Tag(s):
• Ditinggalkan
• Dokter
• HappyEnding
• Cinta satu malam
• Pornografi
• Kehamilan
• Cinta yang manis

Kesalahan satu malam Bima beberapa tahun yang lalu, membuahkan janin di rahim wanita yang tidak ia kenal. Semula Bima tidak mengetahui hal itu sampai kemudian wanita itu datang ke meja prakteknya membawa seorang gadis kecil yang mengidap penyakit langka. Bima merasa benar-benar hancur dan terpukul ketika sejak melihat mata gadis kecil itu ia sudah sangat yakin bahwa gadis kecil itu adalah darah dagingnya, sebagian dari jiwanya. Lantas bagaimana dengan isterinya? Wanita yang sangat ia cintai namun belum bisa memberikan keturunan untuknya meskipun sudah empat tahun menikah? Dan perlukah Bima jujur pada Levina bahwa ia adalah laki-laki bejat yang memperkosanya dan meninggalkan dia begitu saja ketika Levina mabuk berat beberapa tahun yang lalu? Bagaimana kemudian nasib Anetta? Apakah dia bisa sembuh dari penyakit langkanya?

Huling Update

Editor's Choice

Fall In Love With A Gangster Prince

Aizingxx

New Face

Beberose

Owned by the Bad Boy

Ruwanda Moone

Ambrose Obsession

ZariyahDenise

Ang Pulang Kuwintas

whiteKnight Magico

When Sadgirl meets Sadboy

_saimeizu_

Rekomendasyon

Everything Was A Lie

BlackFlame

Queen Series 1: Amira Zaine Legazpi

Your_BraveQuin

A Military Love

ALLYSTEINE FERROW

Once In A Lifetime (Athlete Series #2)

amph1trite

SI PRINSESA MAGDA

June_Thirteen

Bullets And Justice

Michael C. Camino

Para kay Enro

Alegny

Fly With Me

Aquarskye

Choosing my Forever (Book Two)

jhelly_star

Between the Speculated Lies

headshacxx

Komento sa Aklat (67)Iwanan ang iyong komento sa App

• didindidin

  cerita y bagus banget kk sumpah buat aku yg baca y sampai nangis kk , di tungguh y karya terbaru y

  26/07

    0
• 
  Titin Atik

  Bagus cerita ⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐🌟🌟⭐⭐

  20/07

    0
• AisyahNur

  cerita yang lembut dan ceria me buat ku tersenyum lebar sagat bagus

  14/07

    0
• 
  Akhniirawatiii

  bagus

  12/07

    0
• JalilAbdul

  aplikasi seru

  09/07

    0
• SumaiyyahMs

  awesome

  24/06

    0
• 
  Fatin Nadiah

  this stroy is good

  17/06

    0
• 
  Aprilia R

  bgis

  20/05

    0
• 
  AmaliyahNur amaliyah ramadhani

  ada berapa typo yang sy tidak mengerti

  20/05

    0
• 
  GLucy

  bagus banget

  08/05

    0

• Kabuuan: 96

• Ch. 1 Malam Itu

  Bima terus memacu tubuh dalam kungkungannya itu, keringatnya mengucur deras. Napasnya tidak beratura

• Ch. 2 Kelulusan

  Bima tersenyum lebar ketika melihat sosok itu begitu cantik dengan dress batik sambil membawa buket

• Ch. 3 Wedding Day

  Bima masuk ke dalam kamar setelah semua acara di rumahnya selesai. Tubuhnya letih luar biasa. Sejak

• Ch. 4 Half Blood

  "Gimana, keren kan?"
  Bima terbelalak ketika tahu akhirnya ia dapat wahana internship masih di kota in

• Ch. 5 Internship

  Bima tersentak dari tidurnya, nafasnya tersengal-sengal. Keringat dingin mengucur membasahi tubuhnya

• Ch. 6 Abortus Incompletus

  "Kehamilan sebelas minggu, namun sayang sekali, Bu, kehamilan Nina tidak bisa dipertahankan lagi," g

• Ch. 7 Kilas

  Bima mengentikan mobilnya tepat di depan kantor cabang sebuah bank swasta terbesar di Indonesia, tem

• Ch. 8 Kenapa Belum

  Melinda meletakkan testpack yang baru saja ia gunakan itu dengan lesu, masih garis satu! Sudah tiga

• Ch. 9 Ke Obsgyn

  "Dokter ... saya dalam perjalanan, ya!" Bima menelepon dokter Hendratmo, untung dia orang dalam, jad

• Ch. 10 Hanya Kita Berdua

  Bima kembali ke rumah sakit dengan kepala pusing bukan main. Ternyata benar, Melinda sang isteri ada

• Ch. 11 Bagaimana?

  Bima menatap nanar sosok itu, sosok yang sedang melangkah keluar dari kantornya itu masih tampak les

• Ch. 12 Ikatan Batin

  Andi turun dari mobilnya, ia sengaja hendak mampir ke supermarket untuk membeli sesuatu. Hari ini un

• Ch. 13 Greatest

  "Yakin mama dan papa nggak bakalan curiga?" Melinda menatap nanar tangannya yang sudah tertancap sel

• Ch. 14 Greatest (2)

  "Ketubannya sudah habis, Bu. Jadi satu-satunya prosedur yang bisa kita lakukan hanyalah dengan secti

• Ch. 15 A New Life

  Air mata Vina kembali menitik ketika ia sudah didorong masuk ke ruangan itu. Dalam ruangan itu terda

• Ch. 16 Seandainya

  Bima mengendap-endap, nampak wanita paruh baya tadi masih berdiri di samping seorang perawat. Bayi m

• Ch. 17 Kamu Bisa!

  Bima memarkirkan mobilnya di halaman parkir, ia melepaskan snelli-nya lantas mengantungkan jas keban

• Ch. 18 Bayi Itu ....

  "Siapa namanya, Ma?"
  Sungguh, Vina benar-benar antusias. Kira-kira sang mama ini hendak memberi anakn

• Ch. 19 Bagaimana Jika?

  "Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja." bisik Bima lirih, tangannya menggenggam tangan Meli

• Ch. 20 Jadi Dia?

  "Kalian benar-benar tidak ada masalah dengan reproduksi kalian, kan, Bim?"
  Kembali Bima tersentak, ia

• Ch. 21 Terbaik

  Melinda mengerjapkan matanya, cahaya yang menyapa retinanya sedikit menyilaukan dan membuat ia memek

• Ch. 22 Tidak Mungkin!

  "Loh, Pa? Nggak sarapan?" Anita terperanjat ketika Andi hanya mengecup keningnya sekilas lalu melang

• Ch. 23 Rela?

  "Gimana, Ma?" tanya Vina dengan penuh harap ketika sang mama kembali dari mengunjungi Anetta.
  "Nanti

• Ch. 24 Aku Ingin ....

  "Kamu ingin aku menikah lagi? Kamu rela aku menikah lagi?"
  Melinda tercekat dengan air mata tertahan.

• Ch. 25 Aku Ingin

  "Apa yang kamu harapkan dengan pertemuan itu?"
  Vina menatap sang mama tanpa kedip. Sebuah pertanyaan

• Ch. 26 Pulang

  "Yakin sudah berani pulang?" Bima sepulang praktek langsung bergegas menemui sang isteri, sudah tiga

• Ch. 27 Pulang (2)

  Melinda menatap nanar ruangan yang sudah beberapa hari ini menjadi tempat dia tidur dan menjalani pe

• Ch. 28 Semua Berubah

  "Yeee!!! Mama pulang!"
  Vina tersenyum ketika melihat betapa gembira anak gadisnya itu. Ia segera turu

• Ch. 29 Diam-diam Tersakiti

  Bima menghela nafas panjang, pesannya hanya dibaca tanpa di balas sama sekali oleh sang isteri. Dia

• Ch. 30 Dia?!

  "Non ... Non Vina, buka pintunya, Non!"
  Vina yang sudah meraih jar krim wajahnya sontak menoleh ke ar

• Ch. 31 Benarkah?

  "Dok, cepetan!"
  Bima tersentak, ia segera sadar dari keterkejutan yang tadi menyergap nya. Dengan tan

• Ch. 32 Sampel

  "Nah, itu dokternya, Vin! Ganteng, kan?" nampak mata Ani berbinar. Entah jodoh atau bagaimana, dia s

• Ch. 33 Curhat

  "Hah? Lagi, Sus?" Vina yang lega Anetta sudah tenang dan tidak menangis setelah proses pengambilan d

• Ch. 34 Curhat (2)

  "Ini apa, Bim?" tampak Andri terkejut ketika sejawatnya yang tengah menjalani pendidikan spesialis a

• Ch. 35 Bau Itu ....

  Mobil itu berhenti tepat di depan rumah besar yang selama ini Melinda tempati. Rumah yang menjadi te

• Ch. 36 Bau Itu (2)

  Bima benar-benar panik, tidak peduli darah itu membasahi dan mengotori snelli-nya ia terus mempertah

• Ch. 37 Galau

  Vina membawa jas dalam dekapannya itu melangkah keluar dari IGD. Dengan langkah tergesa dia menuju l

• Ch. 38 Jadi?

  "Nggak ada salahnya kamu resign dari pekerjaanmu, Mel. Fokus program hamil. Mau sampai kapan kalian

• Ch. 39 Lelaki Itu Aku!

  Bima bungkam, lidahnya mendadak kelu. Sementara Vina terisak dengan bahu naik-turun di sebelahnya. K

• Ch. 40 Lelaki Itu Aku! (2)

  Vina hendak bangkit, namun tangan Bima lebih gesit mencekal tangan Vina dan membuatnya tidak bisa pe

• Ch. 41 Saya Serius

  Vina terduduk di balik pintu kamar mandi sambil terus terisak. Untung lantai kamar mandi kering, kal

• Ch. 42 Saya Serius! (2)

  Bima melangkah mendekat ranjang itu. Air mata kembali menitik. Sebuah kesepakatan sudah dia buat ber

• Ch. 43 Kita Perlu Bicara!

  "Ma, kenapa Mama pakai bikin perjanjian macam itu sih?" Vina melangkah keluar dari kamar mandi begit

• Ch. 44 Plin-Plan

  Melinda tertegun di tempatnya duduk. Ia menatap bayangan Bima yang lantas menghilang di balik pintu

• Ch. 45 I Feel You!

  "Mas pengen ngomong apa?" Melinda lebih dulu buka mulut setelah Bima terus bungkam sejak dia keluar

• Ch. 46 Tentang Hati

  Melinda dengan susah payah membuka mata, hendak membangunkan Bima. Namun ketika matanya terbuka, Mel

• Ch. 47 Pelik

  "Kalau Dokter bilang papa Anetta masih hidup, apa yang hendak Anetta katakan?"
  Bima menatap mata yang

• Ch. 48 Kau Bisa Apa?

  "Kita bicarakan semuanya nanti, aku harus follow up beberapa pasien dan stand by IGD. Nanti makan si

• Ch. 49 Sebuah Keputusan

  “Kamu bisa menolak sekarang, Vin. Tapi kalau Anetta yang minta, kamu masih mau nolak? Dia butuh aku,

• Ch. 50 Sebenarnya ....

  “Anetta, ya?” tampak dokter Agus sibuk membolak-balik lembaran kertas berisi status pasien milik Ane

• Ch. 51 Hasil Tes

  "Kamu siap?"
  Melinda tercekat. Radit menatap dirinya dengan serius. Mata mereka bertemu, dengan sorot

• Ch. 52 Pengakuan Bima

  "Bim, kamu kenapa?"
  Tentu dokter Agus panik dan terkejut melihat mahasiswanya menangis sesegukan sepe

• Ch. 53 Panggil Aku Papa

  "Permisi, Bu. Ada titipan, ya?"
  Vina kontan menoleh, mendapati perawat muda itu masuk ke dalam kamar

• Ch. 54 Massive Bleeding

  “Kamu benar-benar belum bisa menentukan apa penyakit Anetta, Mas?” Vina masih belum puas dengan jawa

• Ch. 55 Saya Ayahnya, Dok!

  "Bim, boleh Mama tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada Anetta?"
  Bima tercekat, ia yang tengah merema

• Ch. 56 Curi Dengar!

  Melinda terkejut ketika mendapati Radit muncul dan melangkah ke arahnya. Sudah jam pulang, dia tenga

• Ch. 57 JELASKAN, BIM!!!

  Vina menoleh ketika suara derit pintu itu menyapa telinga, nampak Bima muncul dengan tas yang dia ba

• Ch. 58 JELASKAN, BIM!!! (2)

  "Mau mampir makan dulu?"
  Sebuah pertanyaan yang jujur Melinda harapkan keluar dari mulut Radit. Seper

• Ch. 59 JELASKAN, BIM!!! (3)

  "Papa kenal sama Levina?"
  Bima terkejut luar biasa ketika mendapati ternyata antara Vina dan sang pap

• Ch. 60 JELASKAN, BIM!!! (4)

  Andi menghela napas panjang, dia dan Bima kini duduk di bangku yang berada di sudut cafetaria rumah

• Ch. 61 Kamu Mau, Kan, Vin?

  "Pa, kenapa Papa nelpon mama sih?" protes Bima sambil mengejar langkah Andi.
  Andi menoleh, menatap Bi

• Ch. 62 Ini Cucumu!

  Anita melangkah turun begitu beres memarkirkan mobilnya. Tak lupa ia menjinjing tas kesayangannya me

• Ch. 63 Kecewa

  Anita tercengang mendengar semua penuturan anak semata wayangnya. Bima terisak, duduk di depannya sa

• Ch. 64 Cucu Mama

  Bima hanya membuka pesan yang tadi Melinda kirimkan kepadanya. Pikirannya kalut dan kacau. Dugaan se

• Ch. 65 Bukti Transfer

  Bima melangkah dengan lunglai keluar dari lift, semangatnya mendadak lenyap begitu tahu reaksi sang

• Ch. 66 Ada Apa Dengan Anetta?

  Darah Melinda mendidih. Suaminya itu transfer nominal sebegitu banyak untuk apa? Hampir 100jt! Ia he

• Ch. 67 Sakit Apa?

  Pintu terhempas, nampak Bima dan Vina muncul dengan nafas tersengal. Neta sudah terpasang infus dan

• Ch. 68 Aku Ingin!

  Bernard Soulier Syndrome. 
  Kalimat itu yang terus terngiang di telinga Vina sekarang. Dokter Agus sud

• Ch. 69 Empat Mata

  "Kau yakin, Mas?" Vina melangkah di sisi Bima yang pagi itu sudah mandi dan bersiap pulang. pulang u

• Ch. 70 Talak Aku!

  “Mas ... kenapa?” Melinda benar-benar tidak kalut, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa suaminya mala

• Ch. 71 Reason

  Melinda menghela napas panjang, ia menatap lelaki yang perhari ini sudah tidak lagi menjadi suaminya

• Ch. 72 Reason (2)

  Vina hendak melangkah ke minimarket ketika suara itu memanggilnya dengan begitu keras. Vina menoleh

• Ch. 73 Forgive

  Bima menatap Vina yang tengah asyik menyantap sepiring nasi rames yang dia pesan di kantin rumah sak

• Ch. 74 Stronger

  Melinda masuk ke dalam kamar. Matanya menatap nanar kamar yang selama ini menjadi tempat dia pulang

• Ch. 75 Kisses!

  "Belum selesai?" Bima duduk di sisi Vina yang masih sibuk dengan buku-buku dan laptopnya. Anetta sen

• Ch. 76 Apakah?

  "Mas kenapa?"
  Bima tidak langsung menjawab, ia malah menundukkan kepala, melangkah mendekati sofa lal

• Ch. 77 Pulang

  "Ma, Bima izin pulang dulu." Izin Bima pada Ani yang tengah memakaikan baju pada Anetta yang baru sa

• Ch. 78 Kalian Yakin?

  "Kamu sudah yakin, Mel?" Madi menatap anak bungsunya, nampak dia sejak tadi menunduk, menghindari ta

• Ch. 79 Yess, I Will!

  "Belum tidur?" Bima terkejut ketika mendapati Vina masih terjaga susu di depan laptopnya. 
  Wajah itu

• Ch. 80 Pulang

  "Pulang aja nggak apa-apa, nanti kau pantau terus kondisi anakmu dan laporkan ke saya, Bim." gumam d

• Ch. 81 Kali Kedua

  Vina tercekat menatap sorot mata itu, tubuhnya seolah membeku seketika. Dua tangannya dikunci tepat

• Ch. 82 Jawab, Bim!

  "Kalian lama banget sih, kemana dulu tadi?" Protes Anita ketika Bima dan Vina muncul di ruang rawat

• Ch. 83 Identik!

  "Kau tahu? Mama sudah tahu semua rahasia kita tadi pagi!" Bisikan Bima ketika membantu Vina memasukk

• Ch. 84 Just Believed

  Bima tertegun, nampak Andi menatapnya dengan seksama. Sorot mata itu begitu serius membuat Bima lant

• Ch. 85 Vonis

  Vina setengah berlari begitu keluar dari mobil. Dia tengah menyebar kuesioner untuk penelitian skrip

• Ch. 86 Kenapa?

  Bima mematikan mesin mobil begitu ia beres parkir di halaman depan istana keluarga calon istrinya, t

• New Chapter 1

  Beberapa bulan kemudian ... 
  Udara begitu sejuk menyapa Bima yang baru keluar dari bangunan gedung. B

• New Chapter 2

  “Ayolah, Ma ... semua demi Anetta.” Mohon Vina sambil menggenggam erat kedua tangan Ani.
  Vina paham,

• New Chapter 3

  “Mas, ada apa?”
  Bima mengangkat wajah, mengabaikan sejenak segelas es teh yang dia pesan sambil menan

• New Chapter 4

  "Sakit?" Tanya Bima sambil mengelus puncak kepala sang istri yang kini tergolek di ranjang dengan ka

• New Chapter 5

  "Neta nggak bisa makan untuk sementara waktu, Ma." Gumam Bima ketika Ani datang membawa banyak sekal

• New Chapter 6

  Suara pintu terbuka, Vina sontak menoleh dan mendapati dua nenek rempong itu sudah masuk bersama-sam

• New Chapter 7

  “Congratulations, istriku tercinta!”
  Vina yang masih dalam balutan toga tertegun melihat sang suami m

• New Chapter 8

  "Sayang ...." Bisikan Bima lirih sambil mengguncang bahu sang istri. 
  Vina sama sekali tidak membuka

• New Chapter 9

  Minggu pagi. Vina ingat betul hari ini minggu pagi. Cuaca cerah di luar sana dengan langit biru yang

• End Chapter - Pamit

  Vina menitikkan air mata ketika akhirnya dia bisa merasakan bagaimana rasanya IMD. Bagaimana rasanya