logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Tentang Kita

Tentang Kita

Putrisiam


Bab 1

-Happy Reading-
"Berangkat sama siapa Sal?"
Salma menoleh, di ujung bangku kelas XII MIPA 3 sudah ada Fitri yang sepertinya sudah datang dari tadi. Anak itu memang yang paling rajin diantara yang rajin-rajin.  Tidak ada dalam catatan sejarah anak MIPA 3 bahwa Fitri kena tegur karna terlambat berangkat sekolah. Baginya, kedisiplinan nomer satu.
Salma menutup pintu kelas pelan. Kakinya melangkah santai kearah tempat belajarnya. Sesekali, jilbab perempuan itu bergerak diterpa sejuknya angin pagi.
"Sama Bang Varo lah. Siapa lagi," jawabnya jutek.
Fitri memekik girang, disaat Salma malas membahas tetang Abangnya yang amat-amat menyebalkan itu, Fitri malah semangat 45.
Fans Sejati--katanya.
"Terus-terus? Abang lo sekarang dimana?"
Salma berdecak malas. Fitri ini tidak sadar atau bagaimana? Ia ingin mengingatkan, namun dia saja terjebak dalam kata-katanya sendiri.
"Apasih Fit yang ngebuat lo bisa segitunya sama Bang Varo? Bang Varo aja taunya lo karna sahabat gue," jelas Salma mencoba selembut mungkin.
Bukannya sadar, perempuan berkacamata bulat itu malah semakin menampakkan deretan gigi putih miliknya.
Sejenak Salma menatap Fitri lekat. Sahabatnya ini, cantik, agamanya bagus, sederhana, manis, pintar lagi. Sesuai selera Bang Varo. Namun, ada dinding penghambat paling besar diantara perasaan itu.
"Alvaro itu keren, dia gak mau natap perempuan yang bukan miliknya, kalau di ag--"
"Kalau di agama kita gaboleh natap kecuali Mahromnya. Ya itu di agama kita Fit! Agama Bang Varo gak gitu! You look at me! Kalian beda."
Fitri tertegun sejenak.
Sakit bukan takdir itu?
"SALMAAAA!! HERE NOW! YOU WILL HAPPY WHEN  NONTON INI."
Rapat-rapat, Salma kembali harus menutup telinganya. Itu pasti suara Maura, si heboh sahabatnya.
Fitri yang ikut mendengar langsung bergegas merapikan buku-bukunya tergesa-gesa.
"Alemong ini mah! Wes ayo melu Maura wae! (Udah ayuk ngikutin Maura aja!)"
Salma yang belum siap hampir saja terhuyung kedepan saat Fitri tiba-tiba menariknya keluar kelas.
"Pelan-pelan maemunah!"
Fitri tak memperdulikan ucapan Salma. Gadis itu malah semakin gencar menarik lengan Salma menuju  aula lapangan sekolah.
"GILAAAAA! APA GUE BILANG?"
Salma langsung mengikuti arah pandang Fitri.
Disana.
Ada Gery.
Dada Salma mendadak berdenyut ngilu. Niatnya ingin menjauhi lelaki itu, malah kembali dipertemukan.
Tepat ditengah-tengah lapangan, diantara kerumunan yang dipenuhi teriakan siswi-siswi alay, Gery dengan semangatnya melempar bola kesana kemari.
Sejenak, ada kikisan memory yang terulang saat kebersamaan mereka dahulu.
"Geryyy berhenti ! Capek tau!"
"Lo yang cemen!  Masa segitu aja udah capek." Gery berangsur mendekat kesamping Salma. Tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang terombang-ambing oleh hembusan angin.
"Haus," keluh Salma pelan.
"Tuh air banyak."  Gery menunjuk hamparan air laut di depannya.
Salma menatap Gery kesal, "Lo emang kudu CT.Scan otak deh, Ger. Gue penasaran, otak lo tuh ada isinya apa enggak? atau emang dasarnya kosong gak berisi."
Gery dibuat terbahak oleh pernyataan Salma. Receh tapi bermakna.
"Udah. Kemarin gue pernah CT.Scan otak. Lo tau? isinya apa?"
Salma tidak menanggapi, paling-paling sebentar lagi otak gesrek Gery mulai beraksi.
"Dokter bilang, otak gue isinya lo semua. Makanya ngebucin terus."
Hening.
Gery kesal sendiri saat ocehannya ditanggapi sepele oleh Salma.
"Main tebak-tebakkan yuk, Sal."
"Tebak-tebakkan? Gak ah, kayak bocil," sanggah Salma cepat.
"Gue beliin cimol deh."
Oke, keluluhan Salma hanya sebatas Cimol dekat rumah mereka.
"Gassss," sahutnya girang. Gery yang gemas sendiri langsung mengacak-acak rambut hitam Salma yang tergerai bebas.
"Tapi kalau gue kalah. Kalau menang sih, lo yang harus traktir gue."
"Gabisa!" tolak Salma cepat.
"Menang kalah gue harus dibeliin cimol," lanjutnya ponggah.
Gery langsung memasang wajah tengilnya "Yaudah bata--"
"No Gery! Oke, fiks kita main."
"Muka apa yang paling besar sedunia?"
Salma mencoba berfikir, "Muka orang obesitas."
"Hahahaha." Gery terus tertawa terbahak-bahak sampai keluar cairan putih dari sudut matanya.
"Kayaknya elo, yang kudu CT.Scan otak deh, Sal."
"Enak aja! Udah buruan apa jawabannya?"
"Muka Bumi," jawab Gery Masih dengan Wajah tengilnya.
Salma memukul pelan bahu Gery, namun bagi Gery itu cukup... sakit lah yaw.
"Giliran gue!  Penyanyi cilik yang ngakak mulu?"
Gery menyentil ujung kukunya didepan wajah Salma.
"Kecil itu mah."
"Yaudah buruan jawab bego!"
"Jawabannya Trio wkwkwkwk."
"Apaan sih! Garing tau gak. Sekarang giliran lo, awas aka kalau gak masuk akal."
Gery menggetuk pelan dagunya, nampak seperti manusia yang sedang berfikir.
"Gue tau! Setiap kali kita keluar masuk pasti ketemu. Apakah itu?"
Salma berfikir sejenak, 2 detik. Sebelum wajahnya memerah padam.
"GERYYY LAKNAT! OTAK GUE TRAVELING BANGKE!"
Di ujung pasir, Gery sudah terbahak tak karuan.
"Sini Lo! Awas ya! Gue aduin ke Mama."
"Sal!"
"Salma Woy!"
Salma tergagap tiba-tiba.
"Ck, lo ngelamunin apasih?"
Salma masih berkutat dengan fikirannya. Tuhan, bolehkah dirinya mencintai dia? Perasaannya terus membelenggu.
Bola mata Fitri memicing, wajahnya perlahan mendekat ke wajah Salma. Lantas berbisik tengil, "Lo mikirin Gery, ya?"
"Apaan, sih!" jawab Salma kesal lantas melangkahkan kakinya meninggalkan Fitri yang tertawa puas dengan tingkahnya.
"SALMA GUE BILANGIN ORANGNYA YA? KALAU LO TADI---"
"DIEM FITRI ATAU GUE GAK AKAN KASIH IJIN LO MAIN KERUMAH!"
Oh tidak! Fitri sangat anti dengan ancaman itu. Bermain kerumah Salma itu hobby-nya. Selain karna masakan Mamanya Salma yang amat enak, disana, dia bisa bermain Squisy milik Salma yang beragam dan satu lagi, dia juga bisa melihat keseharian Alvaro.
Licik memang, entah sejak kapan, Fitri kagum dengan lelaki yang berstatus sebagai abang kandung sahabatnya itu. Alvaro itu berbanding terbalik sifatnya dengan Salma. Salma cenderung alay dan periang  tapi tidak dengan Alvaro. Lelaki itu lebih banyak diam, berbicara saat disuruh dan seperlunya saja. Pernah suatu ketika, Salma iseng bertanya mengapa abangnya ini sangat irit ngomong, lelaki itu hanya menjawab supaya irit kata, diluar sana banyak yang membutuhkan kata-kata. Aneh, kan?
"GUE KAN CUMA BERCANDA SALMA!! TUNGGUIN! Maura lo mau ke Kantin gak?"
Maura langsung berbalik cepat, meninggalkan lapangan basket tanpa peduli. Ada perut yang harus di jaga.
Di ujung lorong, Salma terkekeh pelan. Ada-ada saja tungkah ajaib dari kedua sahabatnya itu.
"Kuy buruan ke Kantin! Borong gorengannya Mbok Lasti!"
"Alay," cibir Salma sebelum ikut tertawa bersama kedua sahabatnya.
Kepalanya kembali menoleh ke Arah Lapangan Basket, lalu tersenyum tipis sembari melangkah menuju kantin utama.
Namanya Gery, dia dulu pangeran tak berkuda yang senantiasa menghapus air mataku, ada disaat aku butuh bahu tuk bersandar, menjadi tangan yang senantiasa mengusap ketika air mata ini mulai jatuh, Menjadi tameng utama ketika aku mulai runtuh. Kisah kita emang rumit, tidak ada jalan keluarnya kecuali dua pilihan.
Pindah agama
Atau
Pindah hati.
Yogyakarta 18 Maret 2021
Puputtri_

หนังสือแสดงความคิดเห็น (78)

  • avatar
    MulyaniSRI

    bagus

    4d

      0
  • avatar
    MuzzamirMuzzamir

    Oky

    25d

      0
  • avatar
    Andes Rabbal Kurnia

    anjay

    15/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด