logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 4

Melihat Sae Ah Gu diam saja tanpa berniat menjawab pernyataan yang diajukan salah satu pemegang saham, beberapa lelaki tampak berbisik mengeluarkan argumen mereka.
"Mohon bapak-bapak semua tenang dulu, biarkan CEO Sae memberikan suaranya," ujar Asisten Yan mencoba menenangkan mereka.
Mendengar perkataan Asisten Yan suasana di ruang rapat kembali senyap, menunggu sang pemimpin menyuarakan pendapatnya.
"Saya minta kepada semua yang hadir disini untuk tetap tenang dan jangan mengatakan apapun yang belum jelas kepastiannya,"tutur Sae Ah Gu.
"Bagaimana kami semua bisa tenang setelah mendengar rumor tersebut? Kalau tidak segera diselesaikan akan berdampak buruk bagi perusahaan, bukan begitu?" tutur lelaki pemilik rambut putih meminta dukungan atas pendapatnya.
Jelas saja, mereka yang mendengar perkataan si lelaki berambut putih mengiyakannya. Bahkan mendesak Sae Ah Gu untuk segera menindaklanjuti rumor yang beredar.
" Oke, saya paham apa yang kalian pikirkan. Tapi saya minta kepada bapak bapak semuanya untuk tidak gegabah, dalam mengatakan hal apapun diluar sana yang bisa merugikan perusahaan," pinta Sae Ah Gu.
Sae Ah Gu menatap satu persatu rekan pemilik saham perusahaannya, mereka tampak memikirkan perkataan Sae Ah Gu.
"Saya tau LeeJoon Hospital berada dibawah naungan LeeJoon Group, akan tetapi urusan kita hanyalah mengenai lingkup perusahaan saja. Biarkan pihak LeeJoon Hospital dan para petinggi lainnya yang memikirkan hal itu, kita percayakan saja pada mereka untuk menangani masalah ini." Sambung Sae Ah Gu.
"Tapi, bagaimana bisa kita semua diam saja tanpa membantu sedikitpun?" tanya lelaki paruh baya disamping lelaki berambut putih.
"Bantuan yang kita harus lakukan adalah memastikan rumor yang belum terbukti kejelasannya, tidak sampai di telinga masyarakat sekitar. Itulah hal paling utama yang perlu dilakukan untuk saat ini." Perkataan Sae Ah Gu disambut anggukan dan jawaban setuju dari 15 orang yang hadir dalam rapat.
Setelah hampir satu jam membahas rumor yang belum ditentukan kepastiannya, hasil rapat yang perlu dilakukan semua orang yang hadir dalam rapat adalah tetap tenang dan menyerahkan semua keputusan kepada pihak LeeJoon Hospital dan para petinggi lainnya.
Mereka hanya perlu memastikan agar rumor itu tidak beredar ditengah masyarakat.
"Baiklah, kita akhiri rapat hari ini. Terima kasih," ucap Sae Ah Gu sebelum meninggalkan ruang rapat.
Tak ada lagi suara bising yang terdengar seperti sebelumnya, semua orang tampak tenang dan tetap menjaga wibawa mereka dihadapan para karyawan. Satu persatu dari mereka meninggalkan ruang rapat dan keluar dari perusahaan.
Sae Ah Gu kembali ke ruangannya, ia masih sedikit pusing memikirkan hal itu.
"Anda perlu sesuatu untuk menenangkan pikiran Mr. Lee?" ujar Asisten Yan menawarkan, begitulah panggilannya kepada Sae Ah Gu. Awalnya panggilan itu hanyalah gurauan semata namun Sae Ah Gu mengizinkan Asisten Yan untuk memanggilnya dengan nama itu.
"Ya, tolong minta Lisa untuk membuatkan saya kopi," Perintah Sae Ah Gu.
"Baik Mr. Lee."
"Apa aku harus membicarakan hal ini kepada ayah? Aku yakin Prof. Han pasti menemuinya," gumam Sae Ah Gu.
"Sebenarnya apa masalahnya dengan tanaman obat itu? Bukankah LeeJoon Hospital sudah menggunakan tanaman obat sebagai salah satu bahan utama untuk menyembuhkan penyakit? Lau apa masalahnya? Dan apa nama tanaman obat itu sebenarnya?" Berbagai argumen saling berkecamuk dalam pikiran Sae Ah Gu, tak pernah sepusing ini pemikiran Sae Ah Gu sebelumnya. Bahkan masalah pekerjaan pun tidak sampai membuatnya pusing.
"Oke, aku cabut duluan," ucap Rama pada kelima temannya.
"Kak Rama mau kemana Kak?" Lim A Ruu yang penasaran atas apa yang dilakukan oleh Rama selama ini pun mengajukan pertanyaan.
"Kak Rama ada urusan, belajar yang rajin ya," tutur Rama pada Lim A Ruu sembari mengelus pelan puncak kepala Lim A Ruu.
"Iya Kak," balas Lim A Ruu tersenyum.
Satu persatu dari mereka turut mengikuti jejak Sae Ah Gu, meninggalkan bar dan yang lainnya karena urusan pribadi masing-masing. Tinggallah dua kakak beradik yang tampak sibuk dengan jadwalnya.
Seperti biasa Lim A Raa masih asyik memainkan jemarinya, memikirkan startegi dan kecepatan dalam bertindak.
Sedang Lim A Ruu, juga tampak sibuk dengan benda hitam panjang yang sedari tadi ia mainkan disela jemari telunjuk dan jari manisnya. Berpikir keras, menimbang-nimbang jawaban apa sekiranya yang harus ia pilih?
Hampir dua jam lebih tak ada percakapan, tak ada suara. Begitu sibuknya hingga tidak menyadari bahwa salah dari kedua makhluk yang menunggu bar telah kehilangan kesadarannya menuju alam mimpi.
"Ah...ah....aaaaahhh, apes apes kenapa kalah terus sih," seru Lim A Raa menggerutu kesal.
"Sudah berapa jam ya?" tanyanya sendiri melirik jam casual bergaya eropa yang melingkar di tangan kirinya.
"Apa? Sudah lama ya ternyata, Jo jong kamu sudah main?" A Raa berhenti saat tak melihat batang hidung pria itu, bahkan teman lainnya pun sudah tidak ada.
"Haish ... Heran ya ngga pernah pamitan kalau mau pergi? Padahal jarang ketemu." Lim A Raa mendengus kesal mendapati dirinya ditinggal begitu saja oleh teman - temannya.
Melirik ke arah adiknya yang masih terlelap, membaringkan kepalanya diatas meja dengan beralaskan tumpukan buku.
"Mimin, bangun Min," titah Lim A Raa.
"Mmmhh. Ada apa sih Kak? Aku masih ngantuk." Geliat Lim A Ruu merasa terganggu.
"Ayo pulang, tidur di rumah," ajak Lim A Raa sambil menarik lengan adiknya.
"Kakak." A Raa tersentak dengan geraman A Ruu, pasalnya Lim A Ruu adalah anak yang paling susah untuk dibangunkan, sangat berbeda dengan sikap dan perilakunya ketika sedang sadar.
"Ya sudah kalau tidak mau pulang, Kakak tinggalin kamu disini. Mau? Disini sendirian?" gertak Lim A Raa, selain susah di bangunin ternyata Lim A Ruu adalah orang yang tidak cukup berani kalau harus sendirian di ruang kosong.
"Haaa? Tidak mau." Lim A Ruu langsung menegakkan badan, membelalakkan matanya dan segera membereskan peralatan yang digunakannya tadi.
"Sudah?" tanya Lim A Raa memastikan perlengkapan adiknya tidak ada yang tertinggal.
Meskipun Lim A Raa adalah anak yang jail, tidak pernah serius dalam mengerjakan sesuatu tapi ia termasuk Kakak yang menyayangi dan menjaga adiknya, Lim A Ruu. Ya walaupun lebih sering jail daripada baiknya.
"Bagaimana hasilnya?" tanya seorang pria paruh baya terhadap seorang Profesor yang tengah melakukan penelitian.
"Belum diketahui hasilnya dengan pasti, apakah mereka yang mengalami gangguan jiwa karena pengaruh adanya obat itu atau bukan. Saya masih harus melakukan penelitian lebih lanjut lagi," jawab sang profesor.
Lelaki paruh baya yang kini tengah menemani sang profesor adalah DR. Kim Min Hwa, selaku Dokter Kepala di LeeJoon Hospital yang juga ayah dari dua kakak beradik Lim A Raa dan Lim A Ruu.
Mereka sedang melakukan riset mengenai tanaman obat yang belakangan ini cukup mengganggu beberapa pasien yang berhasil sembuh dari penyakit kanker otak.
Entah apa yang sedang terjadi namun pasien-pasien itu kini mengalami gangguan jiwa setelah selamat dari maut.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (88)

  • avatar
    RosdianaDian

    bagus

    06/08

      0
  • avatar
    KhoirurRizki

    𝚋𝚊𝚐𝚞𝚜

    29/07

      0
  • avatar
    Viina Siagian

    keren banget ceritanya

    22/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด