logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 2. Insiden Di Kafe

Dengan mengendarai mobilnya, Semira menerobos hujan yang masih mengguyur kota. Meski sudah berkurang derasnya namun masih tidak aman untuk berjalan kaki di tengah hujan seperti ini.
Sebenarnya jarak yang mesti ditempuhnya tidak terlalu jauh. Dengan berjalan kaki pun hanya memakan waktu beberapa menit. Namun selain menghindari hujan, Semira berencana untuk berbelanja setelah memenuhi undangan makan siang dari Chandra.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di kafe tempat di mana Chandra mengajaknya bertemu. Semira, turun dari mobil dengan berpayung hitam karena hujan masih turun. Dengan berhati-hati dia menyusuri area parkir sambil sesekali menghindari genangan air. 
Kini Semira telah tiba di depan kafe di mana Chandra menunggunya. Sebuah kafe yang cukup populer, terutama di kalangan anak muda juga para pencinta kuliner seperti dirinya. Sebuah kafe yang di desain dengan gaya art deco.
Semira segera memasuki kafe setelah melipat payung dan menitipkannya pada seorang pelayan kafe yang berpapasan di pintu masuk. Diedarkannya pandangannya ke seluruh bagian dalam kafe, mencari sosok pria yang mengundangnya.
Chandra melambaikan tangannya saat melihat Semira yang tengah mencari sosoknya.
"Mira, di sini!" Chandra setengah berteriak, namun tetap dalam batasan yang sopan sehingga para pengunjung mau pun pelayan kafe tidak terganggu.
Semira tersenyum saat melihat Chandra dan bergegas menuju ke tempat pria itu tengah duduk menantinya. Dia pun duduk di depan pria itu.
Tidak berapa lama seorang pelayan kafe mendatangi meja mereka dan melayani pesanan mereka. Kini keduanya berbincang-bincang sembari menunggu pesanan mereka datang.
Semira dan Chandra telah cukup lama saling mengenal. Namun itu hanya sebatas relasi bisnis. Meski Chandra memberikan sinyal ketertarikannya, namun Semira tidak pernah menanggapinya dengan serius.
Semira tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan pria itu karena dia tidak tahu persis statusnya. Semira sangat berhati-hati dengan masalah seperti ini. Dia tidak ingin terlibat hubungan dengan seseorang yang tidak semestinya. 
Tidak lama pelayan tadi kembali datang dan membawa pesanan mereka. Kembali keduanya berbincang-bincang di sela menikmati makan siang mereka.
"Mira, ada beberapa hal yang sepertinya mesti dirubah dalam proposal proyek terbaru kita." Chandra berbicara dengan serius di tengah menikmati makanannya.
"Benarkah? Apa ada masalah?" Semira berhenti menyuapkan makanan ke mulutnya dan menatap Chandra dengan serius juga.
"Iya. Aku rasa kita perlu mengadakan pertemuan sekali lagi untuk mendiskusikan hal ini." Ucap Chandra dengan sedikit ragu.
Semira menatap pria yang duduk di depannya dengan serius. Ada benarnya yang dikatakannya. Mereka perlu mendiskusikan hal ini dengan semua pihak yang berkaitan dengan proyek mereka 
"Baiklah. Besok kita atur jadwal untuk pertemuan." Semira menjawabnya setelah cukup lama terdiam.
"Dasar pelakor! Wanita tidak tahu malu! Gatel kamu ya!"
Tiba-tiba seorang wanita menghampiri mereka dan mencaci maki Semira. Dia bahkan menumpahkan minuman di depan Semira ke atas pangkuannya.
Chandra dan Semira terkejut dengan ulah wanita itu. Terutama Semira, yang merasa tidak mengenal wanita yang tengah kalap itu.
Sementara Chandra terlihat pucat pasi dengan kedatangan tiba-tiba wanita itu. Apalagi setelah melihat yang dilakukan wanita itu terhadap Semira, Chandra pun nampak marah.
"Apa-apaan ini, Fia! Apa yang kamu lakukan di sini?" Chandra membentak wanita itu dengan keras.
"Apa yang kulakukan di sini? Tentu saja menangkap basah kamu dengan pelakor ini!" Fia, rupanya nama wanita yang tengah dilanda amarah itu, berteriak histeris.
Keributan itu memancing perhatian para pengunjung kafe. Bahkan beberapa dari mereka mulai merekam kejadian itu dengan gawai. Ini membuat Semira merasa risih.
"Maaf, mbak! Sepertinya anda salah paham. Pak Chandra mohon maaf sepertinya saya harus pergi." 
Semira bergegas berdiri dan bersiap meninggalkan meja dan juga pasangan yang sepertinya akan bersitegang ini.
"Enak saja mau pergi! Pelakor nggak tahu diri, awas kamu!" Rupanya wanita itu tidak mau melepaskan Semira.
Dengan kalap di raihnya rambut panjang Semira dan dijambaknya dengan kasar. Semira tentu saja tidak menduga akan mendapat perlakuan kasar dari wanita itu.
Reflek ditangkisnya tangan wanita itu. Namun wanita itu terlanjur menjambak rambutnya dengan kuat. Semira meringis menahan sakit di kepalanya. Namun sejujurnya itu tidak seberapa sakit dibandingkan rasa malunya.
Sungguh dia tidak pernah membayangkan berada di posisi memalukan seperti ini. Dipermalukan dan diperlakukan dengan kasar selayaknya para pelakor.
Lebih memalukan lagi, dia dan Chandra tidak memiliki hubungan apa pun. Memang harus diakuinya, Chandra kerap menunjukkan ketertarikan padanya. Namun Semira tidak pernah memberi peluang atau harapan apa pun pada pria itu.
Sekarang, wanita yang kemungkinan adalah istri sah Chandra mendatanginya dan mencaci makinya bahkan menyakiti fisiknya. Semira merasa sakit hati, kesal, marah, kecewa dan juga dirugikan. Apalagi hal seperti ini terjadi di depan khalayak ramai.
"Fia lepaskan dia! Ini tidak seperti yang kamu kira!" Chandra membentak wanita itu dan berusaha membantu Semira.
"Nggak! Pelakor seperti dia harus di kasih pelajaran. Dan juga kamu Mas, jangan coba-coba melindunginya!" Wanita itu kembali berteriak keras.
"Mbak, ini salah paham. Saya tidak ada hubungan apa pun dengan Pak Chandra. Kami hanya relasi bisnis saja!" Semira mencoba untuk menjelaskan dan juga melepaskan diri dari perempuan itu.
"Alah, mana ada maling ngaku! Gatel kamu ya, sudah tahu laki orang masih saja diembat!" Kembali cacian dan makian keluar dari mulut wanita itu.
"Fia, jaga ucapan kamu! Dia wanita baik-baik. Dia rekan kerja dan bisnisku. Jangan permalukan dirimu sendiri. Lepaskan dia!" Chandra kembali membentak wanita itu dan berusaha melepaskan cengkeraman wanita itu di rambut Semira.
Rupanya amarah membuat tenaga wanita itu berlipat ganda. Dia sama sekali tidak bergeming.
Tangannya mencengkram rambut dan lengan Semira dengan kuat.
Membuat Semira kesakitan. Sepertinya beberapa helai rambutnya terlepas akibat cengkeraman dan lengannya pun tergores kuku tajam wanita itu.
"Ibu, bapak! Mohon maaf, jika ada masalah tolong diselesaikan di lain tempat. Ini mengganggu pengunjung dan pelanggan kami." Seorang karyawan kafe berusaha menengahi keributan itu.
Namun wanita yang tengah dilanda emosi itu sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya.
"Nggak usah ikut campur urusan orang Mas! Apa mau saya viralkan kalau kafe ini melindungi pelakor seperti dia!" Wanita itu membentak dan menatap karyawan kafe dengan garang.
Tak urung ini membuat nyali sang karyawan pun menciut. Bukan takut dengan ancaman wanita itu namun dia khawatir wanita itu akan berbuat sesuatu yang lebih nekat.
"Eh kamu, janda gatel! Jangan harap ya bisa lepas dari saya! Hari ini saya harus kasih kamu pelajaran. Biar kapok, biar nggak gatel lagi gangguin laki orang!" Wanita itu mengguncang Semira dengan kuat.
Tiba-tiba dia mendorong Semira hendak membenturkan kepalanya ke dinding kafe. Gerakan tiba-tiba itu tidak mampu diantisipasi Semira mau pun Chandra.
Semira yang tidak bisa melepaskan diri, hanya bisa berharap benturan tidak akan terlalu keras. Jika itu terjadi akibatnya akan cukup fatal.
Beruntung saat wanita itu mendorongnya ke dinding dengan kuat, seseorang menerjang dan memeluk Semira melindunginya dari benturan keras.
Bukan hanya itu, wanita itu pun terdorong dengan kuat karena terjangan tiba-tiba orang tersebut. Membuatnya jatuh terduduk di lantai.
"Ibu Semira, baik-baik saja kan? Apa ada yang terluka?" Orang itu bertanya sekaligus membantu Semira duduk.
Semira yang masih syok hanya menganggukkan kepalanya. Di tatapnya pria yang menolongnya dengan penuh terimakasih.
Sementara Chandra langsung menarik wanita tadi dengan kasar. Dan mencengkeram lengannya dengan kuat.
"Lepaskan Mas! Biar kuhajar janda gatel itu!" Wanita itu berteriak-teriak tidak terima.
"Pak Chandra, sebaiknya bapak membawa istri bapak pulang. Tenangkan dia, ini sudah cukup mengganggu orang-orang di sini." Seorang pria, entah siapa, tapi sepertinya mengenal Chandra dan Semira memberikan sarannya.
Chandra mengangguk dan bersiap menyeret wanita itu untuk meninggalkan Semira. Dia menatap Semira dengan pandangan rumit. Tapi Semira menganggukkan kepala memintanya untuk segera membawa wanita itu pergi.
"Lepaskan Mas! Awas kamu pelakor gatel!" Wanita itu masih berteriak-teriak mencaci maki Semira.
"Terimakasih mas sudah menolong saya." Setelah agak tenang, dengan suara bergetar Semira mengucapkan terimakasih pada pria yang menolongnya.
"Iya Ibu, sama-sama. Tapi sepertinya ibu terluka, mari saya obati dulu." Pria itu kembali mengulurkan tangannya dan membawa Semira menuju ke salah satu ruangan di kafe, diikuti seorang pria lain dan karyawan kafe.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (79)

  • avatar
    AnandaMutiara

    sukaa

    11d

      1
  • avatar
    GustiGilang

    aplikasi ini sangat bagus

    16/08

      0
  • avatar
    Aziz Abdul

    cara naik duet nya gmna ygy

    21/01

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด