logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Menggagalkan Jebakan Batman

Pov Miranda
Kuputuskan untuk kembali ke meja makan tempat Frans berada, barangkali Mami sudah kembali namun aku tak melihatnya keluar dari toilet. Jadi tambah curiga kalau ini memang sudah di rencanakan Mami dan Frans.
Dari kejauhan aku melihat Mami dan Frans sedang bercengkrama, tuh kan bener ini semua pasti sudah di rencanakan oleh mereka. Huh aku harus gimana nih? Apakah aku harus unik9 Mami dan mengajaknya pula222111222111111111111111ng atau meninggalkannya dan membiarkan Frans mengantarkan Mami pulang? Tapi kalau Frans nganterin Mami pulang ujung ujungnya ketemu aku juga deh di rumah.
Hmmm aku harus berfikir cerdas agar bisa terhindar dari jebakan betmen ini.
Ting!
Oh! Yes aku punya cara yang paling aman untuk mematahkan rencana mereka, huh tunggu saja wahai kalian!
***
Setengah jam sudah aku bersembunyi di pojokan, namun netraku masih bisa melihat dengan jelas gerak gerik Mami juga Frans. Mereka terlihat gelisah seraya menatap gawai masing masing.
Haa haa jelas saja mereka gelisah karena berpuluh puluh panggilan dari Mami tak ku hiraukan, dan satu lagi ada nomor baru. Pasti nomor baru ini nomornya Frans, duh Mami kenapa sih bagi bagi nomorku ke Frans?!
Drrt drrt
Panggilan masuk.
Wah akhirnya yang di tunggu tunggu datang juga! Aku beranjak dan menyambut seorang malaikat penolong. Ia celingak celinguk mencari keberadaanku di dekat pintu masuk restoran, sengaja tak ku angkat panggilannya karena aku berniat menemuinya langsung.
"Mas!"
Ia menoleh, senyumnya mengembang di saat melihatku mendekatinya.
"Dek! Maaf ya sayang Mas agak lama karena tadi jalannya sedikit macet." cicit Mas Andre menyesal.
"Ya udah gak apa apa yang penting sekarang Mas sudah sampai sini, yuk langsung saja kita temuin Mami." ku tekan dalam dalam egoku, padahal seharusnya aku masih merajuk dengan Mas Andre tapi keadaan ini termasuk genting ya sudahlah mengalah saja daripada terjebak dalam jebakan betmen. Dan aku pun sudah menceritakan semua yang aku alami hari ini pada Mas Andre.
Aku dan Mas Andre melangkah santai sehingga kami pun tiba di depan Mami dan Frans, wajah mereka masih terlihat gelisah ah kasian.
"Mir_Mira? Kok ada Andre juga?" tanya Mami terbata saking terkejutnya.
Andre sepertinya memandangku dengan tatapan kecewa ah masa bodoh bukan urusan saya bwambang.
"Iya Mi tadi Mira yang menghubungi Mas Andre agar menyusul kita kesini karena perut Mira sedikit mulas, mungkin karena kebanyakan makan sambal. Jadi daripada aku gak bisa nyetir makanya biar Mas Andre yang nyetir." kilahku beralasan, padahal perutku baik baik saja. Semoga kebohongan ini tidak jadi kenyataan karena demi kebaikan.
"Loh kalau seperti itu kan ada Frans yang mau menggantikanmu nyetir atau biar Frans yang nganter kita pulang kenapa harus manggil Andre sih!?" protes Mami gak terima.
"Haduuh Mami! Mira itu punya suami dan suami Mira akan standby 24 jam untukku jadi ngapain aku minta tolong orang lain sementara suamiku aja ada?" bantahku sengit. Sedangkan Mami memutar bola mata malas.
"Orang lain gimana sih Mir? Kita itu sudah kenal dari zaman kuliah jadi kita bukan orang lain lagi." tolong sebenarnya si Frans ini sekolah sampai tinggi tinggi ngapain aja? Masak iya definisi kata orang lain saja tidak tahu?
Mas Andre sedikit terkekeh mendengar penuturan Frans barusan, jelas saja itu membuat Frans kebakaran jenggot.
"Heh siyalan lu ngetawain gua hah!?" Frans berdiri tepat di depan Mas Andre. Namun hari ini memang bukanlah hari keberuntungan Frans, niatnya ingin adu kekuatan namun Frans malah terlihat kerdil di mata mas Andre dan kami semua karena tinggi Frans hanya sebatas dagu Mas Andre.
Frans terlihat gusar lalu menyugar rambutnya kasar, wajahnya berubah merah seperti kepiting goreng. Mungkin dia sedang menahan malu, sungguh kalau jadi aku, aku tak akan bertahan disini dan pergi bersembunyi. Huh kasian sekali kau wahai anak adam.
"Heh Andre! Kamu yang sopan dong! Orang ngomong kok malah di ketawain! Sekolah tinggi tinggi ngapain aja kok sopan aja gak punya!?" hardik Mami kali ini bisa membuat Mas Andre bungkam, ia  tertunduk dalam. Kasihan sekali suamiku. Kalau di fikir fikir kenapa ucapan Mami hampir mirip dengan jalan fikiranku? Sayangnya jalan fikiran kami yang sama di tujukan ke orang yang berbeda huh.
Tahu kalau dirinya selalu dibela oleh Mami, seperti mendapatkan angin segar Frans pun kembali berulah.
"Inget bro gak usah bangga kalau lu punya badan lebih tinggi dari gue tapi mertua lu aja gak suka sama lu haa haa haa." cibirnya berkelakar.
"Masih mending gitu daripada anaknya yang gak cinta kan sama aja bo'ong gak dapet apa apa haa haa." entah keberanian darimana suamiku itu berani  mendebat Frans di depan Mami.
Mami melotot tajam ke arah Mas Andre, aku terkikik geli mendengar pembelaan dari suamiki haa haa.
"Siyalan lu!" hardik Frans memasang kuda kuda hendak menerjang Mas Andre namun sebelum itu aku sudah menjegal kakinya, reflek Mas Andre menyingkir dan menjauh dari jangkauan Frans yang hendak menubruknya lalu tersungkur ke lantai.
"Frans!" pekik Mami, ia bergegas membantu Frans yang sedang meringis untuk berdiri.
"Kalian ini keterlaluan! Frans ini tamu Mami! Kenapa kalian tak ada sopan santunnya sama sekali padanya!" pekik Mami menunjuk nunjukku juga Mas Andre, kami memilih bungkam dari pada menjawab pertanyaan Mami yang sedang murka.
"Kenapa kalian diam?! Pokoknya kalian harus minta maaf pada Frans sekarang!" seru Mami memaksa. Frans tersenyum penuh kemenangan merasa dirinya selalu di bela oleh Mami.
Aku dan Mas Andre saling berpandangan, kenapa juga kami harus minta maaf? Frans nya sendiri juga salah kok.
"Iya Mi Andre akan minta maaf, em Frans aku dan istriku minta maaf ya." tanpa di duga Mas Andre meminta maaf tanpa gengsi sedikitpun. Hmm salut.
"Cih gak semudah itu ferguso!" seru Frans menyeringai.
Dasar pecicilan! Orang minta maaf malah gak di maafin, pasti dia mau minta  yang iya iya nih. Huh kenapa juga suamiku ini mau maunya minta maaf? Jadinya kan gini! Pasti si Frans ingin manfaatin keadaan.
Mas Andre tak menghiraukan ucapan Frans dan malah mengajakku juga Mami pulang.
"Ayo Mir Mi kita pulang. Anak anak dan Papi menunggu kita di rumah."
Aku mengangguk sedangkan Mami tak setuju dengan ajakan Mas Andre, mungkin karena tujuannya tak berjalan dengan lancar haa haa.
"Eh elu belum gue maafin ya! Mau kabur lu!" hardik Frans lantang.
"Ck gue gak butuh elu maafin gue atau gak! Yang penting gue sudah minta maaf sama elu! Selesai urusannya!" dengan cuek Mas Andre membalas hardikkan Frans. Cakep! Kirain Mas Andre mau maunya minta maaf tanpa perencanaan terdahulu ternyata main cantik dia.
Frans mungkin merasa dirinya sedang di permainkan sehingga ia benar benar naik pitam.
"As#@&#@! Main main lu sama gue!" hardik Frans seraya mengambil satu kursi dan di layangkannya kursi tersebut ke arah Mas Andre.
"Mas!" pekikku.
Namun sebelum kursi tersebut mengenai tubuh suamiku, Mas Andre langsung menangkisnya dengan tendangan sehingga kursi tersebut malah berbalik mengenai tubuh Frans.
Praaakk
Wow senjata makan peminjam nih ceritanya! Ya iyalah peminjam orang kursi itu milik restoran  bukan milik Frans tapi Frans main ambil ambil saja buat nyelakain orang.
Ada cairan berwarna merah mengalir dari dahi Frans, waduh berat juga nih kasusnya. Bisa bisa suamiku di tahan karena mencelakai orang? Oh tidak! Apalagi banyak sekali saksi yang melihat kejadian secara langsung disini di tambah ada yang merekamnya.
"Ya Allah Frans! Dahimu berdarah! Dasar kamu Andre kasar banget sih!? Bakal aku laporin kamu ke polisi  karena sudah membuat Frans calaka!" ancam Mami, ia merasa sangat khawatir dengan keadaan Frans. Segitu sayangnya kah Mami pada Frans? Aku jadi iri melihatnya.
Sedangkan Mas Andre hanya memandang  datar ke arah  Mami dan Frans, apa ya yang sebenarnya sedang di fikirkan suamiku?
"Mas kok kamu santai gitu? Apa Mas gak takut di laporkan ke polisi karena telah membuat Frans celaka sampai bedarah darah?" tanyaku penuh kekhawatiran, aku takut suamiku masuk bui! Gimana dengan anak anakku nanti?
"Tenang saja, Mas tidak akan masuk bui hanya karena membela diri. Semua orang disini melihat dengan mata kepala mereka sendiri kalau Mas hanya membela diri dari serangan yang di layangkan Frans pada Mas." jelas Mas Andre panjang lebar, alhamdulillah penjelasan Mas Andre sedikit membuatku tenang namun tak urung juga aku masih merasa sedikit khawatir.
Saat sedang berdebat seseorang berpakaian rapi mendatangi kami, ternyata orang tersebut adalah manajer restoran. Aku minta maaf atas keributan yang kami ciptakan dan berniat mengganti rugi kursi yang telah rusak.
"Awas lu ya! Bakal gue buat lu masuk bui!" ancam Frans, ck bisanya pada ngancam aja. Mas Andre mengangkat bahunya tanda tak peduli.
Frans beranjak dari tempatnya tersungkur lalu berlari keluar restoran, sedangkan Mami memilih pergi juga.
"Mami mau pulang sendiri! Tak sudi aku satu mobil dengan orang kasar!" pekik Mami marah seraya berlalu.
Mas Andre menatapku seakan ingin  bertanya apa yang harus ia lakukan.
"Biarkan saja Mami pulang sendiri, lagipula Mami bawa dompet dan gawai kok." jawabku santai.
"Yakin nih?" tanya Mas Andre memastikan.
"Iya yakin dong." jawabku mantap.
Aku berjalan menuju kasir untuk melunasi tagihan makanan dan membayar ganti rugi barang yang telah rusak akibat perkelahian Mas Andre dan Frans. Setelahnya kami keluar menuju mobil.
Sesampainya di parkiran tak sengaja aku dan Mas Andre melihat Frans sedang kelimpungan.
"Ugh dimana sih nih dompet sama kunci mobil!? Siyalan jangan jangan jatuh di restoran!?"
Frans berlari kembali masuk ke dalam restoran secara tergesa gesa.
Aku dan suamiku saling pandang sejenak dan sedetik kemudian tawa kami pecah.
"Haa haa haa haa! Sungguh kau ini pinter dan licik ya sayang!"
Bersambung...

Komento sa Aklat (46)

  • avatar
    BarruRusmawan

    novel yg bagus

    22/08

      0
  • avatar
    azmin min

    good👍🏼👍🏼👍🏼

    21/07

      0
  • avatar
    amiranur

    good edit

    08/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata