logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Kehadiran

Berita heboh tentang kedatangan murid baru langsung menyebar cepat. Biasanya Tara menjadi salah satu manusia yang ikut antusias dengan hal itu, tetapi kali ini berbeda. Saat teman-temannya bercerita antusias pikiran Tara hanya tertuju kepada Damar, hanya itu saja.
Karena tak suka dengan keramaian kelas, Tara memutuskan ke lapangan basket, untung saja di sana sedang sepi. Rapat guru, Tara benar-benar bosan karena hal itu. Seharusnya jika belajar Tara bisa mengalihkan pikirannya, walau untuk sesaat.
Kedua matanya menatap ke depan tanpa minat, sudah seminggu sejak dia dan Damar menjadi seperti orang asing. Tara tersenyum kecut, tak tau caranya untuk tetap sabar menunggu Damar.
"Hai!" Tara menoleh sebentar, mengernyit saat melihat sesosok cowok yang sama sekali tak dia kenal malah duduk di sebelahnya.
"Ngapain di sini ... Sendiri?" Tara berdehem saat merasakan tenggorokannya kering.
"Lo sendiri?" tanya Tara.
"Siswa baru," balas cowok itu membuat Tara memutar tubuhnya.
"Jadi lo yang buat satu sekolah heboh!" Tara mendengkus sebal, menatap cowok itu dengan tatapan kesal.
"Bukan salah gue kali, salah mereka yang heboh begitu."
"Sama aja," balas Tara tak terbantah.
"Sean."
"Ha?" Tara menatap cowok di depannya tak paham.
"Nama gue Sean, dan lo?" Cowok bernama Sean itu menjulurkan tangannya, menunggu balasan Tara.
"Tara," balas Tara langsung menarik tangannya kembali.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Sean. Tara mengedikkan bahu tak tau.
"Seharusnya gue yang nanya gitu." Sean mengangguk. "males ditanya-tanyain," balas Sean.
"Lo sering di sini?" Sean mengedarkan pandangannya ke lapangan besar yang terasa sejuk itu.
"Iya, sama seseorang." Tara tersenyum saat mengingat momen itu. Damar biasanya sangat suka mengajak Tara ke sini, hanya sekadar menemani Damar berlatih atau bermain basket.
"Orang itu mana?" Tara kembali mengedikkan bahunya.
"Lo kepo," kesal Tara. Sean tertawa lalu bungkam.
Keduanya sama-sama diam, Tara sedari tadi sibuk menatap ke tengah-tengah lapangan. Membayangkan Damar ada di sana seperti dulu.
"Gue ke kelas dulu, lo hati-hati di sini." Sean menyentuh pucuk kepala Tara membuat sang empunya tersentak kaget. Namun, Tara langsung tersadar dari semuanya dan mengangguk kaku membalas Sean.
Selama dua tahun Tara jarang sekali melakukan kontak fisik selain dengan Damar, dan ternyata rasanya begitu membuatnya tak terbiasa. Damar, memang efek semua tentang Damar itu sangat berpengaruh untuk Tara.
***
Ternyata Sean masuk ke kelas yang sama dengan Tara, Tara senang-senang saja karena kelasnya akan semakin ramai. Lagi pula Sean juga orang yang baik dan ramah, baru satu hari bersekolah saja sudah banyak yang menyukai cowok itu.
"Temenin ke kantin, dong?" Tara menghela napas kasar, walau begitu tetap bangkit menemani Sean ke kantin. Dia sempat protes karena Sean malah mengajaknya dan menolak teman-teman yang lain, tetapi karena banyak sekali pembelaan yang Sean berika akhirnya Tara menurut saja.
Di sinilah keduanya sekarang. Di tengah-tengah kantin menyantap makanan masing-masing, Sean ternyata tipe seseorang yang cukup banyak bicara, sejak tadi sampai sekarang banyak sekali yang cowok itu ceritakan.
"Jadi kamu udah ada pacar?" Tara mengangguk saja menjawab pertanyaan Sean.
"Yah, sayang banget." Tara menaikkan sebelah alisnya menatap Sean.
"Padahal mau ngajak pdkt." Tara memutar bola matanya malas mendengar ucapan Sean, walau begitu tak urung Tara tertawa karena candaan Sean.
"Lo pindah ke sini karena apa? Jangan bilang karena lo nakal di sekolah lama?" tanya Tara penuh selidik. Sean menggeleng, membantah tuduhan Tara.
"Gila aja! Gue anak baik-baik, ya." Tara menatap tak percaya, walau dilihat-lihat nyatanya memang seperti itu.
Saat ingin menjawab ucapan Sean mata Tara tak sengaja bertubrukan dengan mata seseorang. Tara ingin bangkit, tetapi diurungkan saat melihat Damar tak sendirian.
Tara meremas jemarinya, entah kenapa matanya menjadi panas melihat itu. Tak tahan lagi saat Tara melihat seorang gadis memeluk lengan Damar manja, dan Damar hanya diam saja.
Tara bangkit dengan wajah marah hal itu membuat Sean ikut bangkit karena khawatir dengan Tara.
"Damar!" Seluruh kantin langsung memerhatikan Tara, bahkan berbisik yang tidak-tidak.
"Awas lo!" Tara mendorong bahu Tia hingga hampir terjatuh, tetapi dengan sigap Damar menahannya.
"Apa-apaan, sih?" Damar menatap Tara tak habis pikir. Ucapan Tia kemarin langsung dibenarkan olehnya ketika melihat Tara bertingkah seperti ini.
"Kamu yang apa-apaan!?"
"Kenapa kamu deket-deket sama dia?" Tara menunjuk Tia penuh emosi, tangannya langsung ditepis kasar oleh Damar. Semua itu tak lepas dari perhatian Sean yang berdiri di belakang Tara.
"Bukan urusan lo, udah cukup selama ini lo nyakitin sama gue."
"Sahabat?" Seketika hening. Tara menatap Damar dan Tia bergantian, dia yakin jika ini semua ulah wanita ular di samping Damar.
"Dia bukan sahabat kamu, Damar!" teriak Tara kesal.
"Bukan urusan lo!" balas Damar membentak. Tara tak bisa lagi menahan air matanya, dia tak tau bagaimana pikiran Damar. Selama ini dia sudah menjelaskan jika mereka punya hubungan, lalu kenapa Tia dengan semudah itu membuat Damar percaya.
"Tara." Sean yang sedari tadi diam menarik Tara ke sampingnya, menatap tak suka ke arah dua orang yang begitu masih asing untuknya.
"Stop nyakitin Tara!" tegas Sean tak suka. Damar tersenyum miring merespons ucapan Sean.
"Bilangin pacar lo, jangan kecentilan!" Setelah mengatakan itu Damar pergi, tak lupa membawa Tia pergi juga.
Hancur sudah pertahanan Tara, gadia itu terisak kencang membuat Sean menariknya ke dalam pelukan. Sean diam saja sambil mengelus rambut bergelombang gadis itu, ingin berbicara. Namun, takut jika ucapannya salah, karena mau bagaimana pun dia masih orang asing bagi Tara.
***
Sean sedari tadi menatap wajah sembap gadis di depannya dalam diam. Membiarkan Tara menenangkan dirinya terlebih dahulu. Sean benar-benar tak habis pikir dengan cowok yang tadi bertengkar dengan Tara, sekarang yang dia pikirkan siapa cowok itu hingga membuat Tara tak berhenti menangis seperti ini.
"Kenapa rasanya sakit banget, ya?" Akhirnya Tara membuka suara. Suaranya serak akibat banyak menangis. Bahkan demi Tara, Sean rela bolos menemani gadis itu di rooftoop.
"Dia siapa?" tanya Sean akhirnya. Dia benar-benar penasaran.
"Damar," ucap Tara.
"Pacar gue," lanjutnya sebelum mendengar protesan Sean.
"Cowok brengsek gitu masih lo anggap pacar?" tanya Sean tak habis pikir.
"Dia enggak begitu!" bantah Tara tak suka. Memang Dama bukan laki-laki yang baru saja Sean ucapkan.
"Tapi-"
"Dia hilang ingatan," ucap Tara membuat Sean bungkam.
"Semuanya berubah karena kecelakaan itu." Tara menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menangis terisak di dalam sana.
Tangan Sean terulur mengelus kepala Tara, ikut merasakan apa yang gadis itu rasakan.
"Dia ngelupain semuanya, termasuk hubungan kami."
"Pasti semuanya bakal balik lagi kayak dulu," ujar Sean menenangkan.
"Tapi kapan?!" Sean mengedik. Dia pun tak tau segala yang terjadi hari ini atau besok.
"Lo cuma perlu yakin. Setiap usaha pasti dapat hasil yang memuaskan." Sean mengulas senyum. Namun, di mata Tara itu bukan senyum bahagia.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (73)

  • avatar
    Iamraaaaa2

    sukak bangettttt terimakasih udah mau buat cerita ini ya kak🥺❤️ btw masih ada kelanjutan ceritanya nggak kaak?kalo ada gak sabar banget nungguin nya

    25/01/2022

      2
  • avatar
    DandelionSenja

    Ceritanya seru, greget juga. Makasih buat Author yang udah buat cerita sebagus ini🤗❤️🔥

    25/01/2022

      3
  • avatar
    CooWalz

    bagussssss

    14d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด