logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

bab3 Rencana untuk Farel

Bab3 Rencana Untuk Mas Farel
Ini istri gue Bro," ujar Mas Farel tersenyum bangga.
"Lho bini Lo ganti atau Lo punya dua istri?"
Deg
Ya Tuhan kenyataan apalagi ini?
Sampai detik ini aku masih berharap apa yang aku lihat di rumah Tasya itu hanya mimpi dan suamiku tetaplah lekaki setia yang aku kenal tapi sekarang, hatiku sungguh sakit Ya Allah.
"Haha, bercanda Lo Bro, bini satu aja gak habis-habis," ucap Mas Farel memandang mesra kearahku.
"Eh tapi serius itu Ri..?"
"Eh btw anak Lo berapa? Eh kita kan mau ngomongin bisnis kan, kok malah ngomongin pribadi ya," ujar Mas Farel.
"Ouh iya Bro, sorry. Oya nama istri kamu ini siapa?"
"Oh iya, kenalin! Ini istri Gue namanya Ane."
Lelaki itu ternyata bernama Ali dan Ali ini adalah teman dekat Mas Farel namun kemudian jauh karena Ali ada kuliah di luar negeri.
Sepanjang percakapan kami Ali tampak sering salah sebut nama dan menucap nama "Ri" padaku namun kemudian Mas Farel buru-buru memotong ucapan Ali.
Hal ini membuat aku semakin yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh mereka berdua.
Lalu apakah 'Ri' itu nama panggilan Riana dan memang benar Mas Farel memang sedang berbohong saat ini.
Setelah ini aku akan bertanya dan meminta pengakuan Mas Farel tentang apa dan kenapa dia membohongku tentang statusnya, jika dia mengelak aku akan merencana sesuatu yang aku yakin Dia pasti tak akan bisa mengelak lagi.
"Mas maksud Ali tadi apa, kok dia selalu panggil aku Ri?"
Mas Farel melirikku sekilas lalu kembali fokus kejalan, ekspresi mukanya juga datar tak ada reaksi apapun.
"Mantanya namanya Rina, Dia susah melupakan mantanya itu, makanya sering salah sebut."
"Rina atau Riana Mas?"
Sungguh hatiku perih saat menyebut nama itu.
"Rina, Riana kan pesulap."
Biasanya aku suka jika Mas Farel membahas tentang Riana si pesulap seram itu, entah kenapa aku begitu ngefans padanya, tapi hari ini aku tak berminat sama sekali untuk membahasnya.
Aku tak membahas apa-apa lagi walau dikepala ada berjuta pertanyaan yang ingin kutanyakan pada Mas Farel.
Tentang foto itu, tentang pengakuan Mbak Riana, tentang Tasya tapi entah bibirku kelu, aku masih belum siap menghadapi kenyataan.
"Sayang, Mas kangen ni," ujar Mas Farel mengelus lenganku saat kami mau tidur.
Aku cukup paham dengan keinginan Mas Farel namun entah kenapa aku tak begitu bergairah malam ini.
Jika malam-malam sebelumya aku cukup lincah di ranjang, malamn ini aku biarkan saja Mas Farel yang dominan.
Kalau saja aku tak ingat dosa seperti apa jika seorang istri menolak suami yang kepingin, dan bagkan katanya sampai pintu surga juga akan tertutup baginya, aku sudah tentu menolak bercinta malam ini.
Sebuah kecupan lembut mendarat dipipiku setelah percintaan kami namun entahlah bagiku rasanya tetap hambar.
Aku tidur dalam gelisan membayangkan Tasya dan Riana, saat ini mereka pasti merindukan Mas Farel tapi aku malah begitu egoisnya memeluk Mas Farel disini.
"Sayang, kok kamu belum tidur?"
Jantungku hampir lompat mendengar suara itu, ternyata Mas Farel belum tidur dan memperhatikan aku.
Mas Farel melingkarkan lenganya dipinggangku dan menghirup wangi rambutku. Dulu aku merasa nyaman diperlakukan seperti ini tapi sekarang aku merasa risih. Ingin rasanya kudorong tubuh Mas Farel namun aku tak mampu.
"Ada apa sayang, Mas minta maaf ya kalau perhatian Mas kurang akir- akir ini tapi hati Mas tak berubah kok sayang."
Aku mendesah perlahan, ingin kembali bertanya tapi lagi-lagi lidahku kelu untuk membuka suara.
***
"Pertemukan saja mereka, lihat reaksi Farel kek mana," ucap Arin sahabatku lewat telpon.
Tak tahan memendam sendirian aku memutuskan untuk bercerita pada Arin tentang masalahku.
"Maksudnya?"
"Coba saja undang kerumah, ajak makan atau apa gitu, kamu kan dekat dengan mereka," ujar Arin.
Aku akirnya menyetujui saran Arin, jika Mbak Riana masih tak sehat aku akan membujuk Mas Farel untuk menemaniku ke rumah Mbak Riana, dengan begitu akan kelihatan siapa yang bohong dan siapa yang enggak.
***
Sore harinya aku mengajar di bimba seperti biasa.
Aku tersenyum saat melihat Tasya dan Mbak Riana, walaupun masih sedikit pucat tapi dia tampak jauh lebih sehat.Mbak Riana tersenyum melihatku sementara aku, ada rasa perih didada ini.
"Apa kabar Mbak, sudah sehat?" tanyaku pada Mbak Riana.
"Alhamdulilah Mbak, sudah jauh lebih baik," jawabnya.
"Syukurlah, Tasya pasti senang," jawabku.
"Oya Mbak, nanti malam ada syukuran kecil-kecilan dirumah, Mbak Ane datang ya. Ajak suami Mbak Ane juga!"
Aku terhenyak, apa ini yang dikatakan takdir, aku yang ingin mengundang tapi malah dia yang mengundang duluan untuk datang.
***
"Ada wali murid ngundang kita untuk acara syukuran dirumahnya," ujarku saat sampai dirumah.
Mas Farel tersenyum ," ok sayang. Kalau gitu aku mandi dulu ya."
Aku sengaja tak mengatakan siapa yang mengundang untu mengantisipasi Mas Farel tak mau ikut.
Semua harus selesai malam ini, aku bahkan sudah memantapkan hati dan perasaannku untuk apapun yang terjadi nanti.
Aku hanya berharap agar kesehatan Mbak Riana tetap baik-baik saja. Maap Mbak tapi aku tak ada jalan lain.
-
-
-
Wajah Mas Farel sedikit menegang begitu sampai di rumah Mbak Riana, walaupun dia berusaha tenang tapi aku dapat menangkap ekspresi gelisahnya.
"Ayo Mas turun, kok malah bengong," ujarku saat Mas Farel lama tak turun dari mobil.
"Papa..,"
Tasya berlari memeluk Mas Farel saat kami baru saja turun dari mobil. Hal ini membuat wajah Mas Farel kembali menegang.
Rasakan kamu Mas, kamu gak akan bisa menghindar kali ini.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (177)

  • avatar
    samsul bSamsul

    dimana beli diamond

    13d

      0
  • avatar
    Setyawati Setyawati

    Bagus dan menarik agak menyebalkan juga

    08/04

      0
  • avatar
    AniFerly

    seru banget.bikin penasaran

    08/01

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด