logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 5 - Menguak Fakta Baru

"Ibu sudah dengar semuanya"
Nirmala dan Kak Nilam mengarahkan pandangan pada sumber suara. Keduanya nampak terkejut mendapati Ibu sudah berdiri di belakang mereka.
"Ibu..." Lirih Nirmala
Ibu berjalan menghampiri Nirmala dan Nilam, keduanya bangkit menyambut ibu dengan hangat. Entah sejak kapan perempuan paruh baya itu datang, ibu duduk diantara Nirmala dan Nilam.
Pandangan ibu datar ke depan, hatinya terasa sakit ketika mendengar cerita Nirmala. Benar yang Nirmala takutkan, ada rasa penyesalan dalam diri ibu yang telah meminta Nirmala menerima lamaran Pak Sudibyo kala itu. Jika tahu akan seperti ini mungkin ibu tak akan menerimanya.
***
"Saya bermaksud untuk melamar anak ibu untuk anak saya Heru Sudibyo. Dia seorang duda pernikahan terdahulunya hanya bertahan kurang dari enam bulan. Istrinya tak tahan karena ibunya tak menyukainya hingga melakukan gugatan cerai dan sudah sah bercerai lima bulan yang lalu. Jika bersedia nanti kami akan mengajak anak kami kemari untuk bertemu Nirmala."
Ucapan Pak Sudibyo kala itu kepada Ibu dan Bapak Nirmala di hadapan Nirmala, mendengar hal itu tak hanya ibu dan bapak yang terkejut tentu saja Nirmala jauh lebih terkejut. Ia sama sekali tak menyangka jika menolong Pak Sudibyo yang kecelakaan saat itu berujung pada sebuah perjodohan.
Entah kenapa Nirmala yang hatinya belum pernah tersentuh oleh kehadiran laki-laki lain merasa bergetar mendengar nama lelaki itu. Baru mendengar namanya saja sudah membuat hatinya bergetar.
"Bagaimana nak, kamu setuju?" tanya ibu pada Nirmala
Nirmala hanya terdiam, tak ada jawaban iya atau pun tidak dari mulutnya.
"Saya akan memberikan kesempatan pada Nak Nirmala untuk berpikir. Nanti setelah ada keputusan mohon hubungi saya," ucap Pak Sudibyo
"Mungkin begitu pak. Nirmala perlu waktu untuk memutuskan hal ini."
Setelah pertemuan itu ibu dan bapak gencar membujuk Nirmala agar mau menerima lamaran itu, agar Nirmala mau menikah dengan anaknya Pak Sudibyo.
"Sebaiknya kamu minta ketemu dulu aja dengan dia dek, jika kamu merasa yakin setelah melihatnya barulah kamu putuskan akan menerima dia atau nggak, saran kakak sih gitu."
Kak Nilam saat itu memberikan saran yang bisa diterima dengan baik oleh Nirmala dan disetujui oleh ibu dan bapak.
Hingga akhirnya Nirmala bertemu dengan Heru di rumahnya beserta keluarga besarnya, saat itulah kali pertama mereka bertemu, Nirmala merasa getaran di hatinya semakin kuat ketika memandang wajah lelaki di hadapannya sekilas dan senyum yang dilemparkannya.
Nirmala setuju dan acara pernikahan pun segera disusun dan direncanakan sebaik mungkin. Keluarga Heru adalah keluarga yang cukup dihormati oleh orang-orang di sekitar rumahnya, kabar pernikahan anaknya tentu menjadi sorotan dari orang-orang sekitar.
Kabar pernikahan itu terdengar oleh mantan istri Heru yaitu Sarah, satu hari sebelum pernikahan Heru dan Sarah bertemu.
"Lalu bagaimana dengan nasibku Mas?" tanya Sarah
"Tenang sayang, aku tak akan melepaskanmu sampai kapan pun. Aku sayang kamu, pernikahan ini hanya untuk menebus balas budi Papa pada perempuan itu."
"Mas mencintainya?" tanya Sarah
"Tidaklah, karena perempuan yang Mas cintai hanya kamu, sayang."
Sarah semakin merasa berada di atas awan hingga ia buta untuk segera menjauhi Heru justru malah semakin hanyut dalam buaian Heru.
Pernikahan itu terjadi, ibu dan bapak merasa bahagia. Heru memperlakukan Nirmala sangat baik, tak pernah Heru tampakan rasa tidak sukanya hingga hal itu semakin membuat Nirmala bahagia, ia merasa keputusannya untuk menerima Heru adalah keputusan yang sangat tepat.
Setelah menikah Heru bekerja bersama kakaknya, Mas Gilang. Ia dipercaya untuk menjadi bagian keuangan, karena mendidikannya yang merupakan lulusan sarjana ekonomi membuat Mas Gilang percaya Heru bisa memegang jabatan itu.
Tiga bulan menikah Nirmala dinyatakan positif hamil dan dua keluarga besar merasakan bahagia, terlebih Mama dan Papa Heru yang sangat mendambakan seorang cucu karena Mas Gilang dan istrinya belum dikaruniai amanah saat itu.
Kecintaan Papa dan Mama Heru semakin meningkat pada Nirmala, Nirmala menjadi perempuan beruntung kala itu karena memiliki mertua yang baik dan suami yang menyayanginya.
Sayang sungguh sayang, entah bagaimana sifat asli Heru. Ia justru malah menikahi Sarah, dengan perjanjian hanya akan dikunjungi siang hari agar Nirmala tak curiga. Mereka sungguh pandai menutup hal itu hingga Nirmala tak pernah curiga karena Heru selalu ada buat Nirmala dan anaknya, Heru pandai membuat Nirmala nyaman hingga tak pernah mengungkit masa lalunya. Nirmala seolah terhipnotis dengan segala perhatian yang tercurah dari Heru.
Dan setelah tiga tahun lebih, Nirmala mengetahui hubunhan Heru dan Sarah. Petaka itu mulai datang.
***
Nirmala mengusap air mata ibu yang membanjiri pipinya mengingat masa lalu yang telah dilewatinya.
"Bu, jangan pernah salahkan ibu karena ini memang sudah takdir yang harus Nirmala jalani. Nirmala terlalu percaya pada Mas Heru hingga tak pernah sedikit pun membahas masa lalunya. Karena saat menikah apalagi saat aku hamil Mas Heru tak pernah sedikit pun mengurangi kasih sayangnya. Tapi ternyata..."
Nirmala menghentikan ucapannya, dadanya kembali terasa sesak melihat pemandangan pagi ini. Kepercayaannya seketika hancur bak kaca yang jatuh lalu pecah berkeping-keping. Sama sekali tak pernah Nirmala sedikit pun membayangkan hal ini. Jauh lebih sakit dari mendapat penolakan, ya andai dulu Mas Heru menolak perjodohan itu mungkin semua ini tak akan terjadi. Nirmala paham kenapa ketika di malam pertama Heru memintanya untuk tak bertanya soal masa lalunya. Alasannya biarkan itu masa lalu karena masa depanku adalah kamu.
Ah, betapa Nirmala saat ini merasa bodoh karena tertipu sikap manis lelaki itu.
"Nirmala benar bu, ini semua sudah takdir yang harus Nirmala hadapi. Ibu tak perlu merasa bersalah, semua sudah terjadi tak perlu disesali sekarang sebaiknya Nirmala memutuskan apa yang akan dia ambil selanjutnya," ucap Kak Nilam.
"Kak Nilam benar bu, sudah ya bu berhenti menyalahkan diri ibu sendiri. Doakan aku sanggup melewati semua ini."
Nirmala menyandarkan kepalanya pada bahu ibunya, menenggelamkan rasa sakit yang menyiksa hatinya, dikhianati oleh lelaki yang mampu mendebarkan jantung adalah kesakitan yang tak terperi, sangat sakit.
"Apa akan kamu lakukan sekarang nak?" tanya ibu
"Aku akan menemui Mama dan Papa bu, bagaimana pun mereka harus tahu kelakuan anaknya itu."
"Jangan dulu nak, kamu harus ngobrol dulu dengan suamimu, cari tahu apa alasan dia melakukan itu. Lalu diskusikan apa yang akan kalian putuskan selanjutnya," ucap ibu.
Nirmala menghela nafasnya, berat nafas yang ia hembuskan seberat hatinya menerima kenyataan ini.
"Untuk apalagi bu, semua sudah jelas."
Nirmala menolak saran ibunya, namun ibunya terus berusaha membujuk Nirmala agar mau membicarakan baik-baik dengan Heru.
***
"Berani juga kamu pulang ke rumah ini."
Suara Nirmala yang sudah berdiri menyilangkan kedua tangannya menyambut kedatangan Heru di rumahnya. Heru terlihat salah tingkah.
"Sayang, dengarkan penjelasan aku dulu."
Heru merengek pada Nirmala, namun Nirmala tak mengindahkan permintaan suaminya itu.
"Kania mana?" tanya Heru mengalihkan pembicaraan
"Mulai sekarang aku nggak akan biarkan dia bertemu dengan ayahnya yang ternyata seorang pengkhianat."
Kalimat Nirmala membuat Heru terlihat naik darah, ia mengepalkan tangannya mencoba menahan emosi yang sudah mulai hadir dalam dirinya. Nirmala dan Heru saling menatap tajam, tak ada tatapan saling menyayangi dari keduanya bak akan seling menerkam ya itulah situasi saat ini.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (32)

  • avatar
    RismanDede

    bgs

    19/06/2023

      0
  • avatar
    Dewi27Anggita

    bgus ceritanya

    05/04/2023

      0
  • avatar
    WardanaWisnu

    sangat menarik

    10/02/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด