Tag(s):
• Tidak setia
• Bigami
• Keluarga
• Heteroseksual
• Pornografi
• Religi

Rumah tangga Haris dan Fiza sangat bahagia. Apalagi kini sudah dikaruniai dua malaikat kecil penyejuk mata. Namun, tiba-tiba perceraian terjadi. Tanpa alasan yang diketahui Fiza secara pasti. Fiza ber-azzam untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Hal itu dilakukan bukan karena dia 'tak mau menyandang status janda. Namun karena Fiza menginginkan kedua buah hatinya 'tak kehilangan sebelah sayapnya. Terlebih lagi karena anak kedua mereka, Alya yang 'istimewa'. Akankah Fiza berhasil melakukannya?

Huling Update

Editor's Choice

Morgan University: The Grim Reaper

Belinda Asiella

LOVE RETRIBUTION AFTER DIVORCE {She's Mafia King's Angel}

RISING QUEEN

SI PRINSESA MAGDA

June_Thirteen

Tails: Whispers of the Wind

Cj Oliverio

Raising The Billionaire's Child

Yohanna Leigh

She Who Rules The Throne

SophiaCathBuama

Rekomendasyon

He Likes Me Not

Mentspen

His Weakness ( Hansley Adler )

-ReiYhan-

HIRAETH

Cicatrize_D

Saranghae, My Maid

EyyEmBee

Wife For Hire

_sunflower

LA FLOR SILVESTRE (THE WILDFLOWER)

Eyeschinita

The Abandoned House

Latrinidad

UNFORGETTABLE NIGHT

Jhansis

Us, Again

thesweetest_thing

This Is My First Love

JustAki

Komento sa Aklat (117)Iwanan ang iyong komento sa App

• 
  NoepRoslin

  Tahniah penulis👍👍

  10/01

    0
• 
  AiraAira

  Aku suka sekali dengan cerita ini🥰

  05/07/2023

    0
• 
  wongWong edan

  saya baca dulu ya

  05/07/2023

    0
• 
  SollyAnthonyy Liey

  i want a money

  06/03/2023

    0
• 
  AiishaaNoerr

  sedih banget ya allah..sabar yaa fiza

  03/03/2023

    0
• 
  Prascilla Dinggat

  it's a good writer

  02/03/2023

    0
• 
  Ikram Abdullah Lewo

  nice

  01/03/2023

    0
• b******2@gmail.com

  Best sbgt

  01/03/2023

    0
• 
  Mohd Syafudin

  veryyyyyy gooddddd

  28/02/2023

    0
• 
  Andika Silaban

  seruh

  27/02/2023

    0

• Kabuuan: 33

• Part. 1

  "Bismillahirrahmanirrahim.
  Nurhafiza Aulia Rahma binti Ramlan Santoso, hari ini jam 5 sore kamu saya

• Part. 2

  "Eh, oh iya. Alya belum makan, pasti lapar."
  Jadwal makan sorenya memang kubuat lebih awal, agar set

• Part. 3

  Mataku mulai terpejam. Biasanya Mas Haris akan menyusulku ke kamar ini jika menginginkanku mengisi m

• Part. 4

  "Bu, sebenarnya Fiza masih dalam masa ...." Langsung kuhentikan bicaraku, hampir saja keceplosan. Ma

• Part. 5

  Acara yang diisi dengan seminar kecil dengan tema 'Menjadi Ibu Luar Biasa untuk Anak Istimewa' dan b

• Part. 6

  "Tadi kata Dokter Raihan gimana, Mas? Sakit apa katanya?" tanyaku 'tak sabar ingin segera tahu.
  Kutat

• Part. 7

  Seminggu sebelum aku menceraikan Fiza, aku pergi ke rumah Ibu mertua di kampung. Aku ingin kabar per

• Part. 8

  Secercah bahagia langsung memancar dari wajah bocah cilik di depanku itu. Lalu disusul dengan senyum

• Part. 9

  "Oh, i--iya. Lho, mana Rani, kok belum datang juga?" tanyanya sambil melihat sekelilingnya tanpa men

• Part. 10

  Khawatir kelamaan, dia nanti ngambek." Mas Haris tertawa kecil sambil berdiri di sampingku. "Sekali

• Part. 11

  Dengan suara tertahan, aku tak mau kalah menjawab kekecewaan Mas Haris yang dilontarkan kepadaku.
  He

• Part. 12

  Mengasuhnya, sungguh sangat menguras tenaga dan emosi. Sementara Mas Haris tidak selalu bisa ada di

• Part. 13

  "Iya, dong, Yah. 'Kan oleh-oleh dari Nenek." Hanif menunjukkan baju barunya lebih dekat ke ayahnya.
  "

• Part. 14

  Terdengar nada panggilan di ponsel merah hati berlogo buah apel yang sedang dipegang Bu Wirya. Belia

• Part. 15

  Kuambil dan kumatikan. Kini saatnya Alya menjalani terapi bersama aku, ibunya.
  Aku duduk di depannya.

• Part. 16

  Di jalanan terdengar anak-anak bermain riang. Ada yang bersepeda, main sepatu roda, atau sekedar be

• Part. 17

  Detik itu, aku merasa, apa yang aku alami masih jauh lebih ringan dari musibah yang menimpa majikan

• Part. 18

  "Kamu yakin, Mas? Itu kan, sekarang. Tapi, gimana nanti jika kamu sudah punya anak dan istri lagi. A

• Part. 19

  Kuusap wajahku kasar. Bagaimana caranya menyampaikan rencana rujukku ke Ibu? Nanti jangan-jangan sak

• Part. 20

  Belum sempat tangan ini menjangkau, ternyata tangan putih perempuan di sampingku lebih cepat mengamb

• Part. 21

  [Kamu itu bisa saja, Fiz. Itu kenapa uang masih diselipin juga. Itu kan untuk kamu dan anak-anakmu.

• Part. 22

  Lalu dengan cepat kuraih ponsel putihku dari tangan mungilnya.
  [Sudah dulu ya, Mas. ini saya lagi mau

• Part. 23

  Langit terlihat tertutup mendung. Kulirik jarum jam di tanganku menunjuk angka 12.35. Kini waktunya

• Part. 24

  "Ada apa, Bu." Mbak Sani memijit punggungku, tampat raut khawatir pada wajahnya.
  "Nggak apa, Mbak."

• Part. 25

  "Inggih, Bu." Setelah itu Ibu mengakhiri panggilan teleponnya.
  Kini aku harus segera mencari tiket un

• Part. 26

  "Maaf, dengan Kak Fiza?" tanya gadis berkaca mata itu dengan sopan padaku.
  "Oh, iya. Sinta, ya?"
  "Iy

• Part. 27

  [Malam, Pak Bin. Gimana perkembangannya?]
  Pak Bintoro adalah orang kepercayaanku. Aku sedang minta to

• Part. 28

  Lalu kucari nomor kontak Mbak Sani. Baru saja akan kuhubungi, Mbak Sani muncul dengan motor matic-ny

• Part. 29

  Seketika perempuan di depanku itu menangkup mulutnya dengan kedua tangan. Terlihat matanya berair,

• Part. 30

  Demikian juga dengan Hanif. Setelah kusetelkan murotal dari ponsel putihku, aku dan Kak Sari keluar

• Part. 31

  "Iyakah, Bu?" tanya Kak Sari yang langsung dijawab Ibu dengan anggukan.
  Sesaat suasana hening lagi, t

• Part. 32

  Kutepis pelan tangannya, lalu aku beranjak duduk dan mencoba makan sendiri. Beberapa suap nasi pun,

• Part. 33

  Tanganku menepis pelan tangan kokoh yang menyentuh tanganku. Aku menatap laki-laki di depanku itu de