logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

DIBLOKIR SUAMI_3

#DIBLOKIR SUAMI_3
Terdengar suara dering ponsel milik Mas Didi ketika pemiliknya sedang mandi. Segera kulihat siapa yang meneleponnya. Satu nama terpanjang di layar ponsel suamiku. "Tejo."
"Tejo? Siapa dia? Sepertinya rekan kerja Mas Didi nggak ada yang namanya Tejo!" gumamku, sambil menggenggam ponsel Mas Didi.
Aku masih terus memandangi layar ponsel Mas Didi yang tidak berhenti berdering. Tanpa kusadari ternyata Mas Didi sudah berdiri di sampingku. Kehadirannya sangat mengejutkan, aku sampai berjingkat.
"Mas Didi!"
"Sini ponselku! Tuh, aku ada telepon dari Tejo, kan?" Mas Didi menengadahkan tangannya meminta benda pipih miliknya. Mas Didi juga tersenyum ke padaku. Sepertinya ia tidak gugup atau ketakutan seperti pada umumnya pasangan kepergok selingkuh. Rasanya tidak ada yang patut untuk dicurigai.
"Eh, i-iya, Mas, ini!" Saking gugupnya, aku segera menyerahkan ponsel Mas Didi yang kugenggam sedari tadi.
Sebelum menerima telepon, Mas Didi memintaku untuk menyiapkan kopi untuknya. Tanpa diperintah dua kali, aku segera berjalan ke dapur untuk menyiapkan apa yang diminta oleh Mas Didi. Sedangkan Mas Didi, masih tetap tinggal di kamar dan mungkin sekarang sedang menerima telepon dari kontak bernama Tejo.
Sekembalinya aku dari dapur, kulihat Mas Didi sudah duduk di kursi depan televisi. Namun, pandangannya bukan mengarah ke televisi, melainkan ke layar ponsel di genggamannya.
"Mas, ini kopinya!" Aku meletakkan secangkir kopi ke atas meja yang berhadapan dengan posisi Mas Didi duduk.
Tanpa mengalihkan pendang ke arahku, Mas Didi hanya mengangguk singkat sebagai jawaban atas suguhanku.
Sakit! Hatiku terasa ngilu melihat perubahan sikap Mas Didi yang mulai dingin kepadaku. Padahal dulu Mas Didi tidak seperti ini. Entah apa pemicu yang membuat Mas Didi berubah. Aku mencoba mengingat-ingat akan setiap perbuatanku. Tidak ada yang aneh. Selama ini apa yang aku lakukan biasa saja. Aku selalu patuh kepada Mas Didi. Jadi, sebenarnya masalah apa yang membuat hati Mas Didi berpaling? Aku harus menyelidiki masalah ini segera!
💔💔💔
"Mas, kok, dari tadi senyum-senyum sendiri, sih?" tegurku kepada Mas Didi. Mas Didi mendongak terkejut.
Di meja makan sekali pun pandangan dan aktivitas Mas Didi tidak pernah lepas dari ponsel.
"Oh, eh, ini lagi berbalas pesan sama Tejo," ucap Mas Didi grogi. Sangat mencurigakan.
Aku mengangguk. Lalu, dengan segala keberanian aku bertanya kepada Mas Didi tentang siapa Tejo itu sebenarnya.
"Oiya, Mas. Tejo itu siapa, sih? Kok, kayaknya aku baru dengar nama itu?" tanyaku mengorek informasi pada Mas Didi.
Tampak Mas Didi gugup ketika aku menanyakan siapa Tejo sebenarnya. Namun, bukan penipu namanya jika tak pandai beralasan.
"Oh, Tejo itu ... ehm ... Tejo itu teman kantor aku. Dia anak baru dan aku masih banyak mengajari Tejo banyak hal dalam urusan kerja." Penjelasan Mas Didi cukup menguatkan jika ia tengah berbohong.
Baiklah jika memang benar Mas Didi berselingkuh, aku pun tak akan tinggal diam. Akan tetapi aku tidak akan ceroboh, aku akan bermain cantik mengikuti permainan Mas Didi.
Tring!
Notifikasi pesan di ponsel Mas Didi kembali berbunyi. Sudah seperti orang penting saja sampai-sampai ponselnya tidak pernah lepas dari genggamannya. Pantaskan jika aku cemburu? Ternyata selama ini Mas Didi lebih mencintai ponselnya daripada aku. Dan di balik itu semua karena ada sebabnya.
~~~
Saat malam tiba dan aku hendak pergi tidur, aku menyempatkan diri mengecek ponsel jadul milikku. Di sana ada beberapa pesan masuk dan beberapa panggilan tidak terjawab. Salah satunya dari Mbak Dina.
[Dek, nomor WA kamu mana? Mbak mau video call kamu!] SMS dari Mbak Dina yang ia kirimkan dua jam lalu baru saja terbaca olehku. Merasa tak enak hati aku segera membalas pesan dari kakakku.
[Maaf, Mbak. Aku belum sempat buat akun WA. Masih sibuk dari tadi pagi. Besok, ya, kalau aku senggang buat akun WA dan cepet hubungi Mbak Dina, deh.]
Tak ada lagi balasan dari Mbak Dina. Sebaiknya aku tidur mengistirahatkan hati, pikiran, serta tubuhku agar besok pagi kembali fit. Mas Didi sudah satu jam lalu ia terlelap. Dengkurannya pun sudah terdengar meramaikan suasana di kamar tidur kami.
Baru saja aku hendak terlelap, terdengar notifikasi dari ponsel Mas Didi. Mataku yang sudah terpejam akhirnya terbuka lagi. Kuraih ponsel Mas Didi yang diletakkan di atas meja. Segera kubaca notifikasi pesan dari aplikasi hijau yang baru saja masuk.
[Sudah tidur, Mas?] Nama Tejo terlihat sebagai pengirim pesan. Namun, terlihat janggal. Mana mungkin di jam malam begini Tejo mengirimkan pesan kepada Mas Didi? Juga emotikon hati yang menyertai pesan itu sungguh membuatku semakin penasaran dengan kontak bernama Tejo.
"Siapa, sih, sebenarnya kontak bernama Tejo ini?" batinku lirih.
Kecurigaan semakin kuat bahwa Mas Didi memang sedang mempermainkan aku. Ingin rasanya aku membaca semua isi chat Mas Didi dengan Tejo. Namun, sama sekali aku tidak tahu apa sandi ponsel Mas Didi.
Sudah tiga kali aku mencoba mengutak-atik ponsel Mas Didi, hasilnya tetap sama—aku tidak bisa membuka sandi ponselnya. Mulai dari tanggal lahirnya, tanggal lahirku, sampai tanggal pernikahan kami tidak satu pun Mas Didi gunakan sebagai sandi ponselnya. Jujur aku kesal karena ini. Akhirnya aku menyerah, aku memutuskan untuk tidur. Aku butuh istirahat, agar aku bisa menyelidiki Mas Didi esok hari.
💔💔💔
Pagi hari aku menjalani aktivitas seperti biasanya. Tak ada yang berbeda, agar Mas Didi tidak curiga bahwa perselingkuhannya selama ini sudah mulai kuketahui.
Aku bersikap seperti biasa, meladeni Mas Didi mulai menyiapkan makanan untuk sarapan sampai menyiapkan baju kerjanya. Tetapi tidak dengan Mas Didi, dulu sebelum ia mengenal wanita lain, ia kerap membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Menyiapkan sarapan bersama dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Sekarang kerjaan Mas Didi hanya bermain ponsel dan selalu sibuk dengan ponselnya. Bagaimana aku tidak curiga dengan perubahan sikap suamiku. Semua pertanda bahwa Mas Didi benar-benar selingkuh ia sendiri yang menampakkan. Sayangnya aku saja yang mau dibodohi selama ini.
"Lihat saja kamu, Mas!" Aku akan terus menyelidiki. Aku tidak sebodoh itu. Ponsel boleh disandi. Akun facebookku boleh diblokir. Tetapi ada banyak cara supaya aku bisa mencari kebenaran bahwa Mas Didi sedang bermain api di belakangku.
Sekarang yang bisa aku lakukan hanya memanfaatkan akun facebook baruku. Mendekati Mas Didi, agar aku tahu bagaimana sebenarnya sikap Mas Didi. Aku yakin, bahwa kebusukan akan terbongkar. Cepat atau lambat semuai pasti ketahuan juga.
Dua jam berlalu Mas Didi sudah pergi ke kantor. Kini aku mulai beraksi untuk menghubungi Mas Didi menggunakan akun baruku. Kubuka aplikasi facebook baru, ternyata sudah ada notifikasi dari fitur pesan di sana.
Kubuka laman pesan, ternyata Mas Didi menghubungiku melalui panggilan video messenger dan mengirimkan pesan. Untung saja panggilannya tidak terjawab olehku. Setelah itu aku membaca pesan dari Mas Didi.
[Amira, boleh aku tahu nomor WhatsAppmu? Aku akan menghubungi kamu lewat video call. Tolong tinggalkan nomor WhatsAppmu, ya!] Mataku terbelalak membaca pesan dari Mas Didi.
Mampus aku! Mas Didi minta nomor WhatsApp dan akan menghubungiku melalui panggilan video WhatsApp?
Next ....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (95)

  • avatar
    DroopNoo

    bagus

    14d

      0
  • avatar
    RifandiAch

    sangat bagus dan nyaman

    08/08

      0
  • avatar
    HarsonoToto

    mantapp

    23/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด