logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

EPISODE 25

Satu Tahun kemudian
Virus Emfilus telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Uji coba vaksin Emvak kembali dilakukan. Banyak masyarakat yang sudah bersedia divaksin. Permintaan vaksin Emvak membludak dari berbagai negara. Perusahaan Mira Farma sebagai satu-satunya yang memproduksi vaksin virus Emfilus meraup keuntungan besar dengan nilai yang fantastis. Rencana Jack menjadikan Mira Farma sebagai pusat penyedia jasa medis berhasil. Nama Mira Farma kian besar.
“Kali ini tak ada yang bisa menghalangiku,” kata Jack tertawa jahat.
Satu tahun terakhir dunia medis bertumpu pada perusahaan asuhan Jack. Selama itu juga populasi manusia telah berkurang drastis akibat virus Emfilus. Kehidupan manusia berubah total, terutama di daerah perkotaan. Tak banyak interaksi yang terjadi karena ketakutan yang besar kepada virus Emfilus. Masyarakat diwajibkan menggunakan pelindung wajah pada saat keluar rumah.
Mira Farma memfasilitasi semua kebutuhan medis, salah satunya baju pelindung diri yang dikenakan para petugas medis yang menangani pasien terpapar virus Emfilus. Semua rumah sakit diwajibkan mengirim sampel pengujian tes pasien di laboratorium Mira Farma jika ada pasien yang terindikasi virus. Peraturan tersebut resmi dikeluarkan oleh pemerintah.
Enam bulan yang lalu, Jack mendatangi Raes, menawarkan sebuah kesepakatan. Pertemuan itu menghasilkan perjanjian politik yang menguntungkan dua belah pihak. Namun, Jack bukanlah orang yang pandai menepati janji. Setelah tujuannya tercapai, yaitu menjadikan Mira Farma sebagai mitra resmi pemerintah sebagai penyedia jasa medis tunggal, Jack menghabisi Raes dengan virus Emfilus berdosis tinggi.
Enam bulan setelah kematian Raes, negara dipimpin oleh Hilman, wakil presiden yang secara otomatis naik menggantikan Raes. Sebelumnya Jack telah mendekati Hilman untuk menjadikannya kaki tangan. Sekarang secara tidak langsung pemerintahan berada di tangan Jack.
Pukul 19.20, Kediaman Jack
“Kuharap kau tetap berada di pihakku, Hilman Praja Mukti,” ucap Jack sembari memainkan gelas berisi wine.
“Aku akan selalu di pihakmu, Tuan.”
Jack tertawa.
“Semua berkata seperti itu padaku, tapi mereka lebih memilih berakhir sebagai makanan anjing.”
Hilman menelan ludah. Dahinya mulai berkeringat.
“Anda bisa memercayaiku,” ucap Hilman dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Baguslah. Usahakan tak ada yang mengusik Mira Farma.”
“Baik, Tuan.”
Jack semakin menggila. Ia menjadi seorang mafia kejam di dunia kesehatan. Sepak terjangnya kian hari kian menjadi. Jack tak segan-segan menghabisi siapa pun yang menghalangi ambisinya. Satu-satunya penghalang terbesarnya adalah Badra yang telah ia singkirkan satu tahun yang lalu. Kini ia bisa dengan leluasa menjalankan peran barunya, menjadi bos mafia.

***
“Kau di sini rupanya.” Mbah Dirjo menghampiri Badra yang tengah duduk di atas batu di pinggir sawah.
Badra tersenyum melihat kehadiran Mbah Dirjo.
Mbah Dirjo ikut duduk bersama Badra, menghadap hamparan sawah yang luas. Burung-burung beterbangan ke sana kemari dengan kicauan khas burung sawah. Hempasan angin berembus lembut mengusap tubuh, membuat hati siapa pun yang merasakannya diselimuti kedamaian. Sang surya menyapa ramah, menyambut mereka yang memahami keberadaannya. Pohon-pohon menari mengikuti angin. Semua terasa begitu indah
untuk mereka yang mengerti.
“Kau sudah bisa menikmatinya?” tanya Mbah Dirjo dengan senyum khasnya yang lembut, tetapi syarat akan makna.
Sejak pengejaran itu, Badra merasa hidupnya sudah hancur. Meskipun raganya selamat, tetapi ia tak lagi memiliki hasrat untuk hidup. Mentalnya terganggu. Mbah Dirjo menemukannya tersangkut di sebuah batang pohon. Badra terlempar dari pintu belakang dan mendarat di sebuah batang pohon yang berada tepat di lereng. Beruntung nyawanya masih sempat tertolong, tapi tidak dengan Dazo, Jeki, Raka, dan Mayang. Mereka semua tewas bersama puing-puing mobil yang terbakar.
Kini Badra tinggal bersama Mbah Dirjo, seorang pengasuh pondok pesantren kecil di sebuah desa bernama Karangan. Butuh waktu satu tahun untuk memulihkan mentalnya. Sekarang Badra sudah dapat menjalani kehidupan dengan normal. Membantu Mbah Dirjo menggiring bebek-bebek, memanen sayur, menangkap ikan di sungai, dan sore harinya ia ikut mengaji di pondok asuhan Mbah Dirjo.
“Mbah benar,” ucap Badra sembari menatap langit yang tampak cerah, “Bahagia itu tak melulu soal harta dan jabatan. Melainkan rasa syukur dan keikhlasan. Aku sudah mulai merasakannya. Perasaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya.”
“Aku senang mendengarnya. Lantas, kapan kau akan berangkat?” tanya Mbah Dirjo.

“Mungkin lusa. Sudah lama sekali sejak aku pergi meninggalkan kampung halaman. Sekarang sudah waktunya aku kembali, meski bukan raga yang kutemui, hanya pusara Bapak dan Emak yang mungkin sudah tak terawat. Setidaknya di sisa hidupku, aku bisa memberikan baktiku, bercengkerama bersama mereka dalam doa.”
Mbah Dirjo kembali memberikan senyum bijaknya. “Bagaimana dengan hatimu?” lanjut Mbah Dirjo.
“Aku sudah menerima semuanya, Mbah. Kehilangan, rasa penyesalan, kesedihan, kerinduan, ketakutan, kebencian. Aku mengerti, semua itu adalah satu paket kehidupan yang harus dijalani, meskipun setiap orang memiliki porsinya masing-masing. Aku tak bisa terus lari dari takdirku.”
Mbah Dirjo mengangguk pelan. “Kau akan terlahir kembali, Badra, dengan hati yang lebih kuat dari sebelumnya. Mbah pernah seperti dirimu saat muda dulu, berkelana melalang buana mengikuti hasrat dunia yang sejatinya hanya sementara. Petualangan akan menghadirkan banyak rasa sakit dan kebencian. Pada akhirnya kita hanya bisa menyalahkan Tuhan dengan apa yang tak bisa kita dapatkan. Begitulah manusia, Badra, selalu menginginkan semua berjalan dengan sempurna. Nyatanya dunia tak seperti itu. Tidak semua yang kita inginkan bisa tercapai dan tak semua yang kita takutkan akan terjadi. Kita cukup menikmati setiap detik yang Tuhan berikan. Berperasangka baik adalah cara terbaik berdamai dengan keadaan. Pada hakikatnya dunia hanyalah sementara, tempat ujian yang menentukan kehidupan selamanya. Kau sudah melewati fase terendah dalam hidup. Sebuah titik di mana rasa manusia itu dipertanyakan, dan hari ini kau sudah mendapatkan semua jawaban itu. Pulanglah, Badra, kau telah berhasil melewati titik nadirmu.”

หนังสือแสดงความคิดเห็น (171)

  • avatar
    SUPRIADICEPI

    Cerita yang banyak sekali dinamika yang terjadi dan ada inspirasi yang bisa kita ambil, Terimakasih kepada penulis sudah memberikan cerita yang kaya akan alur

    03/04/2022

      0
  • avatar
    francescaFioren

    ceritanya sangat menarik, ceritanya mudah di pahami, banyak pesan moral, wajar ratingnya tinggi, cerita alurnya sangat menarik, sangat bagus cerita nya, saya akan memberi tau temen saya untuk ikut melihat cerita/novel ini

    02/03/2022

      8
  • avatar

    Novel yang menceritakan kisah yang sangat menarik. Alur ceritanya sangat mudah dipahami. Bahasa yang digunakanpun mudah dicerna dan dimengerti. Bravo buat sang penulis.

    28/02/2022

      4
  • ดูทั้งหมด

จบ

คำแนะนำสำหรับคุณ