logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Pernikahan Imitasi

Pernikahan Imitasi

Elisabeth Melkiani


Bab. 1. Dendam yang Belum Selesai

Naura melangkah kaku digandeng oleh papanya. Gaun merah terang menjuntai hingga menyapu lantai. Ia memegang sebuket bunga menatap lelaki di depannya dengan enggan. Mereka lalu berdiri berdampingan. Lelaki berjas putih dengan dasi kupu-kupu hitam itu menggumam pelan saat mengambil alih lengan Naura. Mereka melangkah masuk ke atas panggung pernikahan yang telah siap. MC mengumumkan kedatangan mereka dan berhenti tiba-tiba saat melihat pasangan itu. Ia terkekeh sebelum melanjutkan perkataannya.
"Baiklah, Ladies and Gentleman, mari kita sambut pasangan baru kita, Keanu Danuarta dan Naura Lazaren." Gemuruh tepuk tangan mengisi aula yang penuh para undangan. "Mereka terlihat seperti hem ... temanya merah putih. Benar-benar unik."
Terdengar gemuruh tawa memenuhi ruangan.
Keanu dengan setelan putih berdampingan dengan Naura yang serba merah terlihat seperti umbul-umbul merah putih di depan lapangan upacara kemerdekaan. Naura tidak peduli. Ia melangkah dengan angkuh.
Di sampingnya, Keanu menggeram. Seandainya saja ia bisa kembali ke tiga minggu ke belakang, ia memilih berlibur di mana pun asal tidak ada di kantor dan bertemu dengan Naura. Pertemuan kembali tiga minggu yang lalu benar-benar membawa kesialan baginya.
***
Tiga minggu sebelum menikah ...
Dering nada telepon masuk menghentikan gigitan roti lapis di mulutnya. Ia meneguk sekali kopi dari mug di samping piring roti dan menggeser layar hape ber-casing merah bata dengan gambar Rosetta dari serial Tinker Bell kesayangannya, menempelkan ke telinga, dan berseru nyaring,
"Halo, Glo, pagi!"
“Pagi, Ra! Nggak perlu pake teriak kali. Aku nggak budeg! sahut seseorang di seberang sana yang tidak kalah nyaring.
“Kamu juga nggak perlu pake teriak juga, dong." Tawa berderai di akhir kalimatnya. "Jadi, gimana? Bisa nggak?"
Tawa di seberang sana juga segera disudahi. "Jadi dong, Ra. Sebentar jam dua belas siang, ya. Harus jam dua belas biar ada waktu saat lunch. Oke?"
“Oke, makasih ya, Glo. Shareloc, ya."
Telepon kembali diletakkan di atas nakas, roti kembali digigit. Kali ini ada binar kebahagiaan menyeruak dari kulit wajahnya yang putih pucat.
Naura Lasaren, jomlo berkarat dua delapan tahun yang tidak berpikir untuk menikah. Seorang youtuber kecantikan yang sukses, membahas dan memberi tutorial apa saja yang berkaitan dengan kecantikan. Dari diet ala Naura, make up, busana, traveling cantik, sampai tips menjomlo cantik. Gaya hidup kota besar, penghasilan ratusan juta, lingkungan pertemanan sosialita, sampai rahasia ranjang tetap hangat tanpa perlu terikat pernikahan.
Bullshit, mulut cerewetnya saja yang suka membagikan pengalaman ranjang orang lain atau dari membaca novel adult romance. Ia sendiri bahkan bisa dikatakan sangat tidak berpengalaman dalam urusan bersama mahkluk yang berjenis kelamin laki-laki. Skip. Ia punya pengalaman pertemanan tetapi tidak percintaan.
Dunianya hanya tentang kecantikan. Tidak ada yang lebih penting dari itu. Cantik, cantik, cantik. Depan, belakang, kiri, kanan, atas, bawah, cantik, cantik. Selesai.
Ia mengusap mulut dengan serbet, bangkit dari kursi dapur yang langsung menghadap nakas panjang yang biasa digunakan untuk masak, dan melenggang santai menuju taman belakang yang tepat berada di samping dapur sekaligus ruang makan. Sebuah kolam renang berukuran persegi panjang dua kali enam meter menunggu kaki telanjangnya yang tidak kalah pucat dengan wajahnya.
Ia melepaskan sandal merah bata yang kontras di kakinya yang putih dan menjulurkan kaki jenjangnya ke dalam air yang dingin. Ia bergidik sesaat, kemudian mulai menggoyangkan kaki, mencipta riak di permukaan kolam.
Surga dunia, gumamnya dengan mata terpejam.
Iya, hidupnya adalah surga bagi dirinya sendiri sebelum sebuah peristiwa memporak-porandakan ketenangannya.
***
Pukul dua belas kurang sepuluh menit ia tiba di depan sebuah gedung bertingkat sepuluh yang bertuliskan D-Group dengan huruf besar dan menonjol.
"Aku sudah di depan, Glo." Sebuah pesan dikirim dan beberapa detik kemudian pesan masuk membalas.
“Naik saja, Ra. Aku masih butuh lima belas menit. Tanya saja bagian informasi ruanganku di mana. Maaf banget, ya, Bos lagi ngambek."
High heels tujuh sentimeter berdetak berirama memasuki gedung D-Group yang begitu luas dan mewah. Lenggok pinggangnya yang sedikit kasar dibarengi irama hentakan yang sengaja diperbesar membuat semua mata yang hendak keluar untuk makan siang menoleh padanya. Inilah candu, menjadi pusat perhatian. Senyum tipis yang sedikit angkuh tersungging di sudut bibirnya. Kacamata hitam berbingkai merah bata bertengger di hidung bangirnya, hampir menutupi sebagian wajah. Wajah tirus putih pucat terlihat sempurna dengan tonjolan tulang pipi yang diperjelas oleh blush on.
"Siang, Mbak, ruangan Ibu Gloria Adira di mana, ya?"
“Selamat siang, Bu. Maksudnya Ibu Gloria, sekretarisnya Pak Bos, ya?" sahut wanita petugas resepsionis dengan sedikit kaku karena kedapatan sedang memoles lipstik. Perempuan berkacamata itu mengangguk angkuh. "Di lantai sepuluh, ruangan direktur, Bu."
“Terima kasih. Lain kali perhatikan kerah baju kamu, ya, sangat nggak cantik, juga lipstik kamu. Beli yang bermerk biar nggak pecah. Tips ini gratis, loh." Ia kemudian meninggalkan penjaga meja resepsionis dengan mulut menganga yang kemudian segera menyambar cermin kecil dari tas di laci meja.
Lenting lift berhenti di lantai sepuluh. Ia melangkah dengan hentakan yang masih disengaja, mendorong pintu ruang direktur dan mendapati meja dengan papan nama Sekretaris kosong. Ia diam sesaat melihat seisi ruangan dengan mulut berdecak kagum pada tata ruang yang artistik. Tidak seperti ruang di lantai satu yang sempat dilirik, penuh dinding kaca yang membatasi satu ruang dengan ruang lainnya. Ruangan ini bisa dikatakan cukup luas luas dengan satu set sofa cokelat keemasan disangga kayu kelas satu penuh ukiran. Di tengahnya ada sebuah meja kaca, bertumpuk majalah dan koran Ibukota. Sebuah pot kaktus menjadi peneduh mata di atasnya.
Letak ruangan yang bisa dikatakan sebagai ruang tunggu dibatasi sebuah rak buku dari kayu yang dicat cokelat dengan desain unik. Ada segitiga, segi empat, segi lima bahkan segi enam. Di bagian segitiga tersusun miring beberapa buku. Di bagian persegi ada pot kaktus yang lebih tinggi dari pot yang ada di meja. Ada beberapa suvenir khas kayu mengisi kotak-kotak kosong pada rak buku itu, tetapi matanya tertuju pada sebuah bantal yang sedikit lebih besar dari bantal sofa. Cover bantal sejenak membuat keningnya berkerut. Wajah seorang pria dengan kacamata. Ia menghabiskan beberapa detik untuk memperhatikan wajah yang tercetak di sana.
Suara gagang pintu diputar dari balik pembatas mengalihkan wajahnya. Kerutan di kening seketika berganti binar bahagia yang nyata di wajah cantiknya.
“Hai, Ra, maaf banget udah bikin kamu nunggu lama." Mereka berangkulan penuh formalitas. Bos benar-benar mencuri waktuku, bisik Gloria di telinganya.
“Jangan bilang, dia ngapa-ngapain kamu, Glo."
Wanita yang rambutnya disanggul khas wanita kantoran itu segera melepaskan rangkulannya dan melototi Naura yang hanya mengendikkan bahu acuh tak acuh.
“Dia itu bersih, nggak pernah macam-macam sama aku. Aku juga nggak ada rasa ke sana. Lagian suamiku sudah lebih dari cukup, kok."
"Bercanda, Glo. Udah jangan cemberut ditu dong."
“Mulut kamu tuh, ya, perlu dikasih les tambahan." Naura terkikik masa bodoh memperhatikan ruang luas yang belum selesai dieksplorasi.
Gloria lalu menuju meja kerjanya dengan pembatas setinggi dada seorang lelaki dewasa. Ia meraih tas tangan hitam dan menggandeng lengan Naura, tepat pintu ruang bosnya berbunyi disusul suara bariton lelaki dewasa yang memanggil namanya.
"Sudah mau keluar, Bu Gloria?" Gloria sontak melepaskan lengan Naura dan berdiri tegak dengan memasang senyum profesional.
"Iya, Pak. Waktu makan siang saya sudah tersita lima belas menit.” Senyumnya sedikit sinis.
"Oh, begitu." Mata lelaki berkacamata itu beralih pada perempuan di sisi sekretarisnya. "Siapa dia? Kenapa bisa ada di sini?"
Naura yang sejak awal hanya melihat dengan malas lelaki itu, kini memutar leher ke sisi yang lain. Ck, ternyata dia toh yang ada di bantal. Rugi aku sempat penasaran. Mata empat. Ia mengeluh dalam hati.
“Oh, dia teman saya, Pak. Namanya Naura. Naura ini bos sa--"
"Naura?" Yang mendengarkan namanya disebut dengan penuh tanda tanya kembali menatapnya. "Saya Keanu Danuarta, pemilik gedung dan direktur perusahaan ini." Lelaki itu tak mengulurkan tangan, justru menyembunyikan sepuluh jarinya di saku celana.
Mulut Naura seketika membuka dengan ucapan ah yang bertanda kaget juga setengah mengolok. Ia melepas kacamatanya dengan gerakan lamban. Dengan tangan yang memegang kacamata itu, ia menaikkan rambut yang jatuh saat menunduk sesaat yang lalu dan mendongak menatap lelaki yang menjulang di depannya.
“Keanu? Keanu Danuarta?"
“Iya, sepertinya kamu kenal nama itu." Keanu mengangkat kepala angkuh. "Sebuah kehormatan kamu bisa bertemu dengan saya secara langsung."
Naura seketika membekap mulut yang terkikik geli. "Hah?! Kehormatan? Maaf, ya, maaf banget, Bapak Pemilik Gedung, Bapak Direktur yang terhormat, sepertinya kamu mulai lupa sesuatu, Tuan Ke Anus Danuarta!” Ia menyebut nama itu itu seperti mengatakan suatu tempat dan penuh tekanan lalu terbahak tanpa beban.
Mata lelaki di balik kacamata polos itu terbelalak. Jari telunjuknya lolos dari saku celana dan sudah menunjuk Naura penuh kebencian. Bunyi gesekan gigi membuat gigil tubuh Gloria yang mundur perlahan.
"Kamu?! Tidak mungkin."
Seketika atmosfer dalam ruangan ber-AC itu meningkat drastis. Naura masih terkikik menanggapi telunjuk yang mengancam dan sesaat kemudian balas menantang. Kilat kemarahan dari dua pasang mata bertemu di tengah mereka.
"Naura Nyasaren," geram Keanu di antara gemeretuk gigi.
Dua manusia yang tidak pernah akur selama tiga tahun di masa SMP, hilang tak terpikirkan selama sekian tahun kini berada dalam sebuah pertemuan tak terduga. Mereka saling melemparkan dendam yang belum terselesaikan.
bersambung ....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (49)

  • avatar
    LimHyeRie

    belom ada kelanjutannya nih.. nungguin banget endingnya.. semoga cepet diupdate

    05/05/2022

      0
  • avatar
    Callestty Lim

    ceritanya best

    03/10

      0
  • avatar
    ArtadmediaReza

    Hay

    08/09/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด