logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Siasat Busuk Suami

"Lalu kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan demi kesenangan yang menipu (Rosemaya).”
===
"Hei, apa ini? Benarkah aku gila?" pekik Rosemaya yang mulai merasakan sakit di seluruh persendiannya.
Hujaman rasa nyeri menjalar di seluruh tubuh Rosemaya sebelum kemudian ia kehilangan kesadaran karena pingsan.
Teriakan demi teriakan histeris bersahutan bersamaan dengan orang-orang yang mulai berdatangan di atas hamparan rumput taman tempat tubuh Rosemaya jatuh dari lantai dua.
"A-apakah dia sudah mati?" tanya Bu Gina dengan mimik wajah ketakutan. Wanita itu berdiri di dekat tubuh Rosemaya yang terkulai tak sadarkan diri. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan dan terlihat sangat terkejut.
***
Rosemaya membuka mata dan ia telah berada dalam ruang serba putih dengan bau desinfektan serta obat-obatan yang menyengat.
"Ah, aku di mana? Pukul berapa ini? Mengapa tak terlihat sinar mentari yang masuk dari sela-sela jendela?" tanya Rosemaya dalam hati.
Ia ingin beranjak bangun untuk mengambil wudu. Namun tubuhnya terasa kaku dan tak bisa bergerak. Wanita itu yakin saat ini pasti telah subuh atau zuhur.
"Ah, mengapa tubuhku begitu kaku dan sulit di gerakkaan?" Kembali ia membatin.
Dalam ruangan serba putih berukuran 3 x 5 meter persegi itu terdapat semua fasilitas lengkap. Ada televisi yang menyala dan sedang menyiarkan sebuah berita. Ada pendingin ruangan yang berdengung berisik, juga nakas yang penuh obat dan selang infus yang menjutai ke pergelangan tangannya.
"Hei di mana aku? Mengapa aku sendiri di ruangan ini?" Kembali Rosemaya bertanya dalam hati.
Bersamaan itu, ia berusaha menggerakkan tubuhnya tetapi tetap tidak bisa. Ah, rupanya tubuh Rosemaya berbalut perban, gips penyangga leher dan banyak plester di mana-mana.
"Ada apa? Mengapa aku bisa terluka separah ini? Apakah karena cahaya? Cahaya itu! Cahaya yang membuatku bahagia," batin Rosemaya. Berbagai spekulasi tentang apa yang terjadi pada dirinya berputar di otak.
Rosemaya benar-benar tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Wanita itu hanya bisa menggerakkan mata dan bibirnya. Namun lidahnya kelu dan tenggorokan terasa terlalu kering untuk menghasilkan suara.
Seiring kesadarannya yang semakin pulih, Rosemaya mulai merasakan betapa sekujur tubuhnya mulai nyeri dan berdenyut. Ia baru menyadari beberapa bagian tubuhnya patah.
Rosemaya melihat sekelilingnya sekali lagi. Hanya bola matanya saja yang bisa berfungsi sempurna, tidak yang lain. Bahkan menggerakkan ujung jarinya saja Rosemaya tak mampu.
Ah, sinar itu! Sinar putih menyilaukan yang membungkus tubuhnya itu. Semua berawal dari sinar itu! Perasaan ringan dan nyaman yang dirasakannya ketika itu membuat Rosemaya terbang melayang hingga ia merasa tubuhnya mendarat menghantam tanah berumput.
"Apa sebenarnya benda putih itu?" tanya Rosemaya dalam hati.
Sebagian besar pertanyaan yang berputar-putar di kepala Rosmaya terbayar sudah saat bu Gina datang. Entah kenapa wanita itu malah memilih untuk memejamkan mata saat ibu mertuanya itu tiba.
"Ya Allah, Rose! Malang betul nasipmu ini. Baru juga kehilangan anak semata wayang, lalu ibu kandungmu, sekarang kamu harus celaka dengan terjatuh dari lantai dua kamarmu," isak Bu Gina sambil memandang iba tubuh Rosemaya yang tergolek tak berdaya.
Wanita itu mengelus lembut tubuh Rosemaya yang berbalut perban. Ia memeriksa beberapa bagian tubuh menantunya itu. Lalu kembali terduduk di bangkunya dan terisak.
Seseorang datang dan membuka pintu dengan kasar. Kembali menutupnya dengan hentakan yang membuat hati Rosemaya bagai dihantam palu besar. Ia terkejut dengan suara kasar tersebut.
"Apakah dia sudah sadar? Aku benar-benar tak punya banyak waktu, Bu! Jangan lagi Ibu buat aku berlama-lama di sini!" tegas suara bariton yang sangat dikenal Rosemaya.
Leo, suami Rosemaya, ternyata hadir juga bersama bu Gina. Ia terlihat tak sabar dan terburu-buru ingin pergi.
"Kamu jangan kelewatan, Leo! Ibu tidak memaksa! Tetapi sadarkah kamu betapa kamu selama ini telah mengabaikan istrimu? Dia wanita, Leo! Seorang wanita yang butuh perhatian suaminya. Apalagi saat kondisi terpuruk seperti saat ini!" tegas bu Gina penuh amarah membela Rosemaya.
Bu Gina benar. Leo memang telah lama mengabaikan Rosemaya. Membuat wanita itu harus berjuang sendirian mengatasi traumanya. Pria itu seolah tidak ingin lagi berada di tempat itu dan menemani Rosemaya.
"Aku telah cukup bersabar selama ini mendampinginya, Bu. Sudah lama ia mengalami insomnia dan mengaku mendengar bisikan-bisikan tidak berwujud di tengah malam. Aku lelah, Bu!" ujar Leo merasa kesal.
"Itu tandanya jiwa istrimu sedang tidak tenang, batinnya terluka dan perlu disembuhkan!" nasihat Bu Gina. "Tunggui istrimu sebentar. Ibu sepertinya harus mengambil obat dan menebus resep di apotek," pamit Bu Gina tak lama kemudian.
Leo terdengar mendegus kesal. Lelaki kekar itu lalu membanting pantatnya di sofa. Ia kemudian memainkan jemari di atas telepon pintarnya tanpa peduli pada Rosemaya sedikitpun.
Samar-samar dari sudut matanya yang sedikit terbuka Rosemaya bisa melihat aktifitas suaminya. Lelaki itu memandang sinis pada tubuh istrinya. Tak ingin menyentuhnya, tak juga khawatir dengan keadaannya. Leo kemudian menelepon seseorang dari telepon pintarnya.
"Halo, Cindy! Bagaimana? Sudah beres? Apakah semuanya berjalan sesuai rencana? Sudah kamu carikan rumah sakit jiwa dengan pelayanan baik?"
Terdengar Leo sedang menelepon seseorang. Cindy! Lagi-lagi nama itu terekam di telinga Rosemaya.
"Kuminta secepatnya! Aku mau semuanya berjalan lancar! Aku akan segera memindahkan wanita gila ini setelah dia pulih dari luka-lukanya!"
Kembali Rosemaya mendengarkan dan merekam dalam otaknya semua percakapan Leo dengan wanita bernama Cindy itu. Geram sekali Rosemaya, penasaran dengan wanita yang dipanggil Leo dengan sebutan Cindy tersebut.
"Bagaimana dia terluka? Ah kamu tidak akan percaya! Dengan gilanya perempuan itu meloncat keluar jendela lantai dua kamar kami sambil tersenyum. Ibuku bercerita dengan histeris. Semua asisten rumah tanggaku juga mengamini keterangan ibu! Entahlah, mungkin kematian kedua orang kesayangannya membuat jiwa Rosemaya terguncang!"
Leo masih terus bercerita panjang lebar tanpa menyadari Rosemaya mendengarkan semuanya.
Sementara Rosemaya sendiri harus berusaha sekuat tenaga untuk tetap berpura-pura tak sadarkan diri. Ia harus berjuang meredam pergolakan emosi dalam dirinya mendengar bagaimana Leo merendahkannya di hadapan waita bernama Cindy itu.
"Cindy, lagi-lagi dia menelepon Cindy! Siapa sebenarnya wanita ini dan apa hubungannya dengan Leo. Sehingga Leo begitu sering menyebut namanya?"
Kembali Rosemaya berpikir dalam hening. Dadanya berdetak lebih kencang karena terpancing emosi mendengar percakapan telepon yang dilakukan Leo. Sungguh tidak mudah bagi Rosemaya untuk berpura-pura seperti ini.
"Ya tentu saja, malam ini aku akan pulang. Ah ... ke rumahmu tentu saja! Di istanaku sudah tidak ada lagi yang menarik," pungkas Leo mengakhiri percakapan.
Andai bisa, ingin rasanya Rosemaya segera bangkit dan sekali lagi menghajar lelaki itu. Namun apa daya, tubuhnya sedang tak dapat digerakkan sehingga Rosemaya tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah Leo mengakhiri panggilannya. Sebuah benda terdengar jatuh dari atas nakas dekat tubuh Rosemaya terbaring tak berdaya. Klotak!
Leo menoleh dan memicingkan matanya tak percaya. Apakah Rosemaya, istrinya telah sadar? Ada segurat rasa ketakutan di hatinya, Rosemaya mendengar semua percakapannya dengan Cindy.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (92)

  • avatar
    Yuliana Virgo

    bagus

    07/06

      0
  • avatar
    YuliantiPopi

    apa massih ada lanjutan ny lagi

    20/03/2023

      0
  • avatar
    Suci Uci

    Semoga nyampe

    25/02/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด