logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Hujan di Wajahmu (3)

Arina menatap ponselnya, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Dia baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai sales marketing rumah huni yang strategis. Dia juga baru saja selesai berdiskusi dengan seorang pelanggan yang tertarik. Jika dia berhasil membuatnya membeli, maka Arina akan mendapatkan keuntungan yang lebih. Tapi kenyataannya tidak semudah yang ia pikirkan, banyak pelanggan yang biasanya banyak mau.
Arina harus terus bersabar mendengarkan ocehan mereka. Kadang juga dia di marahi, semua itu adalah makanannya sehari-hari.
Terutama para lelaki. Mereka seringkali hanya bermain-main, dan membuang-buang waktu Arina. Kecantikannya menarik para lelaki buaya itu datang. Arina harus memiliki kesabaran ekstra menghadapi mereka.
Saat ini suasana jalan tampak riuh. Kendaraan berlalu lalang, memenuhi ruas jalan. Handphonenya bergetar, ada sebuah notifikasi masuk dari Dani.
Dani: Kamu di mana?
Arina: Mau mampir ke kafe.
Dani: Aku ke sana!
"Lagi-lagi...," Arina mendesahkan sesuatu, lelah.
Dani selalu seperti ini, setiap saat. Apa dia tidak pernah takut kepada Arina?
Biasanya perempuan akan memanfaatkan orang kaya untuk kesenangannya. Tapi beruntungnya perempuan itu Arina. Dia tidak akan mau memanfaatkan orang lain untuk keuntungannya sendiri dalam perihal uang. Justru Arina selalu di hantui rasa bersalah kepada Dani. Sikap baiknya terlalu berlebihan. Benar kata orang, cinta bisa membuat seseorang gila. Ya ... Termasuk Arina. Dia pernah mengalami itu saat masih bersama masa lalunya dulu.
Arina sangat menyukai kafe itu. Kafe yang termasuk langganannya. Kafe yang menjadi saksi atas semua pahitnya kisah cinta miliknya. Namun baginya tempat itu adalah tempat yang baik untuk berdamai dengan dirinya. Menerima semuanya. Dan memulai semuanya dari awal. Di situ juga awal dia mengenal sosok Dani. Sosok yang sangat baik dalam kehidupannya.
Bagi Dani kafe itu juga sangat istimewa. Tapi Dani tidak pernah menceritakan mengapa dia menganggap kafe itu sangat istimewa. Entah karena itu adalah awal pertemuannya dengan Arina atau mungkin ada hal lain. Yang pasti hal yang istimewa akan tetap istimewa.
Arina melangkahkan kakinya ke depan pintu masuk kafe. Suasananya terasa sangat tenang. Suasana yang khas dari kafe ini. Biasanya akan ada musisi yang datang untuk sekedar menghibur di dalam kafe.
Arina melirik ke tempat dia di mana biasa duduk, dan di tempat dia biasa menunggu. Tempat itu selalu kosong saat dia datang, entah mengapa. Padahal suasana di sana lebih menyenangkan, kita bisa melihat kendaraan yang berlalu lalang, juga rintik hujan yang datang.
Arina memesan segelas teh dingin dan dan juga mie ayam. Dia hanya baru makan sekali saat sarapan. Arina terlalu sibuk untuk makan, karena pekerjaannya.
Kafe ini selalu hebat, di sini dia bisa langsung menghilangkan rasa pusingnya atas pekerjaannya.
Arina sempat berpikir kalau tempat ini menyediakan sebuah buku untuk di baca mungkin akan menarik. Dulu itu adalah impian miliknya, membangun sebuah kafe baca. Namun impiannya harus pupus, kenyataannya ternyata berkelok, mamaksa Arina untuk menjadi seorang sales marketing. Jauh dari perkiraannya.
Usai menyantap seluruh makanan miliknya, Arina kembali memesan satu kopi americano untuk menemaninya sebentar. Mungkin hal ini terdengar aneh, tapi ini sudah menjadi kebiasaan Arina. Memesan kopi setelah makan dan meminum segelas teh.
Tak lama sebuah band datang mempersiapkan peralatan musik. Seperti biasanya mereka akan tampil untuk menghibur pelanggan kafe ini. Kehadiran mereka juga sudah menjadi ciri khas dari kafe ini. Setiap lagu yang mereka bawa selalu menyenangkan.
Sebuah lagu berjudul "Rumah singgah," karya Fabio Asher. Lagu itu di mainkan oleh mereka. Alunan tepuk tangan juga mulai mewarnai kafe ini.
"Aku hanyalah rumah, tempat persinggahanmu sementara," batin Arina menjerit lirih. Lagu hari ini sangat mewakili perasaannya. Lagu itu menusuk hatinya berkali-kali lipat.
Arina terus menahan air matanya sekuat tenaga, dia tidak mau menjadi perempuan yang cengeng, hanya karena di khianati oleh orang yang di cintainya.
Alunan nada musik bergema ke setiap sudut kafe. Semuanya tampak menikmati.
Arina menarik nafas dalam mengatakan pada hati kecilnya, bahwa semua akan baik-baik saja. Waktu dua bulan itu masih belum bisa melepaskan sosok itu sepenuhnya.
"Kau benar-benar menjengkelkan!" batin Arina mengutuk.
Akhirnya lagu menyedihkan itu berakhir. Bersamaan dengan itu Dani datang dengan memakai jas rapih dan wangi. Mendekat ke arah Arina.
"Apa kabar?" tanya Dani, basa-basi.
"Selalu buruk." Arina menoleh. "Matamu kenapa?" tanya Arina khawatir, setelah melihat mata Dani agak memerah.
"Mataku ...? Memangnya ada apa dengan mataku?"
Arina mengambil handphone miliknya dan membuka aplikasi kamera. "Coba lihat!"
Dani melirik ke handphone milik Arina. "Pantas saja dari tadi perih." Dani menggosok matanya dengan tangan.
"Jangan digosok begitu, nanti makin parah!" tegur Arina.
Dani berhenti menggosok matanya. "Maaf."
"Setelah ini langsung pulang dan istirahat!"
"Siap, nyonya!" balas Dani.
Dani duduk ke kursi berhadapan dengan Arina. Band itu kini mau menyanyikan lagu kembali. Para pengunjung tampak antusias menunggu. Arina menatap mereka lama menyaksikan kembali acara pertunjukan mereka. Semoga saja lagu kali ini lebih baik untuk hatinya.
"Mbak!" Dani memanggil pelayan.
"Iya mas, mau pesan apa?" tanya pelayan itu dengan hormat.
"Espresso satu," ucapnya, sambil mengangkat satu jari telunjuknya.
"Kenapa malah pesan kopi? Cokelat aja!" Seru Arina, khawatir. "Mbak, cokelat panas aja satu. Jangan kopi," sambungnya.
"Masnya, bagaimana, mau?" pelayan itu mencari kepastian.
"Iya cokelat panas aja, mbak." Dani menoleh ke arah Arina, lalu tersenyum. Mendapatkan perhatian seperti ini saja sudah membuatnya sangat senang.
"Baik, mohon ditunggu ya ...." Pelayan itu berbalik, lalu tertawa pelan. Sebenarnya dia sudah berusaha menahan bibirnya.
Arina melihatnya sekilas, dia bingung sekaligus heran melihat reaksi pelayan tadi. Masa hanya karena Arina perhatian dengan Dani, pelayan itu tertawa.
Dari pada memikirkan itu, Arina kini kembali melihat pertunjukan mereka, yang saat ini tengah membawakan lagu yang berjudul "Terakhir," karya Sirkhan yang di viral kan oleh Sufian Suhaimi.
Lagi-lagi lagu itu saling berkaitan dengan yang dia rasakan saat ini.
"Melepaskanmu tidaklah mudah bagiku, kenangan-kenangan mulai mengusik hatiku. Setiap tidurku aku selalu teringat dengan sosokmu." Arina menghela nafas panjang.
"Arina ...." Dani memecahkan lamunan Arina.
"Jangan memikirkan yang lain lagi, oke!" seru Dani.
Dani sepertinya menyadari tingkah Arina. Dia tidak harus jatuh lagi ke lubang yang sama. Memikirkan orang itu tidaklah berguna untuk apa pun.
"Maaf ... Lagu itu menyedihkan, sama seperti diriku." Bibir Arina bergetar.
"Sudah jangan bicara lagi ...." Dani menggenggam erat tangan Arina, berusaha menenangkannya. Dani tahu kalau Arina berbicara lagi, dia pasti akan menangis.
"Kenapa hanya aku yang merasakan ini!" batin Arina mengutuk mantan kekasihnya itu.
Beberapa menit akhirnya dia tenang. Dani selalu menyelamatkannya di saat-saat seperti ini. Dani meminta kepada band itu untuk menyanyikan lagu-lagu berbahasa Inggris. Jika mereka menyanyikan lagu yang mirip pun tidak akan membuat Arina kembali mengingat kisah cintanya, karena dia tidak memahami lagu berbahasa Inggris.
"Mungkin ini bukan saat yang tepat, tapi aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu ... Aku memiliki kenalan yang sedang mencari rumah, ini kesempatanmu!" ujar Dani.
"Benarkah?" Arina tampak antusias. Seluruh kesedihannya seakan lenyap begitu saja.
"Ya ... Pelanggan yang satu ini pasti serius, aku menjaminnya."
"Boleh kamu kenalkan padaku orangnya?" Arina berharap.
"Tentu saja! Besok jam delapan malam di kafe ini bagaimana?"
"Oke, setuju." Arina mengangguk cepat.
"Mau aku jemput?" tawar Dani.
"Tidak perlu, aku naik taksi."
Tak terasa langit sudah gelap, Arina harus pulang dia terlalu lama di kafe ini. Dia sudah tidak sabar untuk hari esok.
"Ayo, aku antar!" tawar Dani.
"Aku pulang sendiri, Dani. Kamu langsung pulang aja, istirahat lihat matamu sudah seperti itu. Kesehatanmu itu lebih penting, oke."
Dani mengangguk pasrah. "Baiklah ... Sampai jumpa besok!"
"Iya, sampai jumpa lagi. Ingat langsung istirahat di rumah."
"Iya, Arina."
Saat ini Dani merasa bahwa usahanya selama ini memiliki hasil. Sedikit demi sedikit Dani pasti akan mengubah hati Arina untuknya. Dia mengharapkan sebuah keajaiban untuk cintanya. Arina adalah seorang perempuan yang dia cari-cari selama ini.

Komento sa Aklat (78)

  • avatar
    iyan kece

    dapet duit

    4d

      0
  • avatar
    Rici Gustina

    aku sangat suka cerita ini , cerita ini sangat bagus 🤩 semakin lama ceritanya juga semakin tidak membosankan

    6d

      0
  • avatar
    Indah Widya

    Bagus cerita nya

    7d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata