logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Tingkah Ajaib Mia

Diana tersenyum melihat ekspresi kaget putrinya. Dia dengan lembut mengusap kepala Mia.
“Iya, Raka pengawal kamu. Tugasnya ngikutin ke manapun kamu pergi, terus nurutin semua permintaanmu, Sayang.”
Ucapan Diana membuat kedua pria itu sama-sama mengernyitkan dahi.
“Om, sejak kapan tugasku jadi nurutin semua permintaan Mia?” tanya Raka bingung.
Haris meringis lebar. “Udah, diemin aja. Itu cara buat bujuk Mia supaya mau nerima kamu sebagai pengawalnya.”
Raka mendengus pelan. Saat menoleh ke arah Diana, Raka hampir terkena serangan jantung karena Mia tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.
“Nama kamu Raka?”
“Raka.”
“Kayaknya kamu lebih tua dariku. Boleh aku panggil Mas Raka?”
Raka menahan napas ketika menyadari wajah mereka nyaris tanpa jarak.
“Boleh?”
Batin Raka berteriak frustrasi saat Mia memasang kitty eyes yang sangat menggemaskan.
“Terserah.”
“YEAY!” Mia berlari memeluk Diana dan Haris secara bergantian. “Papa, Mama, makasih!” Aku seneng banget punya pengawal!”
“Eh?” Haris terkejut dengan reaksi Mia. “Kamu suka?”
“Iya!” Mia melirik Raka dengan wajah tersipu. “Setelah aku lihat lagi, wajah Mas Raka nggak nyeremin kok, Pa. Malahan Mas Raka ganteng banget kayak pangeran impianku.”
Raka tidak tahu harus bersikap bagaimana menanggapi ucapan Mia. Sementara Haris dan Diana berusaha keras menahan tawa mereka.
“Oke, tugas pertama buat Mas Raka!” Mia kembali mendekati Raka. “Mas Raka temenin aku mandi, ya?”
“Apa?!” Raka refleks berteriak mendengar kata-kata laknat yang baru saja terucap dari bibir Mia.
“Ya ampun, Mia! Kenapa nyuruh Raka nemenin kamu mandi?!” tanya Diana panik. Apalagi dia merasakan aura hitam mulai menguar dari tubuh Haris.
“Bukannya tadi Mama bilang tugas Mas Raka ngikutin ke manapun aku pergi dan nurutin semua permintaanku?” Mata Mia mengerjap polos. “Aku mau mandi. Jadi, Mas Raka nemenin aku ke kamar mandi ‘kan?”
“Bukan berarti Raka nemenin kamu mandi juga!” Diana berusaha tidak menggetok kepala putrinya. “Udah, Mama aja yang nemenin kamu mandi! Ayo!”
Mia hendak melakukan protes, tetapi Diana lebih dulu menyeretnya masuk ke kamar mandi. Dari dalam sana masih terdengar teriakan keras Mia yang berulang kali merengek ingin ditemani mandi bersama Raka.
Melihat tingkah Mia, Raka tidak tahu harus berkomentar apa. Seumur hidupnya, baru kali ini dia menjumpai perempuan seperti Mia.
“Raka.”
Raka bergidik ngeri mendengar suara Haris tidak bersahabat seperti biasanya.
“Jangan sampai kamu melewati batas. Kalau sampai ada apa-apa, Om bakal minta tanggung jawab kamu! Ingat itu!”
Selesai mengucapan kalimat peringatan itu, Haris keluar dari kamar Mia. Meninggalkan Raka yang masih berdiri dengan ekspresi kebingungan. “Maksud Om Haris apaan sih? Aku nggak ngerti.”
Raka terus memikirkan ucapan Haris sambil memijat pelipisnya. Butuh waktu sepersekian detik baginya untuk mencerna maksud peringatan Haris.
Sial, Raka jadi menyesal sudah menerima tugas dari Yudha. Sekarang dia hanya bisa meratapi nasibnya menjadi pengawal gadis super ajaib seperti Mia.
***
Mia tidak bisa berhenti tersenyum selama perjalanan berangkat kuliah. Atensinya terus tertuju pada Raka yang duduk di sampingnya. Mereka duduk di jok belakang menaiki mobil pribadi keluarga Mia. Semula Raka ingin duduk di samping sopir. Namun, berkat rengekan super manja Mia yang memintanya menemani duduk di belakang, dia pun mengalah.
Raka juga sempat berencana mengantar Mia dengan mobilnya sendiri, tetapi ditolak oleh Haris dan Diana. Mereka beranggapan bahwa tugas Raka bukan sopir, melainkan pengawal Mia.
Berbeda dengan Mia yang terus berceloteh tanpa henti, Raka memilih memperhatikan jalanan yang mereka lalui. Lama-kelamaan dia merasa telinganya berdengung karena ocehan Mia yang tak kunjung berhenti.
“Mas Raka, aku boleh nanya sesuatu nggak?”
Hanya anggukan kecil yang diberikan Raka. Dia enggan mengeluarkan suaranya.
“Ugh, dari tadi aku ngomong Mas Raka diem aja.” Bibir Mia mencebik imut. “Aku mau denger suaranya Mas Raka.”
Raka menghela napas panjang. “Soal apa?”
Mendengar suara Raka, Mia tersenyum gembira. “Umur Mas Raka berapa?”
“26.”
Mata Mia berbinar. “Tebakanku bener. Mas Raka lebih tua dariku. Jarak umur kita 6 tahun!”
Satu fakta baru yang diketahui Raka. Mia ternyata seumuran dengan adiknya. Akan tetapi, sifat Mia jauh lebih kekanakkan ketimbang Arvin yang mempunyai wajah khas anak TK. Adiknya akan jauh lebih kekanakkan jika berurusan dengan makanan. Namun untuk keseharian, Arvin merupakan sosok adik yang luar biasa jahil.
“Aku pernah nonton drama Korea sama Fani. Biasanya pengawal itu nunggu majikannya di depan kelas saat sekolah atau kuliah. Berarti, Mas Raka nanti nungguin aku di depan kelas?” tanya Mia sambil mengedip-ngedipkan mata.
Raka mengangguk singkat.
“Emangnya Mas Raka nggak bosen?” tanya Mia ragu. Dia tidak bisa membayangkan berapa lama Raka harus menunggu kelasnya selesai.
Raka menggumam dalam hati, ‘Yah, pasti bosen.’
“Nggak apa-apa. Udah tugasku.”
Dahi Mia mengernyit heran. “Mas, coba panggil namaku kayak waktu bangunin aku tadi,” titahnya.
“...”
“Mas?”
“Nggak mau.”
“Mas Raka?!”
“Aku nggak ma—mpppph” Raka gagal melanjutkan kalimatnya setelah tangan Mia tiba-tiba menangkup kedua pipinya, sedikit menekan hingga bibir Raka membentuk huruf O.
“Aku nggak bakal ngelepasin tanganku sampai Mas Raka panggil namaku!” ancam Mia dengan mata melotot lucu.
Bisa saja Raka melepas tangan Mia dengan paksa, tetapi dia sadar itu sikapnya nanti terkesan kasar. Lagipula ada sopir pribadi Mia yang turut mengawasi. Bisa-bisa pria itu melapor pada orang tua Mia dan pasti akan terdengar ke telinga orang tuanya.
Ah, Raka tidak mau mendapat amukan dari ayahnya sendiri.
“Mia ....” Raka merutuk saat ada desahan di akhir kalimat. Salahkan tangan Mia yang menangkup wajah dan menekan pipinya hingga dia kesulitan berbicara.
Lain wajah Raka, lain lagi wajah Mia yang justru terlihat cerah dengan rona merah di pipi. Gadis itu tersipu malu. Hatinya serasa melayang mendengar suara Raka saat memanggilnya.
“Oh iya, Mas. Kalau Mas Raka selalu ngikutin ke manapun aku pergi,” Mia teringat sesuatu, “nanti Mas Raka nemenin aku ke toilet juga?”
Suara ban berdecit terdengar disusul teriakan panik seisi mobil. Rupanya mobil yang mereka naiki mendadak oleng dan hampir saja menabrak salah satu pejalan kaki. Sepertinya bukan Raka saja, sang sopir pun turut kaget mendengar pertanyaan super ajaib dari Mia.
TO BE CONTINUED

Komento sa Aklat (506)

  • avatar
    Fani Rifa

    susah ditebak alur ceritanya jd menarik

    4d

      0
  • avatar
    1Dika

    asu

    17d

      0
  • avatar
    HsheuuwHgwkwgie

    Mak jek balam 39

    21d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata