Kabuuan : 78Part 1
Kuis kimia baru saja berakhir. Aku mendesah panjang sambil melepas semua kepenatan karena harus bela
readmore Part 2
“Ada yang mau gue sampaikan.” Kalimat yang keluar dari mulut Jace membuatku bersikap waspada. Dengan
readmore Part 3
“Kenapa, Kat?” Suara Sheryl menyadarkanku. Aku menoleh ke arahnya tanpa mampu menjelaskan apa yang ba
readmore Part 4
Zoey menyambutku dengan senyuman yang mengembang ketika aku menghampirinya. Aku menyempatkan diri me
readmore Part 5
Hujan tidak pernah berhenti sampai kami tiba di rumahku. Gigiku gemerutuk, lututku bergetar dan mata
readmore Part 6
“Katy!” Aku menoleh ke arah suara orang yang memanggilku berasal. Ada Sheryl yang sedang melambaikan
readmore Part 7
Aku melenguh pelan. Rasa sakit yang tidak tertahankan segera menyerang kepalaku. Rasanya seperti hab
readmore Part 8
“Bisa ceritakan kembali apa yang anda lihat di sana?” sudah ke sekian kalinya polisi di depanku ini b
readmore Part 9
“Kalian pernah pulang bersama saat malam?” Sheryl mengulangi pertanyaan yang sempat aku alihkan tadi.
readmore Part 10
Zoey mendesak, dan mendorong badanku kebelakang. Membuatku tidak lagi menyukai dengan apa yang sedan
readmore Part 11
Aku dan Zoey bergandengan tangan menuju tempat di mana mobil Zoey terparkir. Wajahnya dipenuhi senyu
readmore Part 12
“Aku dan Jace enggak ada apa-apa,” kataku dengan spontan. Padahal Zoey tidak bertanya apapun sepenin
readmore Part 13
Jace tidak pernah absen untuk selalu membuatku jantungan. Setiap kalimat yang keluar dari mulutnya s
readmore Part 14
“Kat!! Nyebur yoook!” ajak Sheryl ketika aku sedang menikmati makan siangku. Aku menggeleng dan menga
readmore Part 15
“Temui gue di samping dapur.” Aku meremang mendengar suaranya yang dalam yang dingin. Berbagai pertan
readmore Part 16
Riuh teman-temanku seperti dengungan yang samar. Percikan dan riak air di mataku seolah menjadi adeg
readmore Part 17
Bau eucalyptus memenuhi indera penciumanku. Badanku terasa dingin dan kepalaku berdenyut kencang. Ak
readmore Part 18
Musik mengalun pelan dari stereo mobil, menemaniku yang membisu sambil memandangi Jalanan padat di d
readmore Part 19
Sayup-sayup aku mendengar ada suara orang yang mengobrol. Aku mengerjapkan mataku beberapa kali sebe
readmore Part 20
Sudah jam tiga pagi, tetapi mataku masih belum bisa terpejam. Pikiranku yang tidak bisa diam di satu
readmore Part 21
Cuaca malam semakin dingin. Sayup-sayup aku mendengar suara orang mengaji dari tempat ibadah yang le
readmore Part 22
‘Gue butuh bicara. Gue tunggu kabar dari lo - JA.’ Secarik kertas terselip di antara buku tugasku. Ak
readmore Part 23
Seseorang menyentuh pundakku. Membangunkanku dari semua khayalan yang tadi merampas hampir setengah
readmore Part 24
Jace belum bersuara juga saat mie ayam di mangkukku sudah hampir habis. Dari balik bulu mataku, aku
readmore Part 25
“Zoey?” Astaga! Kontak darurat. Aku lupa sudah menekan tombol itu dan membuat Zoey meluncur kemari. Wa
readmore Part 26
“Katy!” Aku mendengkus mendengar teriakan ibuku dari lantai bawah. Kenapa dia harus berteriak dan mem
readmore Part 27
Pagi hari di hari Senin, aku melenggang menuju kursiku di jajaran paling kanan. Lalu duduk dengan ma
readmore Part 28
Aku berdiri cukup lama di bawah pohon beringin angker ini sambil menahan kecewa setelah kepergian Ja
readmore Part 29
Aku pernah mendengar seseorang berucap begini, ‘Jangan terlalu sibuk menangkis serangan, terkadang k
readmore Part 30
Kabar tentang aku yang berpacaran dengan Jace cepat menyebar di sekolah. Menurut rumor yang beredar,
readmore Part 31
Sudah setengah jam aku duduk di ruangan teater yang sepi. Sebuah buku favorit yang belum selesai aku
readmore Part 32
Seperti halnya matahari yang selalu terbit dari timur. Angin yang selalu berhembus tanpa henti. Dan
readmore Part 33
Aku pernah melihat mata yang menyala itu sebelumnya. Saat aku berbincang mesra dengan Zoey dulu, dan
readmore Part 34
Aku dan Jace tidak pernah absen untuk saling bertukar pesan. Dia rajin mengirimkan kesehariannya di
readmore Part 35
Tepat jam delapan malam, setelah aku selesai makan dan mencuci piring, aku akan meluncur ke kamarku
readmore Part 36
“Demamnya tinggi. Kamu jagain kakakmu sehari ini aja, ya? Mama enggak bisa ninggalin Tante Yanti sen
readmore Part 37
“I love you, Jace.” Sudah sepuluh menit semenjak kalimat itu keluar dari mulutku. Namun, tidak ada sa
readmore Part 38
"Jawab, lo ngapain di sini?!" Mataku membulat mendengar Jace bersuara kencang padaku. Apalagi kami se
readmore Part 39
Aku masih bersimpuh ketika Jace keluar dari lift. Pintu menutup dan lift kembali bergerak naik. Aku
readmore Part 40
Aku menampar Jace di depan teman-temannya. Tidak peduli dia akan terhina atau tidak. Yang penting ak
readmore Part 41
Ayahku mengantar sampai aku masuk ke dalam gerbang sekolah. Dia berkali-kali mengingatkan bahwa aku
readmore Part 42
Aku tidak ingin berlama-lama merayakan hari-hari patah hati. Kegiatanku yang padat seharusnya bisa m
readmore Part 43
“Katy.” Suara Zoey mengembalikanku dari lamunan panjang. Aku menoleh dan memperhatikan jari-jari tang
readmore Part 44
“Gue bisa pulang sendiri,” ucapku pada cowok yang sudah menjinjing tasku di tangannya. “Jangan keras
readmore Pary 45
Hari kedua setelah ayahku tiada, rumah menjadi sangat sepi. Om Aldrin terbang ke Palembang tadi sian
readmore Part 46
“Keuangan pensi?” Aku mengulang perkataan Vania tadi. Dia mengangguk padaku dan menyuruhku untuk sege
readmore Part 47
“Jadi ada apa sama keuangan pensi?” tanya Jace ketika aku sudah duduk di sampingnya yang sedang meme
readmore Part 48
Sampai menjelang dini hari, aku masih terjaga. Aku tidak bodoh dengan selalu menutup mata pada poton
readmore Part 49
Cukup dua kata itu saja sudah membuatku membeku. Aku sudah mempersiapkan hati untuk mendengar inform
readmore Part 50
‘Mah, aku sama Aiden enggak pulang malam ini. Kami baik-baik aja. Enggak usah khawatir.’ Aku tekan ik
readmore Part 51
“Gue mau seks.” Permintaan itu muncul begitu saja. Aku pikir, aku juga butuh sesuatu yang bisa mendis
readmore Part 52
“Mahal-mahal,” bisikku setelah mengintari rak pajang yang menampilkan beberapa potong atasan berbaha
readmore Part 53
Tanah ini bahkan masih basah. Wangi bunga yang aku tabur lima hari yang lalu masih terhidu pada ujun
readmore Part 54
“Mau makan apa?” Aiden muncul dari balik pintu. Dia menyalakan lampu yang tombolnya menempel di dekat
readmore Part 55
Tidak ada percakapan yang terjadi lagi antara aku dengan Sheryl sampai kami akhirnya menyelesaikan
readmore Part 56
“Zoey, cium gue.” Untuk beberapa detik bola mata kelabu di depanku ini bergerak dengan ragu. Kelopak
readmore Part 57
“Saya walinya. Adik dari Pak Atreya.” Om Aldrin menjulurkan tangan pada sosok gempal yang menatapku
readmore Part 58
“Mereka pelakunya.” Ada kelegaan di mata Shafira ketika aku melihat netra hitam miliknya. Jadi dia me
readmore Part 59
“Jadi kapan berangkat ke Bandung?” Jace memantulkan bola basket di tangannya ke lantai semen beberapa
readmore Part 60
Dua tahun kemudian Dering telepon memenuhi ruangan empat kali lima meter yang menjadi tempat tinggalk
readmore Part 61
Aiden akhirnya setuju pada rumah kos yang menjadi rekomendasiku. Sebelumnya, aku juga sudah melalui
readmore Part 62
Suasana festival seni empat tahunan ini sangat meriah. Banyak instalasi seni yang di pajang menyambu
readmore Part 63
“Jadi dia mantan kamu di SMA?” tanya Hugo memecah keheningan yang tercipta semenjak kami berkendara
readmore Part 64
Hugo tidak bergeming. Dia malah mematung di depan pagar rumah kosku sambil mengawasi kami dari jauh.
readmore Part 65
Ucapan Aiden kembali terngiang-ngiang di telinga. Tentang Jace yang dengan sengaja tinggal di kosan
readmore Part 66
“Sakit?” tanyaku. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut cowok yang masih mengepalkan tangan kiriny
readmore Part 67
Aku terbangun oleh suara alarm yang sebelumnya aku atur pada pukul sebelas siang. Dengan gerakan cep
readmore Part 68
“Katy, ada yang nyariin di luar.” Seseorang berseru dari arah pintu keluar kelas. Dia teman satu labk
readmore Part 69
“Lo di mana, Kat?” Nada khawatir sangat kentara terdengar dari suaranya. Aku mengembuskan napas lewat
readmore Part 70
“I love you, Kat.” Tunggu, apa itu? Badanku menegang. Terkejut dan sedikit ragu dengan apa yang baru
readmore Part 71
Aku mematung memandangi mobil Jace yang menjauh. Meninggalkanku dengan kebingungan atas tuduhan yang
readmore Part 72
“Katy!” Aku mendengar Alex berteriak, menghentikan langkahku yang masih saja mengejar mobil Jace tanp
readmore Part 73
Jace's POV Suara orang berdebat di luar ruangan membuatku jengah. Pertengkaran konyol, saling tuduh d
readmore Part 74
Aku mengerjap. Gejolak menyakitkan dari bagian atas perut memaksaku untuk membuka mata. Namun, terla
readmore Part 75
“Cantik banget sih, temen gue. Senyum dong.” Sheryl mengusap anak rambut yang masih mencuat nakal lal
readmore Part 76
Dengan bantuan Sheryl, aku menjalankan kursi roda menuju barisan kursi paling kanan. Ada panggung ke
readmore Part 77
Rencana Tuhan sangat tidak bisa aku tebak. Segala hal menyangkut yang takdir memang selalu menjadi m
readmore Part 78
“Kaitlyn,” Om Khalid menyapa ketika dia sudah berjarak satu meter di depanku. “Boleh saya bicara den
readmore
godd jobb ceritanya asikk😍😍👌🏻
18/08
0kena banget
06/08
0hmm
21/07
0bagus coy dari awal cerita nya sedih jadi nilai gue 5 bintang kalo bisa ambil DM langsung kepengen semoga bukan boogan oke lah
10/07
0maravilhoso amei
30/06
0mantapa
14/06
0bagus
13/06
0yaa
08/06
0sudah bagus kembangkan lagii ya
04/06
0sangat bagus meng hemat uang sukadeh bisa tup up FF semoga bisa tup up geem lain tetep bagus ko
12/05
0