logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Orange

Orange

Moody Moody


Bab 1 Awal Mula

Siang hari di mana matahari besinar terik. Di atas gedung tinggi di sebuah kota yang berada di wilayah selatan Mesovile. Di sana, seorang pemuda berdiri di atas atap gedung tinggi tersebut. Dirinya menghadap ke arah bawah dan melihat tanah dari ketinggian. Pemuda itu berdiri di sana sudah hampir 30 menit. Ketika dirinya hendak melangkahkan kakinya, tidak lama kemudian seorang gadis melihat pemuda itu dan kemudian menariknya hingga akhirnya jatuh ke bawah. Pemuda itu dengan terkejut berterika kencang. Paran tim penyelamat sudah menyiapkan bantalan jika sewaktu-waktu pemuda itu jatuh ke bawah. Dengan kecepatan tinggi, pemuda itu akhirnya jatuh di atas bantalan yang sudah di pasang dari tadi oleh tim penyelamat. Orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut merasa lega karena pemuda itu tidak jadi mati. Tepat di atas gedung tersebut, seorang gadis tadi terlihat tenang setelah membuat orang lain nyaris kehilangan nyawanya. Pemuda itu bernama Daniel Berliazth yang merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi. Tim penyelamat sudah mengamankan dirinya dan kemudian gadis itu datang ke hadapannya dengan mengatakan kata-kata yang tidak masuk akal.
“Hey kau! Beraninya kau mendorongku,” ucap Daniel dengan kesal kepada gadis tersebut.
“Seharusnya kau berterimakasih kepadaku. Oh iya, jika kau tidak jatuh dari sana mungkin seseorang akan merasukimu,” ucap gadis itu sambil pergi.
“Apa? apa yang kau bicarakan? Merasukiku? Siapa?”
“Hey kau, apa kau sudah bosan hidup? Tindakan yang kau lakukan itu membuat semua orang khawatir tahu,” teriak seorang petugas keamanan kepada Daniel.
Daniel hanya diam dan kemudian pergi dari kerumunan orang itu. Ketika dirinya hendak pergi, seorang polisi kemudian menahannya dan membawanya ke kantor polisi untuk di introgasi. Daniel dengan pasrah ikut bersama dengan mereka ke kantor polisi dan sesampainya di sana, dirinya di ceramahi panjang lebar oleh seorang kapten polisi.
“Kau sudah gila! Jika kau ingin mati sebaiknya berpikir dua kali,” ucap polisi
“Maafkan saya,” ucap Daniel sambil menunduk.
“Aku memang tidak mengerti apa yang kau rasakan. Tapi tindakanmu tadi sungguh merepotkan.”
“Lalu, kenapa saya di bawa kemari?”
“Lihatlah,” sahut polisi itu sambil memperlihatkan sebuah video yang ternyata Daniel telah membuat seseorang babak belur dan orang tersebut melaporkannya kepada polisi.
Daniel hanya bisa menghela nafas menertawakan kebodohannya di mana dirinya menghajar orang itu tepat di sebuah gang sempit yang terdapat CCTV. Polisi kemudia memberikan hukuman kepada dirinya. Namun, begitu mendengar bahwa Daniel hendak bunuh diri membuat polisi itu kemudian terdiam dan berpikir sejenak. Di saat yang menegangkan tersebut, seorang gadis tadi datang ke sana dan kemudian duduk di hadapan polisi tersebut dan menceritakan kisah yang membuat polisi itu kemudian membatalkan hukuman yang di jatuhkan kepada Daniel. Tidak lama kemudian, Daniel di bebaskan dan dirinya kini berada di luar kantor polisi. Dengan perasaan yang masih heran, kemudian dirinya memanggil gadis itu.
“Hey kau, apa yang kau lakukan? Tidak seharusnya kau mengatakan seperti itu,” ucap Daniel kepada gadis itu. Dan kemudian gadis itu berbalik ke arahnya.
“Apa kau bodoh?”
“Apa?”
“Sudah ku bilangkan. Seharusnya kau berterimakasih.”
“Menyebalkan.”
“Oh iya, siapa namamu?”
“Daniel Berliatzh.”
“Oh, namamu cukup sulit. Sampai jumpa.”
“Hey!,” teriak Daniel
Tidak lama kemudian, Daniel kembali ke rumahnya yang berada di sebuah apartemen di dekat pusat kota. Suasana rumahnya yang terlihat sepi membuat dirinya kemudian duduk di sofa dan menghela nafas panjang. Kali ini Daniel melihat ponselnya dan ada berita yang memperlihatkan dirinya yang berusaha mengakhiri hidupnya dan dalam waktu singkat langsung trending. Daniel kemudian meletakan kembali ponselnya dan dirinya tertidur.
Beberapa bulan sebelum kejadian tersebut. Di sebuah apartemen yang tidak lain adalah rumahnya. Daniel baru saja pulang dari kegiatannya yang sangat banyak dan membuatnya lelah. Tidak lama kemudian, Daniel pergi ke toilet dan membersihkan wajahnya. Di saat itu lah dirinya mulai melakukan kegiatan yang lain pula. Malam ini dirinya harus menyelesaikan berbagai tugas yang di berikan kepadanya. Dengan cepat, Daniel menyalakan komputernya dan kemudian melakukan pekerjaannya itu sampai larut malam. Meski waktu sudah menunjukan pukul 12 malam, namun pekerjaannya masih juga belum selesai sehingga dirinya harus mengerjakannya lagi sampai subuh. Daniel yang kemudian hanya tidur salam dua jam saja membuatnya merasa pusing. Waktu sudah menunjukan pukul 7 pagi. Dirinya bersiap untuk berangkat kuliah karena hari ini ada kelas pagi. Dengan wajah yang masih mengantuk dirinya harus memulai harinya itu. Sesampainya di dalam kelas, teman-temannya datang menghampirinya.
“Kau hari ini terlihat kacau. Apa yang terjadi?” tanya salah satu temannya yang bernama Billy
“Aku begadang.”
“Apa karena tugas itu? kau ini cukup rajin rupanya.”
“Tidak. Bukan tugas itu.”
“Pekerjaanmu?”
“Benar.”
“Kau masih bekerja sambilan? Aku juga memiliki pekerjaan sambilan hanya saja lumayan tidak membuatku kerepotan. Memangnya kau bekerja dimana?”
“Di rumahku. Aku bekerja sebagai copy writer dan content writer selain itu juga data analisis. Kau puas.”
“Banyak juga ternyata. Kau menakjubkan.”
“Jangan mengejekku.”
“Aku memujimu. Idiot. Astaga pagi-pagi sudah bikin kesal saja.”
Ketika mereka sedang asik berbincang, tidak lama kemudian datang profesor dan menghancurkan waktu santai mereka. Daniel dengan wajah mengantuknya kemudian memperhatikan pelajaran hari ini dan tidak lama kemudian kelas berakhir. Hari yang cukup merepotkan baginya, dimana hari ini ada kegiatan amal yang harus di ikuti olehnya dan itu membuanya merasa lelah. Energi terkuras semakin lama semakin banyak dan itu membuat Daniel duduk untuk sementara. Di tempat yang berbeda di sebuah lokasi yang merupakan laboratorium kimia. Seorang gadis yang sedang melakukan penelitian di sana. Dengan serius dirinya melakukan pekerjaannya tersebut.
“Kau sudah sampai mana?” tanya salah satu temannya yang bernama Flora
“Masih yang ini. Reaksi atomnya lumanyan lambat.”
“Ah, aku juga sama. Ku pikir hanya aku saja. Oh iya Rebecca. Apa besok kau ada waktu?”
“Iya. Memangnya kenapa?”
“Aku minta bantuanmu.”
“Ada apa? nanti saja ku ceritakan okay.”
“Okay.”
Di laboratorium kimia, semua anak jurusan ini sedang melakukan praktik penelitian dan mereka dengan tekun menjalaninya. Selama praktik berlangsung seorang wanita yang berada di belakang tidak sengaja menjatuhkan cairan kimia dan melukai kakinya hingga orang itu harus di larikan ke rumah sakit. Mereka yang melihat kejadian itu kemudian tertuju ke orang tersebut. Tidak lama setelahnya, praktik masik dilakukan dengan semestinya. Orang itu mengalami luka bakar akibat percikan zat kimia dan membuatnya merintih kesakitan. Rebecca yang hanya terdiam dan sambil melanjutkan penelitiannya dengan tenang tidak seperti semua orang yang berisik.
Daniel yang sudah selesai dengan kegiatannya itu, dirinya kemudian datang ke suatu tempat yang merupakan tempat Billy bekerja sambilan. Di sana adalah sebuah Cafe yang autentik dan memberikan kesan tenang. Di samping itu, Daniel beristirahat dan dirinya kemudian memesan kopi. Hari yang cukup melelahkan baginya terasa seperti berada di bawah kekuasaan tirani. Melihat Daniel yang ada di sana, Billy kemudian menghampirinya dan mengobrol dengannya ketika saat itu kebetulan sedang jam istirahat kerja. Mereka berdua terlihat tertawa dan mereka lumayan berisik ketika berbicara.
“Ini merepotkan,” ucap Daniel
“Bagaimana pun juga itu resikonya. Bukankah semua ini memang selalu ada resiko?’
“Apa aku berhenti saja?”
“Berhenti dari apa?”
“Club.”
“Oh, sebaiknya kau pikirkan saja lagi. memangnya jika kau berhenti kau mau apa?”
“Entahlah. Mungkin akan mencoba hal lain yang lebih menguntungkan.”
“Terserah kau saja. Aku hanya bisa mengatakan ini, kau hanya akan menyesal jika salah mengambil keputusan.”
“Aku sudah tahu akan itu. tapi masalahnya, memangnya apa keuntungannya jika masih berada di sana? Yang ada hanya menjadi stress.”
“Itu ada benarnya juga. Rumit juga ternyata bagaimana bisa kau mengambil kepautusan begitu?”
“Ini terlintas di kepalaku begitu saja.”
“Mustahil.”
“Serius. Kau tidak percaya?”
“Dasar kau ini.”
Pembicaraan mereka tidak berlangsung lama. Karena Billy harus kembali bekerja. Begitu juga dengan Daniel yang harus segera pergi karena ada pekerjaan yang menunggunya beberapa jam lagi. Dirinya yang kali ini sudah sampai di rumahnya dan kemudian melihat setumpuk tugas di meja kerjanya. Tidak lama kemudian dirinya menghela nafas untuk sesaat sebelum akhirnya mulai melanjutkan pekerjaannya. Waktu tidak terasa berjalan cepat. Kali ini di lorong dekat laboratorium, Rebecca sedang berjalan seorang diri dan kemudian dirinya melihat banyangan gelap yang ada di sana. Dengan tatapan yang terlihat terkejut, Rebecca kemudian melihat ke arah sana sambil memeriksanya. Dan ternyata tidak ada apa-apa.
“Tunggu, apa ini hanya perasaanku saja?” gumam Rebecca
Tidak lama kemudian, Rebecca pergi dari sana dan menuju ke lantai dua. Ketika dirinya menaiki tangga, lagi-lagi perasaan aneh itu tiba-tiba muncul dan membuatnya lari dengan cepat dari sana. Ketika Rebecca sudah berada di lantai dua, dirinya kemudian merasakan kehadiran seseorang di belakangnya dan kemudian membuatnya berteriak karena terkejut. Ternyata yang ada di belakangnya itu tidak lain adalah temannya yang bernama Julian. Melihat reaksi Rebecca yang seperti itu membuat Julian merasa heran dan kemudian menyapanya.
“Kau tidak apa-apa? kenapa tiba-tiba berteriak seperti itu?” tanya Julian kepada Rebecca yang ada di hadapannya.
“Kau ini, mengagetkan saja.”
“Apa ada sesuatu?”
“Tidak bukan apa-apa.”
“Kau ini aneh sekali.”
“Ayolah. Berhenti bertanya dan pergi sana.”
“Aku akan pergi ke arah yang sama denganmu.”
“Ah sudahlah.”
Rebecca kemudian pergi ke suatu ruangan bersama dengan Julian. Meski hari sudah malam rupanya mereka masih berada di ruang laboratorium dan sedang menyelesaikan praktikum mereka. Julian yang dari tadi merasa penasaran dengan apa yang terjadi kepada Rebecca membuatnya terus mengikutinya. Di saat itu lah sosok bayangan gelap yang berada di ujung ruangan keberadaannya mulai terasa. Rebecca yang menyadari akan hal itu membuatnya seketika terburu-buru dan pergi dari ruangan tersebut yang di susul oleh Julian.
“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Rebecca
“Kau bicara dengan siapa?”
“Apa? bukankah barusan kau mengikutiku?”

หนังสือแสดงความคิดเห็น (34)

  • avatar
    atiqahnurul ainaa

    Sakit sihir

    02/07

      0
  • avatar
    Yanii Yanii

    Rebecca

    24/05

      0
  • avatar
    OriHansss

    mantap seru

    09/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด