logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Tama selain berselingkuh juga mulai melakukan KDRT, pun Wati, adik tiri Tama juga berulah dengan mengusik Eva di sosial media.

Eva masih bersabar menghadapi sikap Tama, demi kedamaian keluarga dan keutuhan keluarganya. Eva mencoba kuat bertahan menghadapi ujian kali ini.
Ia terus berharap dan berdoa semoga suatu saat nanti Tama kembali seperti semula dan makin peduli pada keluarga.
Sebelum Tama berulah, Wati memang terlebih dahulu merecoki keluarga Eva, sikap Wati seringkali meresahkan.
[Kak, tolong transfer 5 juta ke rekeningku, kutunggu ya]
[Aku mau beli hp]
Saat Wati kelas 1 SMP, Eva pernah menerima pesan dari Wati, yang meminta sejumlah uang untuk membeli gawai.
Wati malu, karena di sekolah, diantara teman-temannya, hanya Wati yang belum memiliki gawai, tak main-main, Wati meminta Eva untuk segera mentransfer uang sejumlah Rp. 5 juta.
Eva bukan tak ingin memberi uang pada Wati, namun nominal yang diminta serta waktu mengirim pesannya yang tak tepat, membuat Eva berpikir seribu kali untuk mewujudkan keinginan Wati.
Wati mengirim pesan pada Eva selalu saat menjelang tidur, karena Wati ingin uang itu sudah masuk ke rekeningnya besok pagi.
Masalah ini sudah pernah Eva ungkapkan pada Tama, tapi jawaban Tama bukan menenangkan, justru membuat Eva makin emosi.
"Dia kan adikmu juga?"
"Kenapa nggak dikasih aja sih?"
"Lima juta aja kok, kecil aja itu."
"Enggak juga Wati minta setiap hari."
Itulah jawaban Tama tiap kali Eva mengeluh tentang permintaan Wati.
Tama meminta Eva untuk menuruti semua keinginan Wati. Karena menurut Tama, Wati tidak meminta uang setiap hari pada Eva.
Jadi sebagai kakak, wajar bagi Eva dan Tama untuk memenuhi kebutuhan adik satu- satunya itu.
Eva tetap pada pendiriannya, ia tak mau memberi sejumlah uang itu, ia mengirim pesan pada Wati dengan bahasa sehalus mungkin berisi penolakan.
Wati tak terima, kakak iparnya yang kaya ternyata pelit, tak mampu membelikannya gawai.
Sosial media menjadi tempat sampah bagi Wati untuk mencurahkan pikirannya, ia mengungkapkankan emosi dan kebenciannya pada Eva di sosial media.
Sumpah serapah penuh emosi Wati tuliskan di postingan sosial medianya, bahkan ia menandai Eva dan Tama dalam postingannya.
Pada awalnya Eva kaget dan jengkel dengan ulah Wati, namun kini Eva telah kebal menghadapinya, karena hal itu sudah terjadi sejak 4 tahun yang lalu, sehingga Eva tak kaget lagi.
Eva tak menggubris ulah Wati, karena ia tak ingin membuang habis energinya, ia lebih memilih membuang energinya untuk mengurus rumah dan keluarganya.
Hanya Bu Astuti, Ibu Tama ... yang tulus menyayanginya, meski beliau secara materi kurang, tapi beliau tak pernah meminta uang sepeser pun pada Tama dan Eva.
Untuk menyambung hidupnya, selain dari uang pensiunan suaminya, Bu Astuti juga membuka usaha pembuatan snack di rumahnya, tak jarang ia juga menerima pesanan snack untuk acara arisan dan pengajian.
Bu Astuti tahu betapa repot dan lelahnya Eva, ia seringkali ke rumah Eva untuk menunggui cucunya kala Eva mendapat jatah shift malam dan Tama pergi keluar kota.
Saat Eva sampai di rumahnya sepulang bekerja shift malam, Bu Astuti telah menyiapkan sarapan untuk Eva dan keluarga serta membersihkan rumah Eva.
Rumah Bu Astuti hanya berjarak 1 blok, sehingga seringkali Bu Astuti ke rumah Eva untuk menengok cucunya. Ia sangat menyayangi cucunya. Setiap kali ke rumah Eva, Bu Astuti tak pernah datang dengan tangan kosong, selalu saja ada bawaan untuk cucunya.
Saat ramai pesanan snack, Bu Astuti juga tak lupa membuatkan snack untuk cucu kesayangannya. Ketiganya kompak menyukai sosis solo dan puding buah naga buatan neneknya.
Jika saja Eva tak ingat kebaikan Bu Astuti dan kebahagiaan anak-anaknya, sesegera mungkin Eva ingin mengajukan perceraian, namun niat itu masih Eva pikirkan masak- masak. Karena Eva tak ingin anak-anaknya menjadi korban perceraian orangtuanya.
*******
Sempat terpikir alasan Ayah Eva tidak menyetujui hubungan Eva dan Tama, hingga akhirnya Ayahnya menyetujui demi kebahagiaan putri satu-satunya.
Sebelum menikah dengan Tama, orang tua Eva telah mengetahui hubungan Eva dan Tama.
Pak Rusmanto, Ayah Eva pada awalnya tidak menyetujui hubungan itu, hingga berkali-kali Tama diusir dari rumah Eva saat menjemput Eva.
Tetap saja Pak Rusmanto tidak menyebutkan alasan detail pengusiran itu.
Eva hanya mengetahui dari sang ibu, bahwa Ayahnya kurang setuju karena menilai sikap Tama yang kurang sopan pada orang tua dan bekerja serabutan, sementara Eva telah bekerja sebagai PNS bidan.
Kala itu, keluarga Tama memang belum mapan secara ekonomi, bahkan hingga kini. Tama dan Eva seringkali membantu dana untuk keperluan keluarga Tama meski Bu Astuti tak pernah meminta.
Alasan itulah yang Eva tahu, tanpa pernah Eva ketahui bahwa Ayahnya telah mengetahui kebiasaan buruk Tama yaitu menggoda perempuan, suka nongkrong dan pemalas.
Sebelum memberikan restunya, Pak Rusmanto telah menyelidiki perilaku calon mantunya itu tanpa Eva ketahui. Hal itulah yang membuat Pak Rusmanto berat memberikan restu untuk Tama.
Namun demi kebahagiaan Eva, Pak Rusmanto akhirnya mengalah.
Setelah Tama berulah, Eva teringat alasan penolakan Ayahnya dulu.
Eva baru mengetahui alasan sebenarnya. Ketika Arini, adik tiri Eva akan menikah, tepatnya 2,5 tahun yang lalu.
Secara jelas Eva mendengar wejangan Ayahnya pada Arini, untuk memikirkan kembali perilaku calon pasangannya, jika calon pasangannya sering main tangan, suka menggoda perempuan, suka nongkrong dan pemalas, sebaiknya dipikirkan ulang rencana pernikahannya.
Pak Rusmanto tak ingin mendapat calon mantu seperti Tama.
Mendengar hal itu, Eva menampik, karena alasan itu tak rasional, Tama selama ini tak pernah berperilaku seperti yang Ayahnya ketahui.
Namun kini, ucapan Ayahnya terbukti.
Eva menyesal, sungguh menyesal.
Jika saja waktu dapat diputar kembali ke belakang, Eva ingin menuruti kata Ayahnya, untuk tidak menikah dengan Tama, tapi nasi sudah menjadi bubur, Eva hanya bisa mengubahnya menjadi bubur ayam atau membuangnya.
Secara finansial, Eva memiliki penghasilan sendiri, ia wanita yang mandiri, tak bergantung pada Tama.
Dalam agama, meski perceraian itu dibolehkan, namun Eva masih memikirkan kembali alasan perceraiannya, ia tak ingin, anak-anaknya menjadi korban keegoisan dirinya, hanya karena ia ingin bercerai dari Tama.
Perceraian tak hanya berdampak pada ikatan pernikahan, namun juga psikologis anak-anaknya, hal inilah yang tengah Eva pikirkan.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (122)

  • avatar
    IrafRafaini

    Bagus ceritanya kak. Terasa sangat dekat degan kehidupan. Best👍

    16/05/2022

      0
  • avatar
    WidiyastutiReniasih

    Semangat lanjut, Thor! Cerita yang keren! 😍😍🔥🔥

    07/04/2022

      0
  • avatar
    RachmawatiLeny

    bagus banget ceritanya..sekilas hampir mirip sm crt rmh tanggaku...di tunggu lanjutan ceritanya ka

    30/01/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด