Kabuuan : 30Satu
Namaku Nila Fariska. Semua menjulukiku sebagai Snow Queen. Mungkin mereka memang benar. Hatiku telah
readmore Dua
"Kau harus menerimanya. Menolak bukan pilihan," ucap Pak Yan. Meski begitu, dari nada suaranya,
readmore Tiga
Tiga "Nama dia Stefan Anjano," ucap Pak Harsono setelah membiarkan aku beberapa saat menatap foto itu
readmore Empat
Empat Wajah Pak Harsono berubah tegang. Ia menatapku dan Stefan bergantian. "Se-baiknya ... sebaik
readmore Lima
Lima Aku telah selesai memasang kamera pengawas dan kembali duduk sambil menatap layar di depanku. Ku
readmore Enam
Mataku membeliak marah dan menatap Stefan tajam. Aku tidak suka dengan orang yang sok memberi perhat
readmore Tujuh
Stefan benar-benar membantuku mengerjakan semua pekerjaan rumah. Aku tahu dia tidak bermaksud apa-ap
readmore Delapaan
Aku bersidekap sambil tersenyum tipis menikmati permainan sandiwara di hadapanku ini. Jawaban Stefan
readmore Sembilan
Aku berdiri di samping lantai dansa. Mengawasi setiap orang dengan cermat. Saat ada orang yang
readmore Sepuluh
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu? Aku hanya melakukan semua ini demi pekerjaan. Jangan
readmore Sebelas
Setiba di kamar, aku masih merasa aneh. Aku merasa ada yang salah dengan diriku. Kusentuh perlahan k
readmore Dua belas
"Apa kau sudah gila?" tanya Stefan untuk kesekian kalinya. Kami sedang berada di dalam pos k
readmore Tiga belas
Keesokan harinya, semua berlangsung seperti biasa. Aku masih agak canggung karena belum bisa menerka
readmore Empat belas
Pertanyaan Andi itu membuatku semakin gugup, tetapi Stefan segera menggeleng. "Kita bar
readmore Lima belas
Aku mematut diri di cermin. Gaun itu tampak pas dan indah membalut tubuhku. Aku tidak bisa menolak p
readmore Enam belas
Saat aku menatap cermin, aku tidak percaya bahwa orang di hadapanku adalah diriku. Rambutku yang pan
readmore Tujuh belas
Stefan menuntunku ke lantai dansa. Sebelumnya aku telah bersikeras menolak. Aku tidak bisa berdansa.
readmore Delapan belas
Aku diam tanpa bisa menjawab pertanyaan Vano. Pemuda di hadapanku itu menggeleng sambil tersenyum pa
readmore Srmbilan belas
Suara keras pintu yang dibanting terbuka membuat perhatian aku dan Stefan teralihkan. Aku benar-bena
readmore Dua puluh
Aku diam sejenak mendengar pertanyaan Sophie. Gadis yang baik hati itu bahkan bisa melihat perubahan
readmore Dua satu
Pertanyaan Sophie itu tidak bisa kujawab. Meski aku tahu aku harus melepaskan Stefan, teta
readmore Dua dua
Kutatap lama wajah pria yang kurindukan itu. Wajah tersebut terlihat kusut masai. Ada lingkaran gela
readmore Dua tiga
Vano tampak terkejut mendengar perkataanku. Ia segera menyeretku keluar dari ruangan tersebut. Kami
readmore Dua empat
Aku tertegun menatap Vano. Kabar tentang meninggalnya Risa sungguh membuatku terpukul. Aku juga meli
readmore Dua lima
"Jika aku berhenti menyukaimu, apa kau akan kehilangan aku?" tanya Vano lagi. Aku tersenyum s
readmore Dua enam
Aku ingin secepatnya berada di sana. Melihat kondisi Stefan. Memastikan bahwa dia baik-baik saja. Ak
readmore Dua tujuh
"Aku tidak menyangka Pak Jagarsa akan melakukan itu semua padahal dia yang selama ini selalu me
readmore Dua delapam
Aku bergegas melangkah keluar ruangan. Vano masih saja mengejar sambil berusaha keras untuk membujuk
readmore Dua sembilan
"Apa?" tukas Vano dengan suara keras. Ia berdiri dari duduknya. Tangannya tergenggam erat. "Dia itu
readmore Tiga puluh
"Dia tidak akan seperti itu. Kau tidak mengenalnya. Aku percaya padanya. Dia tidak akan melupakan
readmore
seru
17/07
0sangat bagus
04/06
0luar biasa banget
20/05
0seruh banget
11/05
0nice
21/01
0nice story
19/11
0bagus
15/10
0bavus
05/06/2023
0bagus
02/06/2023
0nice book
12/03/2023
0