logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

5. AURA PERSAINGAN

“Silvia ceritakan tentang Dirga!” Vanessa menatap sekretarisnya itu dengan penuh harap. Dia sedikit kesal kenapa orang yang mengaku tunangannya malah berjalan dengan wanita lain. Dasar laki-laki tidak tahu malu.
“Ingatan nona sudah kembali kah? Apakah anda akan menjadi bucin lagi untuk kesekian kali?” Tanya Silvia. Matanya terbuka lebar. Terlihat dirinya yang senang.
“Maksudnya apa?” Tanya Vanessa lagi. Bucin? Benarkah dia bucin dengan Dirga? Dia merasa tidak demikian.
“Dari mana ya mulainya, Dirga Sastranegara adalah CEO pemilik BC Entertaiment di bawah Sastranegara Grup. Perusahaan itu memang sudah bergerak di bidang entertainment, dan menghasilkan banyak sekali artis, aktor ataupun penyanyi,” Silvia memulai cerita.
“Untuk informasi itu aku sudah mendengarnya berkali-kali,” Kata Vanessa. Dia mengingat Dirga yang selalu membanggakan dirinya sendiri.
“Jadi dia orang yang hebat, dan juga kompeten. Dia memulai jabatannya sejak muda, awalnya jabatan tersebut dipegang oleh ayahnya, kemudian kakeknya terakhir dia,” Silvia mengangguk-angguk. Sebagai sesama orang kompeten dia sangat menghormati Dirga. Dia teringat beberapa kali bertemu ketika sedang menemani nona mudanya tersebut. Dari jarak dekat aura Dirga sangatlah berbeda.
“Eh terbalik? Bukan dari kakek ke ayahnya kemudian ke Dirga?” tanya Vanessa. Informasi ini sangatlah membingungkan.
“Ah soal itu anda tanyakan sendiri kepada beliau,” Silvia tersenyum penuh arti.
“Yah baiklah, asalkan dia tidak terlalu membanggakan dirinya sendiri,” Kata Vanessa.
“Sepertinya itu saja,” ucap Silvia mengakhiri cerita.
“Kalau gitu, bagaimana aku bisa bertunangan dengannya?” tanya Vanessa.
“Kalian berdua teman masa kecil, ketika beranjak dewasa, kira-kira tiga tahun lalu terjadi kesepakatan antara Kakek Dirga yaitu Brama Sastranegara dengan ayah anda Bimo Raksawijaya untuk perjodohan. Awal mulanya karena wasiat almarhum kakek nona yang ingin menjodohkan cucunya dengan cucu sahabat dekatnya,” kata Silvia.
“Jadi aku bertunangan tiga tahun lalu?” Vanessa mengangguk-angguk. Dia juga sedikit kesal, tiga tahun tetapi tidak bisa membuat Dirga jatuh cinta kepadanya? Wahhhh benar-benar.
“Sebetulnya pesta pertunangan baru terjadi sekitar dua bulan yang lalu,” lanjut Silvia.
“Ah pantas saja dia tidak mencintaiku,” kata Vanessa.
“Tapi nona sangat mencintainya,” Silvia berniat untuk memberikan semangat.
“Yang benar?” tanya Vanessa. Sebetulnya informasi ini terdengar menyebalkan bagi Vanessa. Jelas sekali dia mengalami cinta sebelah tangan.
“Anda bahkan selalu menulis namanya menjadi tokoh utama cerita di novel yang anda buat,” kata  Silvia.
“Sebentar aku menulis novel?" tanya Vanessa. "Tapi aku yang menulis namanya pun terkesan menyedihkan!"
“Betul,” jawab Silvia.
“Tidak mungkin karena aku merasa pelajaran bahasa selama sekolah nilainya buruk,” kata Vanessa.
“Mustahil, anda bagus dalam pelajaran sastra dan berkomunikasi,” bantah Silvia. “Meskipun cenderung pendiam dulunya.”
“Aku pendiam?” Vanessa terlihat tidak percaya. Dia merasa itu bukanlah dia.
“Betul, sebelum kecelakaan. Saya juga tidak mengerti kenapa anda menjadi begini,” kata Silvia.
“Maksudnya aku cerewet?” Vanessa cemberut. Dia terlihat tidak setuju dengan tanggapan sekretarisnya itu.
“Saya tidak bicara demikian,” kata Silvia.
Vanessa mengambil gelas wine yang tersedia di meja. Sommelier menuangkan wine tersebut dengan rapi ke gelasnya. Sekali lagi Vanessa merasa ini bukan dirinya dan kehidupannya. Apa dia sudah pernah meminum wine sebelumnya?
“Ini bisa diminum?” Vanessa memperhatikan satu gelas anggur yang sudah diisi wine di tangannya.
Silvia terbengong melihat perkataan nona besarnya. Mulai dari sana dia merasa nona besarnya ini akan lebih merepotkan dibandingkan dengan sebelumnya.
***
 “Selamat malam tante Clarissa!” ucap Dirga pada seorang wanita berumur empatpuluhan yang sedang duduk di meja. Wanita tersebut mengenakan gaun merah mewah yang memperlihatkan belahan dadanya. Dia juga mengenakan perhiasan mahal yang menghiasi badannya.
“Halo Dirga, selamat malam.” ucapnya sambil tersenyum. Dia kemudian memperhatikan wanita yang berjalan di sebelah Dirga. Tentu saja semua orang mengenal wanita cantik tersebut.
“Ini Tania, salah satu artis yang berada di bawah naungan perusahaanku. Dia diundang karena banyak membantu perusahaan karena kepiawaiannya.” Dirga memperkenalkan gadis di sebelahnya.
Tania tersenyum dan memberi salam hormat kepada Clarissa.
“Ah begitu, aku juga dulu pernah menjadi artis. Sampai akhirnya aku menikah dengan suamiku.” ucap Clarissa sambil meneguk minuman yang dipegangnya. Namun ada senyum kecut yang menghiasi wajahnya.
Mendengar ucapan Clarissa Dirga menjadi kaku sedikit. Dikepal tangannya erat-erat.
“Kalau begitu saya permisi Tante Clarissa.” kata Dirga pamit.
“Ah sebelum itu, terimakasih karena sudah mengizinkan Bintang anakku untuk masuk ke perusahaan tempat ayahnya dahulu.” kata Clarissa sambil tersenyum penuh arti.
Begitu Dirga dan Tania pergi, Bintang datang. Dia duduk di samping ibunya.
“Jadi kapan kamu akan mulai bekerja di perusahaan?” tanya Clarissa. Tatapa yang sebelumnya hangat berubah menjadi intimidasi.
“Aku lebih suka bekerja sebagai produser film dan menghasilkan karya bunda.” jawab Bintang.
“Tidak, menduduki posisi di perusahaan lebih penting dibandingkan hobimu sayang.” Clarissa menyentuh dagu putra satu-satunya tersebut.
“Aku tidak terlalu piawai mengurus perusahaan.” kata Bintang.
“kamu harus mengambil hak ayahmu kembali na, demi nama baik kita.” kata Clarissa.
Bintang tertegun. Dia tidak bisa membalas perkataan dari ibunya.
“Bagaimana kalau….!”
Ucapan Bintang langsung dipotong oleh ibunya, “Aku yang akan mendampingimu na, tenang saja.”
Bintang terdiam, dia tahu jika ibunya sudah menginginkan sesuatu maka akan terlaksana, Maka dia hanya bisa mengatakan, “Baik bunda.”
***
Vanessa berjalan ke luar ballroom hotel. Dia mencari toilet. Terlalu banyak makan dan minum ternyata membuat perutnya sakit. Makanan hotel aneh di lidahnya, makanan tersebut sedikit. Rasanya juga tidak terlalu asin. Apa kenyangnya kalau begini? Begitulah yang dipikirkannya.
Masuk ke toilet hotel dia melihat sosok wanita cantik yang dikenalinya sedang merias diri di depan cermin. Wanita tersebut berpostur tinggi, ramping dan tubuhnya sangat indah. Membuat wanita manapun iri dibuatnya. Dia berambut panjang diwarnai merah natural. Rambutnya dibiarkan terurai ke belakang. Bulu matanya lentik, Vanessa sadar bahwa tidak menggunakan makeup pun wanita ini tetap cantik. Wanita tersebut adalah Tania.
Vanessa berdiam di depan cermin persis di samping Tania. Terlihat perbedaan dirinya dan Tania. Vanessa cantik, namun definisi cantik Vanessa adalah cantik natural ayu. Pembawaan Vanessa adalah gadis manis. Muncul dalam pikirannya apakah wanita seperti Tania lah yang menjadi alasan Dirga tidak mencintainya.
Tania menyadari kedatangan Vanessa. Dia juga menyadari jika Vanessa memperhatikan dirinya.
“Selamat malam nona Vanessa,” katanya ramah.
Vanessa membalas salam dan senyuman dari Tania. Ternyata wanita ini sangat baik. Begitulah yang dia pikirkan.
“Saya sangat senang mendengar kabar anda sudah keluar dari rumah sakit,” kata Tania sambil tersenyum ramah.
“Ah terimakasih. Bagaimana kamu tau aku masuk rumah sakit? Apakah aku seterkenal itu?” tanya Vanessa.
“Maksudnya?” tanya Tania tidak mengerti.
“Jadi aku mengalami kehilangan ingatan, aku tidak ingat apapun sebelum kecelakaan. Jadi aku masih bingung akan diriku sendiri,” Kata Vanessa.
Tania tersenyum penuh makna sedetik. Kemudian dia mengubah mimik wajahnya seperti seseorang yang sedih dan terharu.
“Saya sangat sedih mendengarnya. Apakah anda tidak apa-apa?” tanya Tania.
“Aku baik-baik saja, terimakasih,” Kata Vanessa.
“Senang mendengarnya kalau begitu,” ucap Tania.
“Ah aku penasaran,” Vanessa berjalan mendekati artis tersebut.
Tania menoleh, dia seperti bersiap-saip. “Ya?”
“Sebelumnya apa kita dekat?” tanya Vanessa.
Tania tersenyum. “Tidak, namun saya mengenal anda dari Tuan Dirga.”
“Dirga bercerita kepada kamu tentang aku?” tanya Vanessa.
“Entahlah, dia mungkin tertekan jika menceritakan tentang anda.” kata Tania. Dia mulai mencuci tangannya.
Vanessa yang memperhatikan pergerakan Tania merasa ada yang tidak beres, “Ah apakah kamu dan Dirga memang dekat?”
Tania tersenyum mendengarnya. “Saya hanya artis di bawah naungan Tuan Dirga saja.”
“Kamu sering pergi bersama dia? Termasuk ke pesta?”
“Seperti yang anda lihat.”
“Apakah kalian memiliki hubungan spesial?” Pada pertanyaan ini Vanessa benar-benar memperhatikan Tania baik-baik. Dia merasa telah melakukan hal yang tepat.
Tania tersenyum penuh arti. “Entahlah, saya kurang tahu apakah Tuan Dirga memandang saya bagaimana. Tetapi beliau memang selalu membawa saya kemanapun untuk mendampinginya.”
Vanessa merasakan aura persaingan dari Tania. Alam bawah sadarnya mendeteksi senyum Tania pernah ia temukan dalam kehidupannya yang lama. Apakah dia dan Tania tidak akur? Apakah memang Dirga dan wanita ini memiliki hubungan? Sampai akhirnya keheningan mereka pecah saat Tania mendapat panggilan telepon.
“Saya permisi, Tuan Dirga mencari saya. Rupanya beliau khawatir jika saya tidak di dekatnya.” Kata Tania sambil melangkah keluar dari Toilet.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (38)

  • avatar
    Vina_Rosse

    Vina Rosse hadir 🥰 semangat terus kakak.. . kitinggalkan jejak di sini

    03/05/2022

      0
  • avatar
    Sopia Kamal

    Saya suka dengan karya anda ini. Semangat ya!!

    18/02/2023

      0
  • avatar

    bagus sekali

    08/02/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด