logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 Keributan di Sekolah

Udara cukup panas menyengat, kipas angin berada di ruangan guru itu seperti tak bisa menahan dan meredakan panas yang terus meningkat. Memang, suasana saat ini bisa dibilang panas ekstrem, mungkin akibat dari semakin banyak pepohonan yang ditebang, selain itu tingkat pembangunan perumahan meningkat dan juga pengurangan lahan hijau.
Bumi terasa semakin panas saja, efek dari industri juga luar biasa bagi ekosistem manusia dan makhluk lainnya. Manusia tentunya harus memahami dan juga menjaga kelestarian hidup demi anak cucu mereka.
Raka mengelap keringatnya dengan tisu di mejanya. Ruangan guru cukup luas, mereka hanya berbeda meja dan diberi nama setiap meja dengan nama para guru. Ruangan kantor guru itu pun cukup luas dan hanya sekat setinggi setengah meter di ujung meja agar tak terlalu terlihat oleh guru yang lain apa aktifitas kita.
Tapi, Raka merasa bersyukur, dia secara rajin dan telaten mengajarkan pada murid untuk benar-benar belajar agama. Raka sendiri merupakan guru yang amat dekat dengan siswanya, sehingga dia sangat memperhatikan segala hal karena dirinya menjadi contoh bagi murid-muridnya.
Raka tengah mengkoreksi beberapa lembaran yang merupakan ujian mid semester dari para muridnya.
Seorang wanita berkerudung ungu tiba-tiba sudah berada di dekat meja Raka, “Pak Raka tidak makan siang?” ucap Siska.
“Oh bu Siska, mengagetkan saja,” Raka tersenyum, wajah Siska cukup manis dan ada lesung pipinya juga, “Insyaallah saya puasa Bu.”
“Oooo.. ini hari senin ya, pantesan pak Raka tidak ikutan makan di kantin,” Siska manggut-manggut, benar-benar lelaki yang shalih nih, pikiran Siska membayang dengan cepat.
Siska bertanya basa-basi awalnya, dan dia ingin mengajak pak Raka untuk makan bersama di kantin sebelah kantor guru. Namun sayang, Raka ternyata sedang berpuasa.
Siska termasuk orang yang menyukai Raka, namun Siska juga menyadari bahwa Raka adalah seorang guru honorer. Namun, Siska juga tahu bahwa Raka adalah lelaki yang baik akhlaknya.
Di satu sisi, Siska mencari orang yang baik agamanya namun di sisi yang lain, tanpa memiliki penghasilan yang besar dia juga bingung tentang masa depannya saat berumah tangga.
Sebagian wanita memang mencari ideal dan itu susah. Bagaimana tidak, mereka mencari orang yang agamanya baik dan hartanya banyak atau pekerjaannya mapan. Namun, hal itu adalah sulit mencarinya karena kesempurnaan itu memang susah dicari pada manusia.
“Nilai mid semester sudah selesai Pak?” bu Siska mencoba mencari bahan pembicaraan.
“Hoooii! Awas sini kamu! Hoe!”
Belum sempat terjawab pertanyaan dari Siska, tiba-tiba suara gaduh dan keras terdengar dari luar kantor guru. Ada apa gerangan? Seperti suara demonstrasi atau suara yang tak beraturan. Ada juga teriakan dan jeritan, ada apa sebenarnya? Raka tak bisa tidak langsung berdiri dari kursinya dan berhambur kearah suara teriakan-teriakan itu.
Raka berlari melewati pintu keluar dari kantor guru, dia berlari kearah gerbang sekolah. Sepertinya, suara itu ramai dari arah sana.
Raka semakin cepat untuk memastikan ada apa gerangan. Saat tiba di lapangan gerbang dalam, tempat untuk para guru dan siswa melakukan upacara maupun senam kesehatan.
Disana. Begitu banyak orang, terutama para siswa yang tengah berkumpul dan berlarian kesana kemari. Ada apa ini? Pikir Raka dan segera berlari lebih cepat. Disana ada juga para remaja yang memakai seragam sekolah namun bukan seragam sekolah tempat Raka mengajar.
Beda sekolah.
Tidak salah lagi, itu adalah tawuran. Para siswi berteriak dari kejauhan dan juga dari kelas-kelas mereka. Ada sekolah lain yang menyerang para murid, namun tak hanya diam, mereka bertarung satu sama lain dan menggunakan senjata kayu atau tangan kosong sekalipun.
Sekolah Menengah Atas Negeri Kencana diserang oleh beberapa siswa, sepertinya ada bentrok sebelumnya sehingga siswa dari sekolah lain datang untuk menyerang. Terkadang hanya karena persoalan sepele, nyawa menjadi taruhannya. Para siswa memang terkadang membuat masalah, hanya saja mereka tak mampu menanggung akibat yang bisa ditimbulkan oleh kelakuan mereka tersebut.
“Tolooongg! Toloooong!”
Sebuah teriakan memekakkan telinga dari ujung halaman lapang itu. Seorang siswa murid SMA tersebut sedang dikeroyok oleh tiga orang. Raka tak bisa tinggal diam, dia berlari menerjang ke depan dan menuju siswa yang dikeroyok terpisah tersebut. Raka berteriak untuk menghentikan aksi pengeroyokan tersebut.
“Hentikan sekarang juga! Ini kriminal! Saya guru disini, hentikan sekarang juga!”
Meskipun teriakan Raka sudah sangat keras, namun suaranya dapat tertutupi dengan sorak dan jeritan serta komando ribut dari para siswa yang sedang tawuran dari jarak jauh. Ada yang mulai beradu mulut, maju lagi dan mundur lagi. Namun, sepertinya satu siswa yang berada di dekat Raka itu terpisah dan seolah tak terlihat oleh yang lainnya.
Satu siswa di sekolah yang menjadi tempat mengajar Raka tengah terduduk dan menutupi tubuh dan kepalanya dari amukan tiga orang yang memukulnya membabi buta. Dia hanya bisa berteriak saja dan berusaha menangkis sekuat tenaga.
Sudah tak bisa dibiarkan lagi tindakan semena-mena, ini sudah kriminal.
Pukulan salah satu Siswa dari sekolah lain itu ingin menginjak sekuat tenaga kepala anak itu. Raka langsung merangsek, memegang kaki siswa sekolah lain itu. Raka mendiamkannya, menunggu apa reaksinya melihat guru sekolah melerai perkelahian itu.
Nyatanya, siswa itu tak peduli lagi, seperti kesetanan. Dia malah mengayunkan bogemnya kearah Raka, murid sekarang memang sudah tak ada lagi menghormati seorang guru, pikir Raka.
Raka menangkis pukulan itu dengan tangan satunya, lalu tangan kanan yang memegangi kaki siswa itu diangkatnya agar keatas tinggi. Siswa itu pun terjengkang ke belakang jatuh. Punggung siswa itu pasti sakit karena jatuh di paping halaman sekolah.
Dua siswa juga seolah tak menghargai guru, mereka merangsek memukul kearah Raka berbarengan. Raka termasuk suka olahraga beladiri dan rajin melakukan latihan di rumahnya. Dia sigap, memegang kepalan kedua siswa itu kuat dan memuntirnya, kedua siswa itu mengerang kesakitan.
Raka mendorong keduanya, mereka terjatuh. Mereka bertiga langsung tersadar, mungkin mereka baru menyadari kalau orang yang tadi adalah seorang guru. Mereka kemudian langsung kabur kearah rekan-rekan mereka yang lainnya yang masih terlibat adu mulut dan sesekali mencoba maju, sudah ada yang bentrok juga dan mereka maju mundur. Maju kalau terlihat diatas angin, namun segera mundur kalau terlihat kewalahan.
Tawuran remaja memang mengerikan, seolah hidup mereka tak berarti lagi.
Raka membantu siswa yang dikeroyok itu untuk bangun. Ada memar di wajahnya, Raka segera mengungsikannya dan membawanya pergi dari sana. Dia melihat UKS, disana juga ada beberapa orang dan siswa yang ketakutan. Siswa itu bernama Farel, dia adalah murid kelas 11, dia masih merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya karena tendangan dan pukulan.
Raka meminta ada yang membantu Farel untuk mengolesi minyak atau apa pada memar dan sakit di sekitar punggungnya. Dia juga meminta salah satu siswa dan guru yang disana untuk menghubungi polisi segera agar dapat mencegah korban jiwa dalam tawuran seperti itu.
Raka menggelengkan kepalanya, hanya demi gengsi dan ego, terkadang hanya karena ingin dianggap sebagai loyal dan setia kawan. Kawan salah pun tak peduli, remaja memang kadang kalau tidak bisa kontrol akan menyesal seumur hidupnya jika sudah melakukan aksi kriminal seperti itu. Jika mereka sudah dewasa, barulah mereka sadar, apa yang dilakukan saat sekolah demi teman dan saling berantem ternyata tak ada gunanya. Lebih baik, jika mereka paham akan membuat link dan pertemanan yang baik sehingga bisa membawa pada masa depan yang lebih baik nantinya untuk saling membantu dalam masalah pekerjaan dan lainnya.
Teman tawuran pada dasarnya hanya untuk dikenang, jasa menolong teman yang berantem dan malah ikut tawuran tidak akan diingat kecuali teringat sebagai orang yang dulu suka berantem, bukan teman dulu yang suka menolong kalau kesusahan.
@@@
Bentrokan terjadi lagi, kali ini benar-benar adu fisik. Beberapa guru perempuan ketakutan dan histeris. Guru laki-laki hanya berteriak dan tak berani masuk untuk memisahkan karena takut terkena imbas.
Namun, mereka melihat ada seorang Siswi dan guru yang terjebak di sekitar tawuran tersebut.
Raka yang masih mencoba memisahkan, tidak membela sekolah atau siswa mana, namun dia berteriak dan mencoba memisahkan beberapa siswa yang tengah bertengkar.
“Berhenti! Berhenti! Sudah!”
Suasana sangat rusuh.
Raka mendengar teriakan minta tolong dari guru perempuan dan siswi di bawah pohon. Di sekitar mereka ada bentrok beberapa siswa. Ada yang terjebak di tengah tawuran.
Sepertinya itu seorang siswi dan guru perempuan. Bukankah itu? Iya, itu tak salah lagi, dia adalah bu Iffah.
Raka langsung berlari kearah bu Iffah dan seorang siswi yang terjebak sambil menunduk meminta tolong. Raka melewati beberapa orang yang riuh, dia mencari celah diantara siswa yang bentrok. Matanya terus melihat kearah bu Iffah sambil berhati-hati agar tak terkena serangan nyasar dari para siswa. Sambil melewati mereka, Raka juga beberaka kali mendorong beberapa siswa, baik siswanya maupun siswa dari lain sekolah.
Keadaan sungguh semrawut.
Raka dapat mencapai tempat bu Iffah, Iffah terlihat ketakutan dan ada kelegaan setelah Raka mendekatinya.
“Cepat ikuti saya!”
Iffah masih terlihat ketakutan, namun dia mengangguk dan juga membantu siswi untuk bangun dan segera mengikuti Raka.
Raka mencoba menenangkan, membantu kedua wanita itu untuk bangkit. Raka meminta mereka untuk berjalan sambil menunduk agar tak terkena imbas dari perkelahian yang ramai di sekitar mereka. Prioritas utama adalah membawa mereka ke tempat lain dulu agar dapat leluasa bergerak kembali. Raka menuntun mereka dan menyibak beberapa siswa yang bentrok itu, terus mencari celah sambil menuntuk siswi dan bu Iffah.
Sesaat ketika hampir mendekati ruang guru, dimana disana juga ada beberapa guru yang histeris karena tak berani mendekati tempat tawuran itu dan hanya melihat dari kantor sambil berteriak berhenti. Saat itulah, ada bentrok yang terjadi dan merangsek mengarah kepada Raka dan bu Iffah serta siswi itu. Melihat hal itu, ada dorongan dari beberapa siswa yang bentrok mengarah pada mereka, Raka mengambil langkah menghadang dan meminta bu Iffah agar terus maju.
Raka menahan beberapa orang dan mendorong mereka, Raka juga memegang dua tangan agar tak mengenai Iffah dan siswi tersebut.
“Berhenti berkelahi sekarang!”
Raka berteriak, namun ada seorang siswa dari sekolah lain menyelinap di belakang Raka dan menusukkan sesuatu ke bawah punggung Raka.
Ahhhhhh!!!
Raka tak menyangka, ada cairan merah yang membasah saat tangannya memegang luka tersebut. Kepalanya terasa agak keputih – putihan seperti ada hewan kecil – kecil yang melayang-layang. Matanya difokuskan, namun nyatanya pandangannya malah membuyar.
Darah!
Sosok siswa yang menusuk Raka sudah menghilang dan ketakutan dan lari menyelinap jauh. Raka merasakan sakit di punggung bawahnya, bersamaan dengan itu tiga orang polisi yang dekat tugasnya dengan sekolahan langsung melerai dan melepaskan tembakan.
Dor!
Para siswa yang tawuran panik. Mereka berlari kearah mana saja yang dirasa membuat mereka aman. Raka terduduk memegangi lukanya, Iffah meninggalkan siswi itu dan mengarah padanya.
“Bapak baik-baik saja?” wajah Iffah terlihat sangat khawatir.
Raka melihat kekhawatiran Iffah, dia tiba-tiba merasa tenang. Ada wanita yang memperhatikannya selain ibunya. Matanya berkunang-kunang cepat, dia juga kelelahan dan pingsan.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (50)

  • avatar
    Agus Wibowo

    nice story

    24/06

      0
  • avatar
    UdinBurhan

    mana nih kelanjutannya?

    23/05

      0
  • avatar
    Aipupun Punikawati

    bismillah mudh" dapet banyak aamiin ya rabbal alamiin

    20/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด