Kabuuan : 281
Gelak tawa memenuhi ruangan. Riuhnya menambah ramai suasana. Tetapi tidak dengan ku dan ayah. Ayah h
readmore 2
Rumah yang menurutku sederhana namun layak. Aku kira rumah orang desa berdinding anyaman bambu beral
readmore 3
' Ini orang memang kelewat santai. Dikira hidup cuma perlu makan apa,' batinku kesal. " Oh iya. Dibaw
readmore 4
" Jangan dik. Mereka itu orang- orang ku," kata Bang Yitno dengan mantap. Aku tercengang menatap Bang
readmore 5
Aku harus bertanya pada siapa tentang pria aneh yang kini bergelar suamiku ini ? Bahkan aku juga tid
readmore 6
Saat Bang Yitno mengurusi hasil panenya, diam-diam aku ke rumah Bu Sumi. Bertanya pada warga dimana
readmore 7
" Jangan, dik," cegah Bang Yitno tegas. " Jangan kenapa lagi bang ? Aku tidak suka dengan cara pandan
readmore 8
Ayah mulai membuka kado dari Bang Yitno. Dalamnya ada sebuah kado. Kotak kecil yang terdapat tulisan
readmore 9
Sepanjang perjalanan pulang, Bang Yitno hanya terdiam. Aku menjadi takut mengajaknya berbicara. Mung
readmore 10
Aku hanya diam mematung kala lelaki dan wanita itu serta suamiku mendekat. Wajahnya juga semakin jel
readmore 11
Kami mengendarai mobil masing-masing menuju rumahku. Aku yang pertama kali duduk di sebelah kemudi y
readmore 12
Aku, ayah dan Bang Yitno menatap heran pada Mas Damar. Kami tau bagaimana perlakuanya bagaimana hin
readmore 13
" Bang, abang," panggilku panik. Tetapi kepanikanku justru memancing Bang Damar serta Bang Surya yang
readmore 14
" Kenapa mbak ? Ayah juga ayah kandung mbak Dinda, Mbak Oliv dan Mbak Mayang. Dulu kalian melarang k
readmore 15
" Buat apa mbak mbak ?" " Sertifikat ini aku pinjam dulu. Untuk biaya kampanye Mas Damar. Nanti kalau
readmore 16
" Memangnya ada apa Bu ?". Perasaan ku semakin tidak menentu. Aku benar-benar khawatir. Bu Wati dan B
readmore 17
" Siapa bilang aku merawat ayah ? Aku hanya numpang tinggal disini sampai aku mendapat hunian baru.
readmore 18
Aku bergegas menghampiri ayah. Mencarikan obat nya. Tidak ku pedulikan dua orang yang sedari tadi be
readmore 19
Aku temui anak buah renternir tadi di markasnya. Aku hembuskan nafas pelan. Aku harus bisa. Aku suda
readmore 20
" Kita tidak sama. Kamu bukan anak kandung ayah dan mama," ucap Mbak Dinda yang bagiku perkataanya b
readmore 21
" Jauh Nduk," kata Budhe Ira dengan pelan. " Karena bukan berasal dari kota ini ya budhe ?" tanyaku m
readmore 22
" Kebetulan saya melihat tawaran penjualan rumah ini dari internet. Dan saya berniat untuk membeliny
readmore 23
Aku kaget bukan main. Tetapi juga ada rasa haru berharap ibu ku sudah sembuh. " Apa kemungkinan sudah
readmore 24
" Tolong katakan siapa laki-laki itu, sus ?" pintaku setengah memaksa. " Adi Sanjaya," Nama yang cukup
readmore 25
" Tuan Adi Sanjaya adalah ayah kandung Mbak Sela," Aku terkesiap kaget. Ternyata ayah yang tidak meng
readmore 26
" Aku wanita yang haidnya tidak teratur bang," ucapku lirih. Karena yang aku tau wanita dengan siklu
readmore 27
Setelah seleaai menutup telefon, Bang Yitno melihat ke arahku. Raut muka ku tidak berubah, masih mas
readmore 28
" Bundamu kok aneh ?" Aku terkesiap dengan ucapan Budhe Yuli yang terkesan ceplas ceplos. Memang bund
readmore
bagus
6d
0* 5
8d
0ceritanya bagus sekali
22d
0bagus
24d
0baik
14/09
0menarik
14/09
0baik
10/09
0Best dok part ni
09/09
0i like
08/09
0ceritanya sangat baguss
28/08
0