Kabuuan : 52Satu
Medan, 1950 Sebuah mobil Plymouth hitam bergerak pelan menyusuri jalan, memasuki sebuah kampung berna
readmore Dua
Sebentar-sebentar ia melempar pandang ke seberang jalan. Lalu-lalang orang berjalan kaki, becak, sep
readmore Tiga
Di luar kedai—berpuluh meter jaraknya—seorang perempuan berkebaya encim cokelat muda menghentikan la
readmore Empat
Baru saja sampai di muka rumah, Si Lelaki muda melihat ada sebuah mobil Plymouth hitam parkir di hal
readmore Lima
Malam telah larut, tapi Hafiz tak dapat memejamkan mata. Terkenang lagi ia pada perempuan berkebaya
readmore Enam
Asap perapian tungku sudah mengepul—berwarna putih, meliuk-liuk—dari celah atap dapur. Sudah sedari
readmore Tujuh
Di jalan menuju pekan, Hafiz kembali memikirkan perkataan ibunya tadi: Kalau kau tak tahu siapa nama
readmore Delapan
Pak Badrun menoleh ke arah dapur kedai. Meski ia tak bisa melihat Jali, tapi ia utarakan juga maksud
readmore Sembilan
Sejak Tuan Hanafi dan istrinya Puan Yusra pulang dari rumah Pak Bachtiar, kawan lama mereka yang tin
readmore Sepuluh
Aina memang ada bakat berdagang seperti ayahnya. Ia begitu teliti soal barang-barang yang dibeli aya
readmore Sebelas
Sejak petang tadi, Pak Bachtiar sudah mengingatkan Hafiz, supaya ia bersiap sedia untuk berangkat ke
readmore Dua Belas
Di kamarnya pula, Hafiz masih terlena dibuai mimpi. Sehabis sembayang subuh tadi, ia kembali menjatu
readmore Tiga Belas
Pak Bachtiar masih menunggu di pinggir jalan, hatinya geram bukan kepalang. Ia menoleh kiri-kanan, s
readmore Empat Belas
Aina menepikan scooter Lambretta²⁶--motor roda dua yang memiliki lantai di bagian dasar untuk pijaka
readmore Lima Belas
Sambil memotong chiken steak dengan pisau dan garpu, Aina mencuri-curi pandang kepada Hafiz yang dud
readmore Enam Belas
Di ruang tengah, Tuan Hanafi masih saja menumpahkan amarahnya. Ia sendiri saja di situ. Sedangkan Ai
readmore Tujuh Belas
Mereka sampai di depan kandang ayam yang kokoh, terbuat dari kayu pohon kelapa serta beratap rumbia.
readmore Delapan Belas
Maimunah keluar dari kamar mandi dengan baju yang basah kuyup. Ia bergegas menuju kamar dan ceceran
readmore Sembilan Belas
Manan memberanikan diri menemui Tuan Hanafi di kantor perniagaan--paviliun rumah--yang jauhnya cuma
readmore Dua Puluh
Manan merenung di dalam gudang, ia duduk di kursi kayu berhadapan dengan meja kerjanya yang juga ter
readmore Dua Puluh Satu
Aina ingat betul kedai kopi tempat di mana ia pernah ditegur oleh seorang lelaki, kemudian ditawarka
readmore Dua Puluh Dua
Sesampainya di simpang tiga jalan seperti yang dikatakan Jali--pelayan kedai kopi--Aina menghentikan
readmore Dua Puluh Tiga
Nurima--ibunda Hafiz--bersegera membasuh bersih tangannya dengan menyauk air dari tempayan--tempat a
readmore Dua Puluh Empat
Aina pula memandang muka Hafiz. Mata mereka beradu. Timbul percik asmara di sana. Aina tersenyum. Ti
readmore Dua Puluh Lima
Pukul lima lewat suku,⁴⁴ Aina dan Maimunah baru sampai ke rumah. Mendengar suara scooter masuk ke ha
readmore Dua Puluh Enam
Pagi hari itu, Hafiz sengaja bangun lebih cepat, sepeda motor DKW--Dampf Kraft Wagen--buatan Jerman,
readmore Dua Puluh Tujuh
Sejak kemarin Aina tak hendak menyentuh makanan yang diantar ke kamarnya. Kendatipun ibunya--Puan Yu
readmore Dua Puluh Delapan
Tuan Hanafi masuk ke dalam rumah, ia melihat Hafiz duduk di sofa ruang tamu sendirian. Dengan tiada
readmore Dua Puluh Sembilan
Manan yang mencuri dengar dari luar pun terperanjat ketika namanya disebut. Namun sejurus kemudian i
readmore Tiga Puluh
Bukan main terperanjatnya Aina. Sungguh tiada percaya ia akan pendengarannya. Betulkah Hafiz hendak
readmore Tiga Puluh Satu
Hafiz pulang ke rumah dengan hati kacau, sedih, bingung dan marah bercampur aduk di dalam hatinya. B
readmore Tiga Puluh Dua
30 Tahun Kemudian *** Gwen gelisah berdiri menunggu seseorang di depan rumahnya. Sebentar-sebentar ia
readmore Tiga Puluh Tiga
Gwen tiduran di ranjang sambil menatap foto Arsakha yang tergantung di dinding kamar. Wajah perempua
readmore Tiga Puluh Empat
Gwen terlihat malas meladeni pertanyaan maminya. Ia menyibukkan diri dengan menyuap nasi ke mulutnya
readmore Tiga Puluh Lima
Arsakha masuk ke kantornya dengan perasaan malas. Karena hari ini deadline dan ia harus menyerahkan
readmore Tiga Puluh Enam
Arsakha membuka pintu pagar terbuat dari kayu yang juga dicat berwarna putih senada dengan dinding r
readmore Tiga Puluh Tujuh
Gwen jadi mengantarkan ayah Arsakha untuk melakukan cuci darah. Seperti janjinya kepada Arsakha bahw
readmore Tiga Puluh Delapan
"Mami tahu dari mana cerita itu?" "Papi yang mengatakannya kepada, Mami." Gwen terdiam, dipandanginya
readmore Tiga Puluh Sembilan
Ayah Arsakha tertawa mengejek. "Bagaimana kau bisa tahu latar belakang keluarga kekasihmu itu, datang
readmore Empat Puluh
Pintu rumah besar dan mewah itu terbuka. Seorang perempuan berwajah bule terkejut menatap lelaki yan
readmore Empat Puluh Satu
Gwen berjalan di ruang tengah dan berpapas dengan makcik Maimunah, pembantu rumah tangga mereka yang
readmore Empat Puluh Dua
Gwen meninggalkan papi di halaman belakang, seperti yang ia lakukan tadi terhadap maminya, memberika
readmore Empat Puluh Tiga
Suasana ruang kerja para wartawan yang sedikit agak sibuk pagi itu terdengar sampai ke dalam ruang k
readmore Empat Puluh Empat
Arsakha telah bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Hari ini dia akan terbang menuju Irak, negara per
readmore Empat Puluh Lima
Sekarang Gwen jadi pendiam dan bicara seperlunya saja dengan papi terutama dengan maminya. Tak ada g
readmore Empat Puluh Enam
Mami sudah tak bisa mengendalikan dirinya lagi, di rumah ia marah besar. Kepada suaminya dan para pe
readmore Empat Puluh Tujuh
Gwen melihat ke belakang dari kaca spion mobilnya. Ada dua orang lelaki mengendarai sepeda motor yan
readmore Empat Puluh Delapan
Pak Pos berhenti di luar pagar, Gwen keluar dari dalam rumah dan bergegas menerima sepucuk surat dar
readmore Empat Puluh Sembilan
Gwen dan ayah Arsakha duduk berhadapan di meja makan, di ruangan yang terkesan minimalis, tapi sanga
readmore Lima Puluh
Mami dan papi Gwen pergi meninggalkan rumah Hafiz dengan perasaan tak enak. Merasa kalah terhadap ke
readmore Lima Puluh Satu
Genoeg, Aina!Aina, maminya Gwen memaksa suaminya Tuan Alderts Van Abroos untuk kembali memaksa Gwen
readmore Lima Puluh Dua
Mobil yang dikemudikan Tuan Alderts Van Abroos berhenti di depan rumah Arsakha. Aina, maminya Gwen
readmore
Best...tidk membosnkn.tk sedar da tmt...pengakhiraan yang sedih....
11/08/2022
0Best
16/07
0ceritanya bagus
20/05
0bagus
15/05
0ya bgus ksli
14/05
0Sinopsis cerita yang menarik
02/05
0suka banget sama ceritanya
03/04
0ini.cerita bagus menurun ku aku lima bintang
25/03
0Very nice
08/03
0Baik dan bagus
05/03
0