logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Ketahuan Anak orang kaya

Beberapa hari ini, aku perhatikan Risma jadi sering diam, apalagi saat aku memakai uangnya, dia jadi tak mau berbicara padaku.
Tak seperti biasanya bawel cerewet dan penuh perhatian. Sore itu saat aku pulang kerja, Risma tak mau menyapaku. Padahal aku sudah menghampiri nya yang tengah menyuap Tania di teras.
"Dek, Mas pulang!" Sapaku. Namun Risma hanya diam. Sejenak dia menoleh ke arahku kemudian bergegas masuk ke dalam.
Tak perlu pikir panjang aku menyusulnya ke dalam.
Trakt!
Aku coba membuka gagang pintu, namun pintu tidak dapat terbuka. Risma menguncinya dari dalam.
"Risma, buka,.." pintaku sambil mengetuk pintu. Namun tak ada jawaban dari dalam.
"Apa kamu marah karena uang kamu aku pakai," teriakku.
"Masa cuma karena itu kamu marah, uang kamu uang aku juga," ucapku. Risma sama sekali tak mau membuka pintu.
Setelah aku tahu Risma bekerja aku jadi bermalas-malasan hingga aku di pecat dari kantor. Mungkin itu penyebabnya Risma mendiamkan aku. Tapi masa bodoh yang penting aku tidak capek-capek bekerja lagi, tinggal minta saja dengan Risma.
Aku tidur di sofa karena Risma tak kunjung membukakan pintu. Adzan subuh berkumandang, ku lihat pintu sudah terbuka dan Tania juga sudah mandi.
"Bik, Ibu kemana?"tanyaku karena aku tak melihat Risma.
"Sudah pergi Pak," jawabnya.
Aku harus tahu Risma kerja apa dan dimana. Kalau dia kerja kantoran aku bisa lebih banyak meminta uangnya.
"Ibu kerja apa dan dimana Bik," tanyaku lagi.
"Nggak tau pak, Ibu nggak pernah cerita," sahutnya.
Entahlah dia tidak mau bicara, atau memang Risma tidak memberitahu dimana dia bekerja.
"Kalau di rumah, Risma ngapain aja, Bik?"tanyaku.
"Nggak ada Pak, pulang kerja Ibu hanya mengurus Tania," balasnya.
Jika Risma hanya diam di rumah itu berarti dia hanya pekerja biasa bukan kantoran. Terserah lah dia mau kerja apa yang penting sekarang aku bisa leha-leha di rumah.
"Riyan ... Riyan!"teriak Ibu.
Ada apalagi sih, Ibu datang kemari, belum cukup apa uang seratus juta yang aku kasih. Kalau terus-terusan seperti ini bisa-bisa Risma curiga padaku.
"Ada apa, kenapa Ibu teriak-teriak?"tanyaku.
"Risma ... Risma, Riyan," ucap Ibu.
"Kenapa dengan Risma Ibu?"tanyaku.
"Risma ternyata anak orang kaya Riyan," ucap Ibu.
"Ha ha ha, Ibu jangan ngaco deh, Risma itu anak dari panti asuhan bagaimana bisa dia anak orang kaya, Ibu kan dulu ikut ke panti asuhan saat aku melamar Risma," ujar ku.
"Iya, tapi Ibu tadi lihat Risma keluar dari rumah besar, terus Ibu tanya satpam di komplek itu dan pak satpam bilang Risma anak yang punya rumah," jelas Ibu. Aku melongo mendengar ucapan Ibu. Selama ini Risma telah membohongi aku, siapa sebenarnya Risma, kenapa dia bisa di panti asuhan.
"Nggak mungkin Bu, dia itu cuma kerja jadi pembantu Bu, bukan anak mereka, masa iya anak orang kaya tinggal di panti asuhan," ucapku.
"Kamu nggak percaya banget sama Ibu," tukas Ibu.
"Bukan nggak percaya, Ibu lihat sendiri kalau dia itu anak panti," balasku.
"Susah ngomong sama kamu Riyan, kalau kamu nggak percaya kamu selidiki saja sendiri," ucap Ibu seraya berlalu dari hadapanku.
Apa aku harus menyelidiki Risma, jika benar dia anak orang kaya, aku harus kuras hartanya bila perlu aku ambil alih semuanya menjadi atas namaku.
"Mas kamu nggak kerja," ucap Risma mengejutkan ku yang lagi menghayal jadi orang kaya.
"Nggak, ngapain aku kerja toh kamu sudah kerja," balasku. Risma menarik nafas panjang lalu melepaskannya dengan kasar.
"Aku itu cuma tukang cuci gosok, apa yang kamu harapkan dari aku. Gajiku tak seberapa, hanya cukup untuk makan saja," ucap Risma.
"Mas nggak percaya kalau kamu kerja cuci gosok. Rumah besar yang di kampung sebelah rumah siapa?"tanyaku.
"I-itu rumah majikan aku Mas, aku kerja nyuci gosok di sana," ucap Risma gugup. Kenapa Risma jawabnya gugup, pasti ada yang di sembunyikan ini! Aku harus selidiki. Besok aku harus ikuti Risma.
Pagi harinya aku bangun lebih awal agar aku bisa membuntuti Risma. Setelah menitipkan Tania pada Bik Jum, Risma berpamitan berangkat kerja.
Ku ikuti Risma kemana pergi. Benar saja Risma masuk ke rumah orang kaya di kampung sebelah. Karena penasaran aku bertanya pada tukang kebun di rumah itu.
"Pak, Mbak yang barusan masuk siapa ya?" tanyaku. Tampak Bapak tua tersebut mengerutkan keningnya.
"Maksudnya wanita yang barusan masuk ya, Pak?"tanyanya balik.
"Iya Pak, dia disini kerja atau gimana pak?"tanyaku.
"Bukan pak dia itu bukan pekerja disini tapi, dia anak majikan saya," balas Bapak tersebut.
Aku menelan saliva ku dengan susah, benar kata Ibu. Ternyata Risma anak orang kaya. Kalau begitu aku harus bisa menguasai rumah mewah ini dan semua harta milik Risma. Harta Risma adalah hartaku jadi aku juga berhak atas semua ini.
Tapi kenapa Risma tidak jujur padaku, jika seperti ini aku juga harus punya segala cara untuk mendapatkan harta Risma.
Tentunya aku yang akan jadi penguasa, tidak peduli apa yang akan terjadi padaku nanti, aku akan pura-pura sakit agar Risma tidak curiga kalau aku tidak bekerja, untuk apa bekerja kalau dia sudah banyak uang. lebih baik aku berakting pura-pura sakit saja.

Komento sa Aklat (88)

  • avatar
    Khaina8nZul

    good

    2d

      0
  • avatar
    ShiraHafiza

    sangat bagus

    3d

      1
  • avatar
    Imas Novidesi

    Bagus cerita nya

    6d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata