logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 5, Dimana Indri?

Bismillah
      "Suami Dari Alam Lain"
#part_5
#by: R.D. Lestari.
     Assalamualaikum semua jangan lupa like dan subscribe ya, komennya juga di tunggu. Semoga suka dan siap-siap baper ya, terimakasih 🤗
***
    Drap-drap-drap!
    Derap langkah kaki kuda semakin mendekat. Kuda hitam besar dengan bulunya yang bersinar berhenti tepat di hadapanku. Seseorang yang menungganginya turun perlahan dan tersenyum manis menatap wajahku. Tubuh nya yang berotot di biarkan tanpa sehelai benang pun, seolah hendak memamerkan otot dada dan perut nya yang memang mempesona.
   "Hai, kamu akhirnya datang juga," ia mendekat dan menyambut kedatanganku dengan ramah.
    Aku terpaku melihat wajahnya yang amat tampan. Desiran aneh mulai merajai sekujur tubuhku,seolah ada getaran magnet asmara yang membuatku benar-benar terpesona oleh ketampanannya. Bima ... mengapa ia bisa setampan ini?
 
    "Ayo, In. Nyawa temanmu dalam bahaya. Barangnya harus segera di simpan di tempat semula," Bima mengulurkan tangannya, mengajakku ikut bersamanya. Aku menurut dan menerima uluran tangan itu. Tangan yang amat halus dan lembut.
   Uph!
   Ia menggendongku naik ke atas kuda, ia pun naik dan duduk tepat di belakangku. Jantungku berdebar kencang saat dadanya yang bidang menyentuh tubuhku.
    Drap-drap-drap!
   Tubuhku terentak saat kuda berlari memacu waktu,tapi semua tak terasa menyakitkan karena ada Bima yang ada di belakangku. Tubuhnya  wangi hingga membuatku merasa amat nyaman. Tangan nya yang kekar melingkar di antara tubuhku.
    Kuda membawa kami menyelusuri hutan lebat, melewati jalan setapak dengan kanan kiri pepohonan yang tinggi menjulang. Sangat berbeda dengan jalan yang kami lalui sewaktu menggunakan mobil. Di sini perjalanan terbilang curam, naik turun bukit tanpa ada rumah warga satupun.
    "In, jika kamu nampak kabut. Jangan banyak bicara, ya. Cukup nikmati saja perjalanan ini. Apa pun yang kamu lihat, itu bukan mimpi," Bima berbisik di telingaku.
    Aku menelan saliva, rasanya kerongkongan sakit dan napas tercekat. Pikiran aneh-aneh tiba-tiba menghinggapi. Bagaimana jika aku tak akan pernah kembali? bagaimana jika yang kulihat itu hantu dan monster? makhluk-makhluk mengerikan di dalam hutan?
     "He-he-he, tak ada hantu, tak ada monster, yang ada hanya keindahan," tiba-tiba Bima tergelak.
    "Whattt? dia tau apa yang ada di pikiranku?" Aku membatin dalam hati. Pipiku langsung bersemu merah.
    "Iya, aku tahu. Semua yang ada di pikiran dirimu, semua," kembali Bima terkekeh.
     Perjalanan menuju tempat yang di tuju ternyata cukup jauh, terkadang kuda meringkik ketika hampir terjatuh menaiki bukit curam yang cukup licin.
     Bima semakin mendekatkan tubuhnya, aku tak berpikiran macam-macam padanya, mungkin takut aku terjatuh.
    Samar-samar aku melihat kabut yang cukup tebal dihadapanku. Aku mulai gelisah teringat dengan ucapan Bima tadi.
     "Tenang, tak akan terjadi apa-apa, kamu bisa pulang dan temanmu akan selamat," Bima berusaha memenangkan jiwaku dari kegelisahan.
     Sebelum masuk ke dalam kabut, kuda sempat meringkik kencang. Ia seketika berlari cepat menyebabkan goncangan yang amat kuat. Bima semakin mempererat pegangannya.
    Dan...
    Mataku membulat sempurna melihat pemandangan yang amat indah di hadapanku. Hamparan bunga mawar beraneka warna mengeluarkan aroma semerbak yang menenangkan pikiran.
    Bukit-bukit hijau dengan padang rumput yang bergoyang di tiup angin serta kupu-kupu yang berterbangan dengan warna yang beraneka ragam. Sangat indah di bawah bentangan langit biru dan awan putih seperti kapas.
     Aku tersentak. Bukankah aku tadi pergi dalam keadaan menjelang malam? dan ini? suasana pagi hari? apa sebegitu lamakah perjalanan yang kutempuh? perasaan baru beberapa menit saja. Ah, bingung. Aku sungguh diliput kebingungan.
***
      "Jangan bingung, In. Nikmati saja,dan itu gedung tempat dirimu harus mengembalikan barang itu," Bima menunjuk sebuah gedung yang baru beberapa hari ini kami tinggalkan.
      Gedung itu tampak sepi, tak ada seorang pun di halamannya seperti waktu aku masih di sana, semua orang berlalu lalang dan ramai.
      Hup!
     Bima turun dari kuda dan membantuku turun. Kuda di biarkan begitu saja berkeliaran disekitar, ia berlari kencang menuju padang rumput yang sempat kami lewati tadi.
     "Ayo, masuk," Bima menarik tanganku pelan, aku pun mengikutinya.
    Sepi, tak ada seorang pun di sana, tapi semua tertata rapi . Aku mengikuti langkah Bima yang bergegas menuju kamar tempat kami menginap.
    Kriettttt!
     Perlahan pintu kamar terbuka. Aku melangkah pelan memasuki kamar yang gelap dan mencekam. Kakiku bergetar karenanya.
    Klek!
    Aku tersentak dan jantungku nyaris copot ketika Bima,  menghidupkan lampu. Ia tersenyum sembari terkekeh di ambang pintu melihatku yang sempat melirik ke arahnya .
     "Jangan takut! tak ada apa-apa di sini selain kita," ia menjentikkan jarinya.
    Kakiku masih saja bergetar, apalagi ketika tanganku akan membuka pintu lemari .
    "Jangan-jangan isinya ular dan makhluk berbisa lainnya? atau mungkin wanita berambut panjang dengan mata berdarah? atau...,"
     "Darrrrr!"
     "Astaga!" aku berjingkat sembari berbalik dan tanpa sengaja memeluk tubuh di hadapanku.
    Memeluk? siapa yang kupeluk? sejak kapan dia ... dia ada di belakangku?
     "He-he-he, sini aku bantu, kamu rupanya penakut sekali, Indri," suara Bima membuat wajahku memerah. Aku mengangkat wajah dan melihat wajah tampannya sangat dekat. Mungkin saja saking dekatnya ia bisa merasakan detak jantungku yang berdebar amat kencang .
Dug-dag-dig-dug!
   Irama detak jantungku bak musik yang tak beraturan nadanya. Wajah yang bersemu merah saat kami bertemu pandang. Bima, mengapa wajahmu bisa setampan ini?
    Lagi-lagi pikiranku mengucap kata tampan itu entah untuk yang keberapa kali. Mungkinkah ia mendengar bisikan-bisikan itu?
    "Indri, kamu jangan ngeliatin aku terus dong, inget tujuanmu datang kemari. Nyawa temanmu dalam bahaya," kata-kata Bima membuatku terperanjat. Benar katanya, aku harus sesegera mungkin mengembalikan barang ini.
   "Oh--oh, maaf Kak Bima," aku mulai menundukkan pandangan dan berbalik untuk membuka pintu lemari. Malu sekali rasanya.
   "Sini, biar aku yang buka," tangan kekarnya menelusup di antara lengan dan pinggangku, membuatku semakin salah tingkah karenanya.
    Kriettt!
   Pintu lemari terbuka perlahan dan ...
   Blassss!
    Tak ada apapun di dalam lemari itu. Hanya ruang kosong yang tak ada penghuninya satu pun. Aku bisa bernapas lega dan meletakkan bungkusan hitam itu di dalamnya. Misi sudah selesai.
    Bima beranjak mundur menjauhiku. Ia kemudian mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu. Jaket berwarna army, membuat dirinya tampak sangat maskulin.
    Aku hanya terpaku menatapnya dari depan lemari. Rasanya pesonanya bisa melumpuhkan hati hingga aku enggan beranjak barang sejengkal pun dari tempatku berdiri.
    "In, kamu mau ku antar pulang pakai mobil atau kuda seperti tadi?" Bima mengambil kunci di atas nakas dan berjalan mendekatiku.
    "Terserah Kak Bima saja, saya nurut," ucapku pelan. "Ya, mau di anterin kok banyak maunya," pikirku.
    "Ya, ga apa banyak maunya, wanita kan memang harus di perlakukan sebagai ratu, apa pun itu, harus di turuti," Bima tersenyum melihatku. Lagi-lagi ia seperti tau apa yang ada di pikiranku.
   "Ikut aku dulu, ya. Kita jalan-jalan di tempat kelahiranku," Bima mengulurkan tangannya. Aku mengangguk dan menggapai uluran tangannya.
   Krietttt!
   "Selamat pagi, Tuan," seseorang menyapa kami begitu kami keluar dari kamar. Mataku membulat sempurna melihat sosok itu, sosok yang sama ketika mengantarku makan malam waktu ini.
    "Selamat pagi, Ris," sahut Bima dengan senyum datarnya .
    "Aku akan mengantar Indri pulang, tolong katakan pada pasukanku untuk meneruskan latihan hari ini tanpa kehadiranku," titah Bima yang di sambut anggukan pelayannya.
   "Ayo, In. Kita jangan buang waktu," Bima kembali menarik tanganku dan berjalan bergegas dengan pikiranku yang penuh dengan tanda tanya. Sejak kapan pelayan itu berada di sana?
***
    Suasana mendadak ramai bak pasar hanya berselang beberapa menit dari saat kedatanganku. Aku sempat di landa ketakutan. Sebenarnya aku di mana?
    "Mau kemana, kau, Bima?" suara seorang wanita menghentikan langkah kami.
    Wanita berpakaian dokter dengan wajah yang memang cantik tapi terkesan angkuh dan sombong menatap ke arahku dengan pandangan tidak suka.
    "Aku mau mengantar Indri pulang, Sil," jawab Bima datar. Wanita itu seperti menganggapku remeh dengan senyumannya yang tersungging seperti mengejek.
    "Oh, Dia teman si pencuri itu, ya? sudah mat*kah Dia?" wanita itu memandangiku dari kaki sampai ke kepala.
   "Iya, Dia Indri. Dialah penyelamat bagi temannya, dan semoga saja belum terlambat," Bima menyahut pelan.
   "Oh, penyelamat? tapi Dia manusia biasa, lemah! berbeda dengan kita yang ...,"
   "Cukup Silva, aku kira sudah cukup pembicaraan kita. Aku harus segera mengantarnya pulang," Bima memotong ucapan wanita itu yang bernama Silva dengan cepat.
   Aku sungguh tak mengerti apa maksud dari ucapan wanita bernama Silva ini. Mengapa ia begitu ketus dan sepertinya amat membenciku? apa salahku?
    Bima kembali menarik tanganku dan aku sempat melirik wanita itu yang menatapku tajam seperti menyimpan dendam.
     Drap-drap-drap!
    Kami akhirnya sampai di halaman luar di sisi gedung yang berbed. Kaki ini di hadapan kami nampak danau yang airnya amat jernih. Di belakang danau berjejer bukit hijau sebagai background yang amat fantastis. Aku lagi-lagi berdecak kagum tanpa henti.
    "Ayo, In," Bima mempersilahkanku naik ke dalam mobil lamborgini kuning miliknya yang juga terparkir di sana. Aku merasa bak ratu beserta rajanya. Bima benar-benar memperlakukanku amat baik dan sopan.
      Setelah ia berada di kursi kemudi, mobilpun mulai melaju pelan. Jika ketika kami bersama dengan kedua temanku diantar pulang beberapa waktu yang lalu mobil berbelok ke arah kanan, tapi saat ini mobil berbelok ke kiri. Sebenarnya mau di bawa kemana aku?

หนังสือแสดงความคิดเห็น (200)

  • avatar
    Gustriana

    cerita nya bagus

    05/07

      0
  • avatar
    MontokDurian

    ag suka sangat menyenangkan

    11/05

      0
  • avatar
    Satria Dewi Zllu Ada

    Benar2 bagus..jadi ngehalu pengen sangat pengen brtemu dengan pemuda uwentira😍

    04/04

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด