logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

BAB 44 Pertemuan Tak Terduga (2)

Sepanjang perjalanan menuju Bandara Adit lebih banyak diam konsentrasi dengan stir mobilnya. Tak sedikitpun dia memulai perbincangan dengan Michel. Hatinya berkecamuk tak karuan. Dia tahu persis bagaimana kelakuan Michel yang lebih banyak ingin menang sendiri.
Adit merasa khawatir kalau-kalau Arin merasa cemburu bila melihat Michel semobil dengannya, apa lagi bila tahu kalau mereka bersama kedua orang tuanya.
"Apa kata Arin nantinya? Duuuh...,"
Adit lebih banyak diam dalam perjalanan menuju ke bandara.
Ketika sampai di pintu masuk bandara, Adit memarkirkan mobil Michel di tempat yang cukup strategis dirasanya. Tanpa diduga Michel bergelayut mesra di lengan Adit hingga dia bertambah jengah dibuatnya, namun dia membiarkan saja Michel bersikap seperti itu karena sekarang mereka berada di tempat umum, jadi Adit tidak mau mempermalukannya.
Di terminal kedatangan satu telihat pesawat sudah berada di landasannya siap menurunkan para penumpang.
“Yuk Dit...buruan...itu penumpang mulai turun dari pesawat,’’
Adit hanya menuruti ajakan Michel tanpa banyak bicara. Terlihat dia mencari-cari Mama Papa nya di antara penumpang yang mulai memadati lobi bandara.
Terlihat dari kejauhan Nyonya dan Tuan Hadiwijaya,M.M berjalan pelan sambil mendorong troli barang bawaannya.
Senyum bahagia tergambar jelas di wajahnya setelah terlihat Michel melambaikan tangan.
‘’Selamat datang di Indo, Papa...Mama,’’sapanya.
‘’Pagi Om...Tante...Apa kabar?’’ sapa Adit dengan ramah.
‘’Terima kasih Michy, pagi juga Adit,’’
‘’Waaah tambah gagah juga kamu Dit,’’ tuan Hadiwijaya menyapa Adit dengan sangat ramah.
Mereka begitu bahagia melihat Michel yang ternyata datang menjemputnya dengan Adit di sampingnya.
‘’Terima kasih Om, Tante,’’jawab Adit jengah.
Akhirnya mereka berjalan beriringan dengan orang tua Michel di depan. Adit dan Michel mengiringinya di belakang.
Sesampai di tempat parkir Adit segera membuka bagasi mobilnya dan membantu orang tua Michel memasukkan barang bawaannya.
‘’Silakan masuk Om, Tante...yuk Michy,’’ajak Adit kepada mereka.
Gegas mereka masuk ke dalam mobil, hingga sejurus kemudian Adit memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.
‘’Apa kabar Mamahmu Dit?’’tanya nyonya Lisa kepada Adit.
‘’Yaaah begitulah Tante...Mamah masih belum benar-benar pulih kesehatannya. Masih sedih ditinggalin Papah,’’
‘’Maafkan Om dan Tante’mu ini ya Dit...baru kali ini bisa jenguk Mamahmua,’’
“Ngga papa kok Om,Tan..Adit maklum kok,’’
‘’Adit yang minta maaf atas nama Papah dan Mamah malahan,’’
‘’Mungkin selama Papah masih ada..ada kesalahannya yang sengaja maupun ngga disengaja...maafin ya Om,Tan,’’
‘’Doain juga biar Mamah cepat sembuh...Adit suka kasihan lihat keadaannya,’’
‘’Ya...kamu yang sabar ya Dit, mudah-mudahan Mamahmu lekas sembuh ya...biar kembali ceria seperti dulu,’’
“Mamahmu orang tangguh kok Dit, tenang saja...pasti Mamahmu bisa melewati ini semua dengan baik,’’ Tante Lisa berusaha menghibur Adit yang hanya menjawab apa yang ditanyakannya saja.
Michel terlihat begitu ceria hari ini, kebahagiaannya terasa lengkap sekarang. Dia dikelilingi orang-orang yang begitu dicintainya. Senyumnya merekah bak mawar merah.
‘’Hmmm...lihat tuh Ma...Michy kelihatan bahagia banget hari ini ya?’’
‘’Iyalaaah Pa....secara dia kan sekarang ada di dekatnya Adit,’’goda orang tuanya sembari terkekeh.
‘’Iiih apa’an sich Papa Mama ini...malu tau sama Adit,’’Michel merajuk sambil melirik penuh manja kepada Adit yang membuatnya semakin tidak karuan rasanya. Ingin rasanya dia segera berlari keluar meninggalkan mereka semua. Andai saja mereka bukan keluarga dari sahabat Mamahnya.
‘’Kamu yang sabar ngadepin Michy ya Dit, manjanya itu yang ngga nguatin,’’
‘’Iiish apa’an sich Papa...malu-maluin Michy aja,’’rajuk Michy
Adit hanya tersenyum sumir. Ditelannya ludah untuk menutupi segala kecamuk hatinya. Bagaimanapun yang dia inginkan hanya Arin yang nantinya bisa mendampingi hidupnya. Meski untuk saat ini dia masih ingin mengejar cita-citanya setinggi-tingginya, bila perlu nantinya dia bisa membiayai kuliah Arin biar dia bisa lebih berkembang kecerdasannya. Karena yang dia dengar selama ini Arin seorang gadis yang cerdas dan berprestasi, namun sayang keadaan ekonominya yang membuatnya harus berbesar hati tidak melanjutkan pendidikannya.
Tidak lama kemudian mobil sampai di depan pintu gerbang rumahnya. Security tergopoh membukakan.
‘’Mari Om,Ta...kita ke lantai tiga...Mamah di sana sekarang,’’
Adit mengantarkan orang tua Michel sampai memasuki kamar Mamahnya.
Sesampai di pintu kamar
Tok
Tok
Tok ...
Adit mengetuk pintu.
“Mamah...ini Mama Papanya Michy sudah datang,’’
‘’Suruh masuk Dit,’’
Kemudian terlihatlah adegan yang sungguh mengharukan. Setelah lebih dari satu tahun dua sahabat semasa SMA tidak bertemu, sekarang mereka dipertemukan dalam kondisi sakit. Nyonya Lisa memeluk erat nyonya Lina.
‘’Yang sabar Lina, tenangkan dirimu...ada aku dan keluargaku yang siap mendampingi,’’
“Kamu cepat sembuh ya Lin, tidak usah banyak pikiran,’’
Nyonya Lisa terlihat begitu masygul melihat keadaan sahabatnya itu. Tanpa terasa ruangan itu serasa diselimuti awan kelabu. Suara sesenggukan mulai terdengar . Adit hanya diam tertunduk, bingung harus berbuat apa.
Hari ini keluarga Adit menyambut kedatangan keluarga Michel dengan segala jamuan yang istimewa. Para Asisten Rumah Tangga keluarga Adit terlihat sigap melayani mereka. Hingga selesai acara jamuan selesai mereka terlibat obrolan seru layaknya dua sahabat yang lama tak bertemu.
#####
Pagi beranjak siang, pada akhirnya orang tua Michel berpamitan akan kembali ke Apartemen di mana Michel tinggal di Indo bersama bik Darmi.
‘’Kami pamit pulang dulu ya Lin, besok pasti aku ke sini lagi, boleh kan?’’
‘’Tentu saja Lis, aku amat senang kalau kamu bisa tiap hari ke sini,terima kasih,’’
‘’Iya Lin...sama-sama...maaf juga ya kalau Michy selama ini sering gangguin istirahat kamu..sering tiba-tiba datang ya?’’
‘’Aaah ngga’ papa kok Lis..aku juga akan sangat senang sekali kalau Michy mau tiap hari juga ke sini nemenin aku biar ngga kesepian,’’
‘’Aku sediiih banget Lisa...,’’nyonya Lina tersedu
‘’Yang sabar Lin, tenangkan dirimu,’’bujuk Lisa pada sahabatnya.
‘’Michy...kamu mau ikut pulang atau masih tetep di sini?’’ tanyanya pada putri tunggalnya yang terbengong melihat adegan mengharukan di depannya.
‘’Aku anter Mama Papa pulang dulu ya...ntar balik lagi ke sini..boleh kan?’’
‘’Biar Adit sama kamu yang anter Mama Papa ngga’ papa Michy..ayo Adit antar dulu gih,’’titah nyonya Lina kepada putra bungsunya.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12:00 tanda waktu istirahat karyawan berbunyi. Terlihat Arin tergopoh keluar dari ruangannya menuju kamar Mess nya untuk menunaikan empat rakaat kewajibannya, berzikir dan berdoa. Tiga sahabatnya yang kebetulan berbeda shift dengannya nampak berada di kamarnya.
Setelah itu mereka berniat membeli makanan dan minuman di kantin perusahaan, ketika sampai di sana terlihat Randy sudah duduk menikmati hidangan makan siangnya.
Melihat kehadiran Arin, Randy gegas bangkit dan melambaikan tangannya kepada Arin dan teman-temannya.
‘’Hai Ariiin...teman-teman...sini kumpuuul...kursinya pada kosong ini!’’ajaknya
Arin dan ketiga temannya celingak-celinguk mencari arah suara, hingga sejurus kemudian Martha mengajaknya duduk di dekat Randy.
‘’Ke sana aja yuuuk...kebetulan itu sahabatnya tuan muda Adit manggil-manggil kita,’’bisiknya pada teman-temannya yang mereka jawab dengan anggukan dan gegas menghampiri Randy.
‘’Kami tidak mengganggu nich Mas..kalau kami bertiga ikut gabung duduk di sini?’’Martha bertanya dengan nada seolah-olah merasa ngga enak hati.
‘’Aaah ngga- papa...sini gabung aja biar ramai,’’jawab Randy ramah sembari mempersilakan mereka duduk.
Tidak lama berselang setelah mereka memesan makanan dan minuman yang diinginkan..mereka duduk mengitari meja di mana Randy duduk.
Mereka terlibat obrolan seru hingga sejurus kemudian acara makan bersama tanpa sengaja selesai sudah. Arin dan ketiga temannya bermaksud kembali ke kamar, namun kemudian Randy menawarkan diri mengantarkannya sampai ke depan area Mess.
Dengan riang mereka berjalan beriringan dengan Arin dan Randy di depan ketiga temannya.
Belum lama berjalan, Arin tertegun melihat Adit yang berjalan digamit lengannya dengan mesra oleh Michel. Hatinya terasa perih, ada sesuatu yang meronta dalam batinnya. Ingin rasanya dia segera berlalu pergi dari situasi kondisi yang terasa begitu tidak mengenakkan hati.
Ya...Arin merasa cemburu!
Meski dia berusaha menutupi gejolak hatinya, namun air mukanya tertangkap murung oleh Martha dan kawan-kawan. Mereka berbisik-bisik tidak karuan.
Adit yang melihat Arin berjalan berdua dengan Randy diiringi ketiga temannya juga tak kalah kagetnya. Tidak berbeda dengan Arin, dia juga berusaha menyembunyikan perasaan cemburunya pada mereka berdua, meski Michel tidak peduli akan perubahan air muka Adit. Dia bahkan menunjukkan sikap lebih mesra lagi dengan berjalan sembari menyenderkan kepalanya ke bahu Adit, berjalan pelan mengiringi kedua orang tuanya yang berjalan menuju tempat parkiran mobil pribadinya.
****

หนังสือแสดงความคิดเห็น (147)

  • avatar
    AzisAbdul

    wow

    5d

      0
  • avatar
    FauziahNada

    menarik

    03/08

      0
  • avatar
    Ayam RacerKentut

    woow

    28/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด