logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 7

" ... terjadi kerusuhan di dalam sebuah restorant. Seorang bapak lansia, menyerang karyawan restoran dengan sadis. Belum diketahui motif apa yang membuat bapak lansia itu menyerang seorang karyawan. Hal itu, masih dalam penyelidikan pihak kepolisian. Dikatakan oleh beberapa saksi yang saat itu juga melihat kejadian secara langsung, bahwasannya bapak lansia tersebut menggigit tangan korban. Karena korban memberontak, si pelaku beralih menggigit leher korban secara brutal. Polisi menghimbau kepada masyarakat, untuk menjauhi kerumunan dan tetap tenang. Sekian berita malam ini, kami-"
...
Berita televisi telah menyiarkan berita, dimana kondisi salah seorang penderita kanker otak menyerang salah satu warga. Hal itu, semakin menambah rasa penasaran kelima pria yang saat ini tengah menggali informasi yang terkait.
"Kalian lihat? Dia adalah salah seorang penderita kanker otak, dan kalian juga melihat sendiri keanehan yang terjadi, bukan?" ujar Sae Ah Gu memanaskan suasana.
"Bagaimana kau tau kalau bapak itu adalah seorang penderita kanker otak?" tanya Aun Na Gun.
"Iya Kak Lee, kok kakak bisa tau?" timpal Lim A Roo.
"Karena aku menyuruh Asisten Yan untuk mencari informasi, tentang siapa saja pasien penderita kanker otak yang belum lama ini mendapat penanganan di LeeJoon Hospital. Ada 5 orang yang terdaftar disana dalam setahun ini, dan salah satunya adalah bapak lansia tadi," jelas Sae Ah Gu.
Semua temannya terdiam, tampak memikirkan tiap kata yang keluar dari mulut penerus LeeJoon Group itu.
"Itu berarti masih ada 3 orang lagi yang berkeliaran di luar sana? Apa ketiga orang itu juga sudah dinyatakan sembuh 100%?" cetus Rama mulai membuka suara.
"Ya, ketiga orang itu juga dinyatakan sembuh. Hanya bapak lansia tadi yang tidak mendapatkan perawatan lebih lanjut karena tidak adanya biaya." Sambung Sae Ah Gu.
"Bukankah kamu bilang satu pasien yang baru dinyatakan sembuh beberapa hari yang lalu, sekarang sudah meninggal?" ujar Aun Na Gun.
"Iya Kak, lalu bagaimana dengan ketiga orang lainnya?" timpal Lim A Roo.
"Apa mereka juga akan mengalami hal yang sama, dengan pasien yang sekarang ada di LeeJoon Hospital?" Sambung Lim A Roo.
"Apa? Jadi mereka juga akan ikut mati?" Kini Lim A Raa tampak mengikuti alur pembicaraan keempat temannya.
"Entahlah, aku juga belum tau pasti. Tidak ada hasil lebih detail tentang penelitian yang dilakukan Prof. Han mengenai tanaman itu," tutur Sae Ah Gu.
"Tunggu sebentar, bukankah Soon Sae bilang ada masalah yang cukup serius di LeeJoon Hospital? Mungkinkah itu ada kaitannya dengan hal ini?" tutur Rama.
"Ya, jangan-jangan apa yang dikatakan Rama itu benar. Kita harus pergi dan melihat sendiri pasien yang sudah meninggal itu," ujar Aun Na Gun.
"Iya Kak Joon, A Roo juga memikirkan hal itu," timpal Lim A Roo.
"Oke, kita berangkat ke LeeJoon Hospital sekarang," ajak Sae Ah Gu.
"Iya, ayo Kak," jawab Lim A Roo.
Mereka semua memutuskan untuk melihat langsung kebenaran, mengenai hal yang menimpa pasien penderita kanker otak itu.
Mereka juga harus memastikan, tidak ada hal yang terjadi dengan apa yang baru saja mereka lihat di televisi.
Dalam perjalanan, mereka mengalami kemacetan yang terjadi tidak seperti biasanya.
"Sekarang sudah lewat jam pulang kantor, bukan? Mengapa jalanan masih mengalami kemacetan? " ujar Aun Na Gun.
"Sepertinya ada kecelakaan Kak Joon, mungkin itu sebabnya jalanan menjadi macet," jawab Lim A Roo.
"Coba nyalakan radio, mungkin ada berita didalamnya," pinta Rama yang duduk kursi belakang bersama dengan dua bersaudara Kim.
"Kerusuhan terjadi didekat alun alun kota, seorang pria menyerang pengendara motor dengan begitu ganas. Menurut saksi, pria yang diduga pelaku itu dalam keadaan mabuk melihat dari cara bagaimana pelaku berjalan. Tidak ada korban jiwa, namun kejadian ini menyebabkan kemacetan. Karena sebuah mobil yang menabrak pengendara motor akibat penyerangan ... "
Radio terus menyiarkan berita, namun tiba-tiba terdengar suara aneh dibalik suara si penyiar radio itu.
"Kalian dengar? Seperti ada suara lain selain suara si penyiar itu, bukan?" ucap Sae Ah Gu.
"Iya Kak, A Roo juga dengar," timpal Lim A Roo.
"Iya, kami mendengarnya. Namun tidak begitu jelas, seperti suara geraman binatang buas." Sambung Rama diikuti anggukan dari dua bersaudara Kim.
"Bagaimana mungkin ada binatang buas di dalam stasiun radio?" tutur Aun Na Gun.
"Ya, kau benar. Sepertinya keadaan menjadi semakin rumit, kita harus segera tiba di Rumah Sakit secepatnya," balas Sae Ah Gu.
"Kita harus menempuh jalan lain, jalan yang lebih dekat dan lebih cepat tentunya," timpal Rama.
"Kita tinggalkan mobil disini, biar aku telfon anak buahku dulu." Sambung Rama.
Akhirnya mereka sampai ke LeeJoon Hospital dengan mengendarai sepeda motor milik anak buah Rama. Berlari cepat menuju ruangan dimana salah satu anggota mereka berada, Li Soon Sae.
"Kak Shin," panggil Lim A Roo saat membuka pintu ruangan Li Soon Sae.
"Gimana?" tanya Lim A Raa pada adiknya.
"Kak Shin ngga ada di ruangannya, Kak " jawab Lim A Roo.
Mereka berlima berlari, mencari keberadaan satu temannya itu dengan cara berpencar. Sae Ah Gu mencari di setiap ruangan dokter lainnya. Lim A Raa dan Lim A Roo mencari di setiap ruangan pasien, sedangkan Rama dan Aun Na Gun di ruang ICU dan ruang operasi.
Setelah beberapa menit mencari, tak ada satupun dari mereka yang menemukan keberadaan Li Soon Sae. Satu-satunya tempat yang tersisa yaitu kamar jenazah, mereka pun bergegas menuju kamar tersebut.
"Kalian dengar? Ada suara teriakan minta tolong," ucap Rama.
"Ya, sepertinya dari arah sana." Tunjuk Sae Ah Gu ke arah kamar jenazah.
"Kalau begitu kita segera kesana dan lihat apa yang terjadi disana," ajak Aun Na Gun.
"Tunggu dulu, masing-masing dari kita harus membawa senjata," saran Lim A Raa, kali ini ucapannya sudah kembali ke jalan yang benar.
"Iya kak, benar yang dikatakan Kak A Raa," timpal Lim A Roo menyetujui saran dari kakaknya itu.
"Baiklah, kita cari benda apa saja yang bisa kita gunakan sebagai senjata," ucap Rama.
Masing-masing dari mereka telah memegang sebuah benda yang bisa dijadikan senjata, bersiap atas apapun yang terjadi didalam sana.
Suara teriakan minta tolong semakin jelas terdengar.
Namun kali ini, terdengar suara laki-laki yang sangat familiar ditelinga mereka. Itu suara orang yang barusan mereka cari, suaranya meminta seseorang untuk berhenti.
Entah apa yang terjadi didalam sana, mereka harus melihatnya sendiri.
Brak (pintu dibuka dengan begitu kencang, baik orang yang didalam kamar jenazah maupun orang yang baru saja datang, mereka sama-sama terkejut)
"Kalian?" ucap seorang dokter yang mereka kenal.
"Soon Sae, apa yang terjadi?" Rama bertanya atas hal yang mereka lihat didalam sana.
"Jangan masuk, kunci pintunya." Cegah Li Soon Sae namun terlambat, karena kelima temannya telah masuk kedalam kamar itu.
"Grrrr-grrrr-hap, slurppp." Suara mengerikan juga menjijikkan.
"Makhluk apa itu, Kak?" tanya Lim A Roo, menunjuk ke arah makhluk yang tengah menunduk, menyantap hidangan yang tergeletak dibawah lantai.
Makhluk mengerikan itu menyadari keberadaan Li Soon Sae dan kelima temannya. Makhluk itu pun menoleh ke belakang dengan suara geraman, pemandangan yang membuat perut terasa mual. Makhluk itu berjalan mendekat ke arah Li Soon Sae dan bersiap untuk menyerang.
"Hiyyaaa, rasakan ini makhluk jelek (bekkkgg)" Lim A Raa berjalan dan menyerang makhluk itu tepat di bagian kepalanya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (88)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    KhoirurRizki

    𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜

    29/07

      0
  • avatar
    Viina Siagian

    keren banget ceritanya

    22/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด