logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Adaptasi Dengan Kehidupan Baru

"Hahahaha, harusnya hari ini. Cuman ana baru nyampe pagi tadi, jadi di ganti besok." 
"O, gitu. Salam kenal ini istri ana, Kirani." 
Kepala laki-laki yang berbicara tadi menengok kebelakang dan memberi isyarat kepada wanita yang sedari tadi memperhatikan.
"Sayyidah," ucap Sayyidah dengan sedikit membungkuk.
"Kirani," sapanya dengan lembut, tapi bola matanya membulat seperti membohongi ucapan lembutnya tadi.
"Ya udah ana jalan dulu, mau ke aneka mart." 
"Oke siap." Keduanya segera melajukan kendaraan beroda dua masing-masing.
"Ana itu siapa ya? Terus antum itu apa?" Pikiran Sayyidah mencoba menerka ucapan Abbas dan laki-laki tadi saat mengobrol.
"Ana itu artinya saya dalam bahasa Arab, antum itu artinya kamu," terang Abbas menjelaskan kepada Sayyidah tanpa di minta.
"Aku ngga nanya." 
"Tapi kamu ngga tau, ‘kan? Dan penasaran sama maknanya," sanggah Abbas.
Sayyidah hanya terdiam, batinnya membenarkan semua ucapan Abbas.
"Kamu tau rujak cingur? Kita makan itu, ya. Di depan sana ada yang jual." Stang motornya ia belokkan ke sisi kiri jalan. Benar saja tak jauh dari situ ada warung kecil.
"Ayoo duduk!" Abbas mengajak Sayyidah duduk di lesehan karena warung tersebut hanya menyediakan meja panjang yang berjejer, ia menyadari ekspresi Sayyidah yang kurang nyaman.
"Maafkan aku ya, belum bisa memanjakanmu dengan fasilitas mewah seperti kehidupanmu sebelumnya," ungkap Abbas dengan wajah sedikit menunduk.
"Kenapa kamu menolak semua fasilitas yang mama berikan?" 
Wajah cantiknya tertutup emosi, ia ingat ketika Abbas bersikeras menolak pemberian mobil dari Marwah.
"Aku sudah terbiasa hidup begini, walaupun dulu umi cukup mapan dari segi harta, tapi aku sudah terbiasa hidup sederhana," ujar Abbas, "lagi pula sekarang aku sudah berumah tangga, aku ingin berjuang dan bertanggung jawab dengan keluargaku sendiri, merintis sendiri dan tak ingin merepotkan orang tua," terang Abbas panjang lebar.
Mengenai kehidupannya, Abbas di kenal sebagai orang yang tertutup. Tapi melihat Sayyidah, ia ingin menceritakan semua kehidupannya, tak ada yang di tutupi, ia ingin membangun kehidupan rumah tangga yang saling terbuka.
Ya, sebelumnya Abbas selalu menutupi fakta bahwa ia anak orang kaya, ia ingin bebas bergaul kepada teman manapun, tanpa memperdulikan status kaya atau miskin dan itu salah satu pendidikan dari uminya, Sofa. 
"Aku harap kamu mengerti. Kita mulai dengan berjuang bersama." Tangan Abbas terulur di belakang punggung Sayyidah, ingin memeluknya. Namun ia urung melanjutkan aksinya. Ingatannya kembali tergambar kejadian di dalam perpustakaan, membuatnya nyeri merasakan sakit hati.
Sayyidah diam tak bergeming, pandanganya ia lempar keluar, menghindari netra Abbas. Mulutnya hanya membalas Abbas singkat, "Iya."
Obrolan keduanya terputus saat pelayan mengantarkan dua piring rujak cingur kepada mereka.
"Ini pesananya."
"Iya, terima kasih," sahut Abbas dengan sopan.
***
Satu bulan berlalu
Sejak tinggal di asrama Abbas, Sayyidah  berdaptasi banyak hal. Dengan lingkungan baru, Sayyidah 'pun harus belajar kebiasaan baru.
Abbas memberikan Sayyidah beberapa potong gamis yang harus ia pakai setiap hari. Dia hanya di perbolehkan memakai celana ketika di dalam asrama atau hanya untuk daleman ketika keluar.
Lingkungan Abbas yang mengedepankan nilai-nilai agama memaksa Sayyidah untuk terbiasa, tidak seperti kehidupan sebelumnya yang bebas dan tanpa batas.
Pukul enam pagi Abbas telah berpakaian rapi, gamis putih panjang berkerah, di lapisi jaket hitam, sedangkan kepalanya ia hiasi dengan peci putih.
Ia duduk menyuapi mulutnya dengan bantuan sendok, lidah Abbas menyecap rasa dari kuah kuning bubur ayam yang ia buat sendiri sebelumnya. 
Manik mata Abbas menatap Sayyidah keluar dari pintu kamar dengan muka bantal dan rambut yang acak-acakan.
"Say, ayo makan!"
Sayyidah tak menggubris ajakan Abbas. Ia berjalan ke dapur dan mengambil sebotol air minum dari dalam kulkas.
Lagi-lagi usaha Abbas mengambil hati Sayyidah tak berhasil. Abbas hanya mengelus dada seraya menghembuskan nafasnya kasar.
Setelah menghabiskan sisa bubur di mangkok. Abbas segera beranjak. "Aku berangkat dulu!"
 "Kalau ada apa-apa kabarin aku." Berjalan mendekati Sayyidah.
"Kalau kamu merasa bosan, jalan aja keluar. Di depan komplek asrama ada toko aneka yang menyediakan banyak kebutuhan rumah tangga. Toko itu milik Abuya, toko terbesar di daerah ini." Tangan Abbas terulur untuk di salami Sayyidah, kemudian membantu merapihkan rambutnya.
Netra Abbas menatapnya dengan lekat. Ingin rasanya mendaratkan sebuah kecupan di sana, tetapi sayangnya nyalinya masih ciut.
"Assalamuallaikum." 
Abbas berjalan keluar dengan perasaan kecewa.
"Wa'allaikumussalam." 
***
Setelah menghabiskan sisa sarapan, Sayyidah melangkahkan kakinya ke dalam kamar, kasur putih terlihat menggairahkan. Sepasang netra Sayyidah menatap putih flavon, bosan rasanya hanya tidur, makan, duduk depan laptop. Semua pekerjaan rumah telah Abbas kerjakan tanpa bantuannya. Lagipula Sayyidah masih belum terbiasa menjadi ibu rumah tangga.
Suara dering benda pipih di atas nakas membuyarkan lamunannya, terlihat nama Zahra yang terpampang di sana. Segera Sayyidah tarik ke atas tanda berwarna hijau. 
"Halo Sayyidah! Gimana keadaan lo? Elo baik-baik aja 'kan?"
"Gue baik, gimana kabar lo juga? Gue kangen," ucap Sayyidah sedikit terisak menahan air mata.
"Gue juga kangen, gue udah tau semuanya. Lo tega banget nutupin semuanya dari gue dan temen-temen kita!"
Sayyidah terbelalak kaget dengan ungkapan Zahra, "Mmmm ... maksud lo?"
"Lo udah nikah ‘kan? Lo bilang mau tinggal di rumah Tante lo dan kuliah di sana, nyatanya lo ngikut suami elo ‘kan?" 
 

Komento sa Aklat (461)

  • avatar
    RosaAtd

    cerita nya bangus banget banyak pelajaran yg di ambil dalam cerita ya.....

    22/05/2022

      0
  • avatar
    XenografAthala

    bagus bgt si, asal endingnya ngga gantung aja si😭😭😭😭😭😭😭buruan kaaaaaaaaaaaaaaaa kelanjutan dan endingnya selalu aku tungguuu untukkk alur cerita yg satu ini🥰🥰🥰🥰

    28/02/2022

      1
  • avatar
    BilaSalsa

    ceritanya sangat bagus dan saya tertarik dgn novel nya

    19/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata