah, bukan Daddy sugar yang mengantar Amel pulang melainkan anak berseragam putih abu-abu yang keluar dari mobil mewah tersebut.
“Bu Ajeng nih gimana, masa Daddy sugar pakenya seragam SMA sih?” tanya seorang yang menyalahkan tebakan dari ketuanya. Membuat yang si ketua ghibah menjadi malu sendiri.
“Itu kayaknya anak sultan, bukan Daddy sugar. Orang seumuran sama Amel kayanya,” tebak seorang emak yang sedang santai mencari kutu di rambut anaknya.
Kumpulan emak-emak komplek itu terdiam saat sepasang mata tajam melirik ke arah mereka, tentu saja tatapan mematikan dari seorang Fadil Herminata yang tak kalah tajam dengan mata papinya. Membuat siapa yang menatapnya menjadi ketar-ketir di buatnya.
Mereka langsung mengalihkan pandangan mereka dari ketiga anak SMA yang ada di depan rumah Amel, Amel pun langsung masuk ke rumahnya, sebelum Fadil dan Dinda masuk ke mobil sebuah motor ninja berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah Amel.
Seorang pria memakai helm fullface dengan memakai pakaian ala geng motor, pria itu membuka helm nya lalu menatap dingin pada Fadil tetapi setelah melihat Dinda ia langsung tersenyum ramah pada gadis itu.
“Eh ada Dinda ternyata, kirain siapa,” ucapnya menyapa sahabat adiknya itu, ia adalah kenzo kakak dari Amel. Kenzo memang selalu ramah pada sahabat dari adiknya itu.
“Iya kak, tadi Amel udah pulang kok, baru aja masuk.” Jelasnya pada pria yang masih duduk di atas motornya itu.
“Nggak mau mampir dulu Din?” tawarnya pada cewek itu, ia memang susah terbiasa dengan kehadiran Dinda, tetapi tidak dengan cowok yang sedang bersamanya. Tatapan Kenzo terlihat tidak suka dengan adanya kehadiran sosok Fadil yang datang bersama Dinda.
“Aku buru-buru mau pulang kak, aku permisi dulu,”pamit Dinda masuk ke dalam mobil dan Fadil pun sedikit tersenyum dengan sikap calon istri , menolak tawaran pria itu begitu saja, memang sulit sekali untuk mendapatkan hati cewek idamannya, itu alasan Fadil menyukai Dinda walau sudah ditolak 101 kali.
Fadil langsung mengemudikan mobil tersebut pergi dari rumah Amel, kedua anak SMA yang sedang berada di dalam mobil itu, hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun hanya keheningan di antara mereka.
“Din, gimana kalo kita ke restoran dulu, buat makan?” tanya Fadil memecahkan keheningan, sebenarnya hanya basa-basi saja, pastinya Dinda akan menolak untuk diajak makan.
“Iya udah,” ucapnya dengan singkat pada cowok yang sedang fokus mengemudikan mobil itu, tumben sekali cewek itu mengatakan iya, biasanya ia akan mengatakan tidak pada Fadil. Kalau bukan Amel yang sering memaksa Dinda tentu saja cewek itu nggak akan mau di ajak.
“Kalo gitu kita otw ke restoran ,” ucap Fadil dan langsung di angguki oleh Dinda, betapa senangnya hati Fadil sedikit perubahaan calon istrinya membuat dirinya memiliki harapan walaupun sudah 101 kali ditolak oleh cewek itu.
Siapa sih yang akan betah lama-lama menolak ketampanan dari Fadil, kecuali hanya Dinda yang memang anti dengan yang namanya pacaran, cewek itu belum pernah pacaran sama sekali,bukan tanpa alasan yang membuat Dinda seperti itu.
Sesampai di parkiran restoran mewah si Fadil langsung turun dan membukakan pintu mobil untuk Dinda, cowok itu belajar romantis sebelum menjadi suami cewek yang sedang bersamanya itu, ia sudah menyusun bagaimana cara agar cewek idamannya itu bisa menerimanya.
Baru melangkah selangkah masuk kedalam restoran Dinda melihat pria yang tak asing ada di restoran tersebut membuatnya urung untuk masuk, Fadil yang sudah masuk sadar jika Dinda tak ada di sampingnya ia langsung kembali ke belakang di mana wanita itu masih berdiri di ambang pintu.
Sambil menutup wajahnya dengan tas miliknya Dinda perlahan melangkah mundur agar tak bertemu dengan pria tersebut, tetapi tangan nya di cekal oleh Fadil, cowok itu menahan Dinda agar tak pergi.
“Lo mau kemana, Din?” tanya Fadil saat wanita itu akan pergi dari restoran itu, gadis itu langsung memutar otaknya untuk mencari alasan agar tidak masuk ke restoran tersebut.
“Gue nggak mau di sini Dil, ke tempat lain aja yuk,” pintanya pada Fadil, tentu saja cowok itu menjadi bingung dengan permintaan dari Dinda mengapa ia tiba-tiba seperti itu padahal cewek itu setuju untuk makan di restoran tersebut.
Tanpa bertanya lebih banyak Fadil pun menuruti permintaan dari Dinda, mungkin ia tidak mood saat melihat tempat tersebut membuatnya jadi berubah pikiran.
Mereka langsung menuju ke parkiran tetapi langkah keduanya terhenti saat ada seorang pria yang menghadang langkah mereka, dengan melipat tanganya di dada dan menatap keduanya dengan tajam.
“Kamu ngapain di sini?” tanya pria di hadapan mereka berdua, Fadil yang sama sekali tidak mengenal pria tersebut tentu saja bingung dengan kehadiran pria tersebut.
“Om, siapa?” tanya Fadil dengan mengangkat alisnya sebelah saat melihat pria dengan setelan jas berwarna hitam menghalangi jalan mereka. Jelas pria tersebut orang kantoran sama seperti papi Kennan. Apakah ia bawahan dari papinya?
“Om? memangnya saya Om kamu?” ketusnya pada bocah yang seusia dengan adiknya. Berani sekali bocah itu terhadap dirinya sedangkan Dinda hanya berlindung di balik tubuh Fadil karena takut pada kakaknya.
“Lah situ udah kaya Om-om kok tampangnya,” celetuk Fadil tetapi tidak terdengar oleh Darma. Berani sekali om-om tersebut menghalangi jalannya.
“Dil, mending kamu pulang aja, dia kakak aku,” bisik wanita itu agar teman prianya itu pulang, ia sangat takut pada Darmawangsa yang menatapnya dengan begitu tajam.
“Eh buset, calon kakak ipar gue ternyata, mana tadi gue panggil dia om-om lagi.” Gumamnya dalam hati tak percaya ternyata pria tersebut adalah Kakak dari gadis yang sedang bersama dengannya.

Komento sa Aklat (162)

  • avatar
    KurniaRiski

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    syfaawanda

    100 banget aplikasi nya bagus bagus bagussssssssssssssss

    10d

      0
  • avatar
    HambaliDanish

    Good

    25d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata