Tag(s):
• Keluarga
• Remaja
• Pergaulan remaja

Mas Alva adalah kakak rasa pacar yang manisnya ngalahin gulali. Usai kepulangannya dari Berlin, menjadi kakak yang posesif dan protektif terhadap adiknya, Shelby.

Huling Update

Editor's Choice

Aurora 1991

supremejam

Childhood Series 1: Hate to Remember You

Missyeiram

Reincarnated Portrait

McCleoxx

Capturing You

Graysce

HIRAETH

Cicatrize_D

holy Friday

She's Lunatic

Rekomendasyon

Undress me,Mr.Stranger

INKvisible

Ambrose Obsession

ZariyahDenise

Her Gorgeous Sugar Daddy

Darla Tverdohleb

MY HANDSOME PROFESSOR

McKenzie

FOVI

LunaticPessimist

Take Care Margo

poisonxdeath

The Bully Meet the Amazona

whilet

Unofficial Crime

kooffeejaelly

My Innocent boyfriend

Cutie_sell08

The Bet

Sansha

Komento sa Aklat (148)Iwanan ang iyong komento sa App

• HaniNur

  Cerita nya kek imaginasi gua ngek😭😭,gua berharap gua punya abang kayak gini wou😭

  28/08/2022

    1
• 
  Rifa tri Ndutt

  Ceritanya sangat menarik

  12d

    0
• 
  GargarCora

  sangat bagus

  20d

    0
• 
  TarmanaNana

  sangat seru dan baik

  21d

    0
• 
  KillisDesitimporok

  APLIKASI INI BAGUSS

  21d

    0
• 
  EfirianiTriga

  baguss

  16/08

    0
• 
  Lisa Mulyati

  bagus

  05/08

    0
• 
  AuliaZivilianur

  ceritanya bagus banget anjir

  31/07

    0
• Arifevos ade

  aku udah baca

  28/07

    0
• anggaragunawan

  yyyy goodd

  06/07

    0

• Kabuuan: 94

• Bab 1

  Hai.. Masih ingatkah kalian padaku..? Aku Shelby, gadis kecil yang dulu mainan pistol air dengan kak

• Bab 2

  "Dulu, mas tinggal ke Jerman, kamu tuh masih segini.." mas Alva mendekatkan jempol dan telunjuknya s

• Bab 3

  "Dek, ibu negara jadi dipindah, ya? Ehh kok ibu negara sih, ibu kota! Masa ibu negara!" seruan mas A

• Bab 4

  "EDAN..!! YANG TADI ITU ABANG LO, BY..?? OH ASTAGA..!! DEMI GORENGAN DI KANTIN GUE MELELEH YA GUSTI.

• Bab 5

  Mas Alva menghentikan mobilnya di depan jajaran ruko yang tertutup. Kecuali bengkel Rascal yang leta

• Bab 6

  Kalau jatuh cinta, bumi bentuknya love.
  Berhari-hari kalimat itu terngiang di kepalaku, seperti spido

• Bab 7

  "Bentar, biar mas yang bukain pintunya."
  Pulang dari klinik, mas Alva menghentikan mobilnya di depan

• Bab 8

  Kicauan burung gereja di luar mengusik tidurku, juga suara serekan tirai yang mengundang kemilau ter

• Bab 9

  "Reuni akbar?"
  Dua kata menyita perhatian mas Alva saat menelanjangi selembar tiket undangan titipan

• Bab 10

  Setelah berkeliling kesana-kemari, akhirnya aku dan mas Alva menemukan pedagang kebab Turki. Lebih b

• Bab 11

  Hari demi hari berganti. Aku mulai terbiasa dengan keadaan yang membuatku tak bisa bergerak leluasa.

• Bab 12

  Keheningan tercipta di sepanjang jalan. Aku merasa, mas Alva kerap curi-curi pandang melihat spion d

• Bab 13

  Malam berhujan, gerimis. Gemercik airnya bergemuruh di atas genting, terdengar seperti bebatuan keri

• Bab 14

  Hampir seminggu tidak masuk sekolah, apa kabar tugas-tugas? Pasti aku tertinggal jauh, siap-siap saj

• Bab 15

  Memang kenapa kalau aku luluh sama Baruna?
  Belum sempat aku memutarbalikkan pertanyaan mas Alva, tema

• Bab 16

  Katanya, rumahku surgaku. Tapi mengapa naluriku ingin pergi saja? Harum bekas pelukan mas Alva masih

• Bab 17

  "Intinya, sikap dia sama gue itu, solid banget."
  Hari sudah gelap, lampu-lampu jalan menyala terang d

• Bab 18

  Ting!
  Nyala terang ponselku di bawah temaram lampu nakas memecah kesunyian malam. Memaksa mataku terb

• Bab 19

  "Mas Alva, abis dari sekolah adek, kamu langsung jemput Keira, ya? Sebagai awal penjajakan, antarkan

• Bab 20

  Aku merasa ada jarak yang membentang, antara aku dan Baruna. Agaknya dia tersinggung dengan sebutan

• Bab 21

  Tiba di rumah, aku langsung membersihkan diri untuk mendinginkan pikiranku. Barharap ingatanku tenta

• Bab 22

  Detik jam dinding terus berputar dan terdengar keras. Jarum pendek yang tadinya menunjuk pukul tujuh

• Bab 23

  Sejak detik pertama nyawaku menyapa dunia sampai berangkat sekolah, ada kobaran membakar di dadaku.

• Bab 24

  "Kenapa nungguin aku? Emang aku anak TK?"
  Kehadiranku memblokir arah matahari pukul sepuluh. Mengutuk

• Bab 25

  "Al, kamu gak bisa lepas, ya, dari adekmu?"
  Tidak hanya Keira, semilir angin di tepi dermaga pun, men

• Bab 26

  Blam!
  Hentakan pintu kamarku tertutup rapat, disusul suara berkerik dalam lubang kunci menciutkan nya

• Bab 27

  Hari berikutnya, hati masih belum membaik. Pagi-pagi buta, aku terbangun ketika gelegar suara adzan

• Bab 28

  "Ru, gue mau jadi pacar lo."
  Nyaris, Baruna menyemburkan minumnya. Tetes-tetes coffee latte di sudut

• Bab 29

  "Dek, beliin obat dong.."
  Jemari menusuk-nusuk di pipiku dengan manja, mengusik aktivitasku menggosok

• Bab 30

  "Maafkan bunda Al, bunda terpaksa jodohin kamu sama Keira biar kamu gak kebablasan sama adek. Kalian

• Bab 31

  Aku bersungut menatap boneka lucu yang bergoyang di atas dashboard. Menancap dengan tatakan ponsel b

• Bab 32

  "Menurut kamu bagusan yang mana?"
  Refleksi warna jingga mengkilapkan si cantik berlian yang tertanam

• Bab 33

  Hatchim!
  Padahal hanya minum es sedikit, malamnya aku sudah bersin-bersin. Argh, dasar tubuh ringkih

• Bab 34

  "Upin-Ipin berdua ngapain sih di jalanan?"
  Salah satu pengendara ugal-ugalan yang tadi nyaris menabra

• Bab 35

  Tok! Tok! Tok!
  "Room service!"
  Sayup-sayup bunyi ketukan pintu dan suara seseorang, menjawab demo di p

• Bab 36

  PLAKS!
  Tamparan keras menyambut meriah kedatanganku tiba di rumah. Membombardir duniaku seketika, mer

• Bab 37

  Gumpalan awan mendung menyelimuti di rooftop rumah sakit. Langkahku terhenti sampai pagar beton pemb

• Bab 38

  Malamku kelabu, di bawah gemerlap lampu-lampu LED yang menghias di segala sudut halaman samping ruma

• Bab 39

  BYURRR~
  Pangeran menceburkan diri demi menyelamatkan tikus got yang megap-megap di tengah kolam. Jadi

• Bab 40

  Jam dinding berdetak keras membangunkanku. Kabur-kabur retinaku melihat jarum menunjuk pukul satu di

• Bab 41

  Tin! Tin! Tin!
  Derum motor datang membunyikan klakson, ikatan simpul tali sepatuku berhenti menyilang

• Bab 42

  CETAASSHHH!!
  DUAGHH!!
  "Awwh~!" sesuatu yang keras menghantam ubun-ubun, menyambut kedatanganku kala tu

• Bab 43

  "Seratus persen! Hosh..hosh..hosh.." terengah-engah kudorong mas Alva menjauh. Rona wajahku bersaing

• Bab 44

  "Dek, panggilkan masmu, ada Tari di depan."
  Jemariku berhenti menghitung barisan semut yang merayap d

• Bab 45

  Hari demi hari silih berganti, mas Alva tidak lagi berkicau. Seakan-akan dunia kami berbeda dimensi,

• Bab 46

  "Makasih udah dianter, hati-hati.."
  Mas Alva hanya nge-drop kak Tari dan ikan cupangnya di depan ruma

• Bab 47

  "Jadi, lo korban perasaannya mas lo?"
  Nada-nada sendu merambat disela gemuruh angin di pesisir pantai

• Bab 48

  "Aku sama Baruna udah bubar jalan, puas?" segenap kekuatanku mendorong tubuh mas Alva menyingkir, ak

• Bab 49

  Esok harinya, aku dan mas Alva bertandang ke kediaman oma Kanaya. Cerah mentari tak seperti hatiku y

• Bab 50

  "Jadi, sebenernya, aku punya kakak, bun?"
  Kicauan burung gereja mengilhami seberkas kabut pilu yang m

• Bab 51

  "Assalamualaikum warrahmatullah.."
  Malamku yang syahdu menyelimuti sedalam kalbu. Ayah memimpin semba

• Bab 52

  "Apa aku kurang sayang~ Sampai aku kau tinggalkan~"
  Berdegum kencang gamelan meja menyambut kedatanga

• Bab 53

  Seharian aku tidak konsentrasi belajar, hanya karena memikirkan chat mas Alva. Mana ada, nembak bila

• Bab 54

  Derap langkahku berjalan gontai menapaki paving pelataran rumah, hingga tiba di teras dengan mematun

• Bab 55

  Angin malam menguatkan jiwa yang tidak percaya diri, ketika wedges-ku dengan kagok menginjak di satu

• Bab 56

  Momen bersejarah dalam hidup, ketika puzzle di hatiku sudah tidak kosong lagi. Seperti gebyar lampu-

• Bab 57

  Pagi-pagi buta, ayam berkokok membangunkan tidur lelapku. Usai semalam bergelut dalam pusaran gelomb

• Bab 58

  "NGEBUT, MAS! NGEBUT!"
  Bertubi-tubi tepukan kerasku menggebu di bahu mas Alva, seraya menguatkan pija

• Bab 59

  "Mas sudah bertemu ibu kandungnya?!"
  Gelegar suara bunda menyerbu disela gemercik air dispenser. Tand

• Bab 60

  Ting!
  Si Al lagi di bar sama temen"nya, dek. Main bilyard katanya.
  Pesan singkat kak Tari meruntuhkan

• Bab 61

  Murung nan sendu, mengimbangi derap langkahku menyusuri jalanan sepi. Seraya menggosok pelan kedua l

• Bab 62

  Hujan gerimis di hatiku mencurahkan aliran sungai di pipi. Menemani dua langkah kaki berjalan berdam

• Bab 63

  "Keringin rambutnya dek, nanti pusing."
  Seruan di pintu mengusikku bergelut mesra dengan guling dan s

• Bab 64

  Mentari bersinar lembut pagi ini. Kilaunya menembus celah-celah jendela ketika aku mengobrak-abrik s

• Bab 65

  Siangnya, aku dan mas Alva bertandang ke panti asuhan tante Delima. Walau kondisi masih belum bugar,

• Bab 66

  Kesunyian mengiringi derap langkahku menginjak lantai marmer. Hengkang dari panti asuhan, bergeser j

• Bab 67

  "Mau pisah rumah aja galaunya kayak LDR," deheman keras memecah lamunanku, ditelan hiruk pikuk keram

• Bab 68

  Ting!
  Denting notifikasi menyegarkan kepalaku yang mumet karena rumus Fisika. Sembari lesehan di karp

• Bab 69

  Gugusan bintang bertaburan di langit malam, gemerlapan mengepung rembulan bagai melodi cinta yang ro

• Bab 70

  "Mas Alva bertahan! Hiks."
  Malam ini mimpi buruk. Sayup-sayup bunyi sirine ambulans masih terngiang d

• Bab 71

  Beep~
  Detak monitor osiloskop menyengat denyut nadiku. Memaparkan gelombang garisnya berjalan indah n

• Bab 72

  Berhari-hari duniaku hambar, seperti sepah permen karet habis manisnya. Makan tak enak, tidur pun ta

• Bab 73

  Sahutan berdenting membangun dimensi malamku selaras dengan sendu. Nelangsa hati mendayu-dayu, menol

• Bab 74

  Semerbak keharuman khas cokelat panas mengepulkan uap, menepis dingin malam. Bergeming ke halaman sa

• Bab 75

  Musim ujian kulewati dengan setengah hati. Hidupku berkabut kelabu, seperti fase-fase ditinggal mas

• Bab 76

  Gemercik air hujan merembes di celah-celah jariku menengadah di depan teras. Di tengah halaman taman

• Bab 77

  "Masuk.."
  Satu tanganku mengambang, urung mengetuk pintu kamar mas Alva terbuka lebar. Turut berdenti

• Bab 78

  Aku tresno karo kowe
  Nanging aku biso opo
  Ngerteni kowe uwis
  Nyanding wong liyo
  Dentuman slow remix DJ B

• Bab 79

  Tring!
  Pintu lift terbuka mendamparkan ragaku di lantai 8. Gedung bertingkat dengan basement bawah ta

• Bab 80

  "Kamu jangan cemburu," sahut mas Alva mendesis. Merenggut jari-jariku dalam genggaman erat. "Dia han

• Bab 81

  Gradasi jingga kemerahan menawan seluas langit petang. Tak jemu-jemu kupandang dari tepi halaman kol

• Bab 82

  "Sanji, thanks, ya!"
  "Yok! Balik, mbak!"
  "Iya, hati-hati!"
  Asyik mengenalnya selama perjalanan. Sanji l

• Bab 83

  Pagiku masih berkabut ketika mas Alva menggeretku sampai dermaga.
  Menghapus belenggu semalam, kepada

• Bab 84

  Segelas lemon tea di hari yang cerah. Tetes demi tetes bulir embun meluncur dan bermuara di meja. Me

• Bab 85

  Buram lensaku, menghimpun nyawa dalam setiap kedipan. Sayup-sayup kicauan riang menyemarakkan atmosf

• Bab 86

  Lengser mentari sore, relakan tahta di langit petang kepada planet Venus. Pancaran semburat oranye m

• Bab 87

  "Sayang! Opo koe krungu?!"
  Seruan lantang menembus gemuruh angin disela langkahku menari-nari sepanja

• Bab 88

  Seharian menghabiskan waktu jelajah medan, berburu tumbuhan apa saja yang bisa dimakan demi bertahan

• Bab 89

  Percikan api melahap rumput landak macam petasan banting. Durinya meledak-ledak terbakar bersama ara

• Bab 90

  "Pasien terindikasi keracunan. Beruntung cepat dilarikan ke rumah sakit, sehingga racun itu bisa din

• Bab 91

  Gerimis manja mengalun syahdu dalam kalbu. Tiap bait rinai berjatuhan di atap genting temani anganku

• Bab 92

  Keesokan harinya, kabut menyelimuti atmosfer. Basah rerumputan menyeruak di kakiku ketika menapaki h

• Bab 93

  "Sekarang mbak boleh buka matanya."
  Suara feminim mengintervensi heningku. Sesuatu yang berat menempe

• Bab 94

  Derum mobil dan sorot lampu melenyap melipir di depan rumah. Hengkang dari istana kakek, mas Alva di