logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

KEBODOHAN DAN SOLUSI UNTUK FITRI.

Ibu pun berjalan mendekatiku dan memeluk tubuh ku sambil mengelus punggungku perlahan.
"Ibu juga minta maaf ya Nak, ayo kita buka lembaran baru menjadi keluarga yang bahagia. Maafkan Herman, Ibu janji akan memperlakukan Kamu dengan lebih baik dan Ibu akan menyayangi Kamu seperti anak kandung Ibu sendiri." Ucap Ibu sambil mengecup pelan keningku. Sontak perlakuan lembut Ibu membuatku sangat terharu.
Selama menjadi menantunya tak pernah sekalipun Ibu memperlakukan Aku dengan baik. Kali ini perlakuan manis Ibu membuat hati bersorak bahagia.
"Nak Fitri mau kan, dengar apa ucapan Ibu? Ibu akan jamin kalau Herman akan lebih menyayangi Nak Fitri." Ucap Ibu lembut sambil mengusap kepalaku, dan senyum manis pun tersungging dari bibirku.
"Iya Bu, Fitri mau ikutin apapun keinginan Ibu." Ucap Fitri sambil membalas pelukan Ibu.
"Jangan bodoh Kamu Fit!" bentak Mas Fitra padaku.
"Nak Fitra, percayalah Kami akan memperlakukan Fitri lebih baik lagi. Kami akan menyayangi dan mencintai Fitri layaknya Anak kandung Ibu sendiri. Dan lagi tak baik menyimpan dendam. Kami sudah minta maaf, bahkan Herman sudah bersujud di kaki Fitri. Mari kita buka lembaran baru agar hidup kita lebih bahagia." Rayu Ibu, masih dengan memeluk pundakku, begitu juga Mas Herman yang merangkul ku lembut.
"Betul apa kata Ibu Mas, akhirnya Aku bisa merasakan di sayangi dan di cintai oleh suami dan Ibu mertuaku. Kumohon Mas, maafkan Ibu dan Mas Herman, ya." Pintaku dengan mata berkaca-kaca berharap Mas Fitra mau mengurungkan niatnya melaporkan Mas Herman dan Ibu ke polisi.
"Bilang juga pada Mas Fitra, Dek untuk mencabut laporannya pada polisi. Masak Kamu tega melihat suamimu ini mendekam di dalam jeruji besi?" tanya Mas Herman sambil mengusap lembut kepala dan mengecup keningku.
"Iya Mas, jangan khawatir. Mas Fitra orang baik, pasti akan memaafkan Mas Herman dan Ibu." Ucapku menenangkan Mas Herman.
"Ayo Nak Fitra, Kita duduk di ruang tamu saja. Herman, kedapur sana buatin minum untuk Nak Fitra dan Fitri. Pasti mereka haus setelah dari perjalanan jauh!" perintah Ibu pada Mas Herman.
"Iya Bu, silahkan Mas Fitra duduk dulu Aku akan buatkan minum." Ucap Mas Herman dengan tersenyum manis pada Mas Fitra, tapi hanya di tanggapi dingin olehnya.
"Fitri bantu ya Mas, takut Mas Herman kerepotan nanti." tawarku sambil mengikuti langkahnya menuju dapur.
"Kalau Kamu lelah duduk di depan saja, Mas bisa kok kalau hanya membuat teh manis." Ucapnya sambil menoel daguku lembut. Hatiku berdesir mendapat perlakuan manis dari Mas Herman.
"Aku mau bantuin Mas Herman saja." lirih ucapanku sambil menunduk malu.
"Ya sudah Kamu duduk saja di kursi ini, sama kasih gula ini pada cangkir. Mas yang menuang air panasnya. Takut jika nanti Kamu terciprat air panas." Ucap Mas Herman mengkhawatirkan Aku. Kembali hatiku menghangat karena perhatiannya.
"Terima kasih ya Mas, sudah sayang dan cinta lagi padaku." Ucapku penuh haru.
"Jangan ragukan itu, ayo kita bawa minuman ini kedepan. Jangan sampai Mas Fitra menunggu lama." Ajak Mas Herman.
"Silahkan Mas Fitra di minum dulu teh manisnya. Ini Aku yang buat, di bantu sama Fitri seh." Ucap Mas Herman berusaha berramah tamah pada Mas Fitra.
"Sebenarnya Mas, sangat kecewa sama Kamu Fit. Tapi demi kebahagiaan mu Mas akan turuti keinginanmu. Dengan syarat Kamu juga harus menuruti keinginan Mas." Ucap Mas Fitra setelah menghela napas kasar.
"Iya Mas, Aku akan ikuti keinginan Mas Fitra, asal Mas Fitra mau memaafkan Ibu dan Mas Herman, dan tidak melaporkan mereka ke kantor polisi. Ohya, syaratnya apa Mas?" tanya Fitri penasaran.
"Mulai sekarang Kamu tak usah lagi kerja di tempat Koh Andi. Aku juga akan menempatkan satu orang kepercayaan ku di rumah ini untuk mendampingimu. Satu lagi cctv akan ku pasang di setiap sudut rumah ini, yang tersambung langsung pada ponselku agar Kamu tak berani berbuat macam-macam pada Fitri!" ancam Mas Fitra sontak membuat Mas Herman dan Ibu tercengang.
"Baiklah Nak, apapun yang menurutmu baik. Asal jangan lupa transferan nya setiap bulan, ini sangat membantu perekonomian keluarga Adikmu." Ucap Ibu, dengan tidak tahu malu, tapi Mas Fitra hanya menanggapi dengan datar.
"Tak akan ada lagi transferan! Suruh Anak kesayangan Ibu bekerja, agar menjadi laki-laki yang bertanggung jawab pada keluarga!" cerca Mas Fitra, membuat Ibu dan Mas Herman tercengang.
"Lalu untuk apa Fitri di sini kalau tidak berguna sama sekali?!" pertanyaan Mas Herman membuatku tersentak kaget.
"Jangan bicara seperti itu Herman. Apa yang di katakan Nak Fitra benar. Kamu harus bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Jangan kamu dengarkan ucapan konyol Herman ya Fit. Pinta Ibu padaku, sedangkan Mas Herman mengalihkan pandangan dengan kesal.
"Nak Fitra jangan khawatir, Ibu yang akan menjaga Fitri. Mungkin Nak Fitra berkenan memberi jatah transferan untuk biaya sehari-hari Fitri di sini. Apalagi Dia sudah tidak lagi bekerja di toko Koh Andi." Rayu Ibu tetap kekeh ingin mendapat jatah bulanan dari Mas Fitra.
"Keuangan Fitri akan di atur oleh orang kepercayaan Saya, Ibu tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk kebutuhan Fitri." Jelas Mas Fitra cuek, sama sekali tak terpengaruh dengan rayuan Ibu, bahkan terlihat kekeh pada keputusannya.
"Atau anggap saja biaya Fitri tinggal di rumah ini Nak,...."
"Kembalikan uang yang telah Saya transfer setiap bulannya!" seru Mas Fitra memotong ucapan Ibu.
"Mana bisa begitu Nak, uangnya sudah habis untuk kebutuhan Fitri." Sanggah Ibu.
"Bahkan rumah ini pasti di Beli dari transferan Saya setiap bulannya. Saya yakin sekali, jadi Fitri tak perlu lagi membayar jika ingin tinggal di sini. Andai tenaga yang sudah Fitri keluarkan demi keluarga ini minta di bayar, mungkin Ibu tak akan sanggup membayarnya!" cerca Mas Fitra dengan ketus. Hingga Ibu tak lagi bisa berkata-kata.
"Malam ini Saya akan menginap di sini, tunjukkan di mana kamarku Fit?!" perintah Mas Fitra ketus. Aku jadi merasa tak enak pada Mas Fitra, mungkin Dia tak nyaman dengan situasi di rumah ini.
"Ayo Mas, Ku antar ke kamar. Mas Fitra pasti capai habis perjalanan jauh tadi." Ucapku sambil berdiri dan mengantar Mas Fitra ke kamar depan.
"Jadilah berguna selama tinggal di sini Fit!" celetuk Mas Herman setelah Aku menemuinya di kamar. Ibu telah pulang sedari tadi, pusing dan ingin istirahat katanya.
"Maksud Mas Herman apa?" tanyaku heran.
"Apa Kamu mau ongkang-ongkang kaki saja di rumah tanpa menghasilkan uang sama sekali? Lalu gunamu jadi Istri apa?" tanya Mas Herman membuat dadaku kembali sesak, setelah sesaat tadi kurasakan bahagia.
Apa Aku salah mengambil keputusan? Gumamku dalam hati.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Komento sa Aklat (170)

  • avatar
    SatriaAnak agung

    bagi sekali

    2d

    Β Β 0
  • avatar
    Zeson

    AAAA ENDINGNYA MEMBUAT KU KELEPEK-KLEPEKπŸ˜žπŸ˜žπŸ˜žπŸ‘ŒπŸ‘ŒπŸ‘Œ

    20d

    Β Β 0
  • avatar
    AinulSiti

    good

    16/08

    Β Β 0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata