logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

1. Cerita yang Telah Usai

"Aku paling benci saat mengingat cerita masa lalu. Karena di situ, aku selalu menemukan kebodohan-ku yang terlalu mencintai hal yang tabuh."
•~ARSILA~•
"Angin tidak berhembus menggoyangkan pepohonan, melainkan untuk menguji kekuatan akarnya."
—Ali Bin Abi Thalib—
.
.
.
.
Happy Reading!
Korea Selatan, awal bulan Mei tampak begitu cerah. Seorang gadis berjalan pelan menyusuri jalan yang di penuhi dengan hamparan bunga Sakura dan bunga-bunga liar yang bermekaran di tepi Danau Seokchonhosu.
Pandangannya mencari-cari tempat yang bisa ia duduk di pinggiran Danau, lalu pandangannya tertuju pada kursi panjang di bawah pohon tinggi yang tampak kokoh. Gadis itu duduk di sana sendiri, sembari mengeluarkan buku bacaan tentang kisah cinta sahabat Nabi yang menggetarkan hati. Ya, kisah cinta putri dari Rasulullah, Zainab. Dengan suaminya Abdul Ash yang dulunya berbeda Keyakinan.
Kisah cinta mereka tak semudah yang dibayangkan, apalagi setelah turunnya firman Allah tentang larangan menikah dengan orang yang berbeda Agama. Abdul Ash melakukan berbagai macam cara untuk mencari hidayah untuk masuk ke dalam agama islam agar ia bisa dipersatukan dengan Zainab.
Waktu pun berlalu, hingga tibalah hidayah itu datang kepada Abdul Ash. Dia langsung masuk Islam dan mempersunting sang pujaan hati, Zainab.
Tak terasa air mata gadis itu jatuh, tatkala membaca kisah cinta yang sangat menyentuh hati. Timbul juga rasa kagum dengan sosok Abdul Ash yang tidak mau masuk Islam karena cintanya kepada Zainab, tapi dia lebih memilih mencari hidayah nya sendiri untuk meneguhkan hati.
"Allah, bisa kah kisah cinta ku berakhir bahagia seperti mereka? Mengarungi bahtera dalam satu perahu yang sama, saling mencintai sampai ke jannah-Nya."
Aku tahu, kehilangan adalah bagian dari kehidupan yang pasti diterima dan laki-laki itu bukan Abdul Ash yang berjuang tapi laki-laki itu hanya tahu menanam luka tanpa tahu cara mengobatinya.
Hingga tanpa disadari gadis itu seseorang sudah berdiri di belakang tempat duduknya sembari bersedekap dada. Orang itu memilih diam dan tetap berdiri diposisinya selama beberapa menit kemudian berdehem pelan.
"Masyaallah! Abang. Abang ngapain datang kesini? Terus kenapa bisa tau aku ada di sini?" Gadis itu langsung mengusap air matanya lalu berdiri dari tempat duduknya dan menyambut Abang kesayangannya, yang bernama lengkap Azzam Khalid Wiratama. Penerus dari perusahaan ternama di Indonesia, yaitu Wiratama grub.
"Jawab salam abang dulu kenapa si dek, dari tadi abang perhatiin kamu sibuk banget melamun," Azzam langsung mengambil tempat duduk disamping adik kesayangannya.
"Emang abang tadi datang ucap salam?"
"Udah dari pertama kali abang datang kesini kali, Arsila Mutia Kalli." sambil mencubit hidung adiknya gemas.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Abang," jawab Arsila sambil tersenyum masam kepada Azzam. "Ni, udah aku jawabkan. Sekarang Abang jawab dulu pertanyaan Sila tadi."
"Abang kesini karena kangen sama adik abang yang satu ini. Udah 3 tahun loh kamu ngak pulang ke Indonesia, ngak rindu apa sama Abi dan Umi di sana?"
Arsila tertunduk mendengar penuturan Azzam. Kalau ditanya seperti itu, Arsila pasti langsung menjawab rindu, bahkan sangat rindu. Tapi dia belum bisa memaafkan semuanya.
Tentang penghianatan hari itu hingga berujung dengan kepergian orang tuanya untuk selama-lamanya dari muka bumi ini.
"Arsila belum siap bang," Arsila tertunduk dengan air mata yang sudah tumpah dengan sendirinya. Melihat adiknya menangis, Azzam langsung bergerak memeluk tubuh Arsila.
"Abang tahu, luka itu tetap sama bang. Ngak pernah hilang. Sila juga ingin hidup bahagia seperti mereka, bang. Tentang rasa sakit itu, Sila udah berusaha untuk memaafkan semuanya, tapi ngak bisa."
Kita tidak bisa merubah seseorang, Azzam menyadari satu hal itu dengan pasti. Karena hanya orang tersebut yang bisa merubah dirinya sendiri karena Azzam tahu posisinya hanya sebagai perantara dari semua pesan-pesan yang ingin di sampaikan pencipta lewat semua ujian yang di berikan kepada hambanya.
Keputusan untum memaafkan atau tidak, itu urusan dirinya sendiri, Azzam hanya memberikan sedikit masukan agar adiknya tidak merasa sendiri. Kehilangan orang-orang yang terdekat di hari yang sama, hari di mana pintu masalah terbuka dengan sangat lebar hingga membuat luka adiknya teramat besar.
Permainan semesta terlalu membuat rapuh, ia memisahkan apa yang seharusnya sudah cukup untuk tidak bersama lagi. Adiknya sudah terlalu banyak menanggung beban, kalau saja di berikan pilihan Azzam ingin dirinya saja yang berada di posisi itu asalkan jangan adiknya.
Azzam semakin mempererat pelukannya, seolah ingin mempertegaskan kalau Arsila tidak sendiri. Masih ada Azzam yang bakalan selalu ada untuk dirinya.
"Ambil semua waktu yang kamu inginkan, Abang berharap suatu hari nanti  kamu bisa mengikhlaskan semuanya. Dan sampai menunggu hari itu tiba, abang janji bakalan selalu ada di samping kamu, menemani kamu berjuang sampai akhir."
Azzam hanya berusaha seperti ini, menjadi wadah bagi adiknya saat merasa sendiri. Bukankah tempat ternyaman bagi seseorang adalah saat pendapatnya tidak di sanggah dengan tajam oleh pendengarnya, melainkan dengan kata-kata lembut agar hatinya bisa terketuk untuk berjalan kembali pada garis edarnya.
*****
"Udah belum si dek, belanjanya? Abang capek tau ikutin kamu kesana-kesini. Lihat tangan abang, udah penuh sama belanjaan kamu. Jadi ayo pulang."
Setelah pulang dari Danau Seokchonhosu tadi, Arsila dan Azzam langsung pulang ke Apartemen yang ada dikawasan Gwangjin-gu.
Niat hati ingin masak sesuatu buat Azzam tapi tak bisa karena terhalang bahan makanan di kulkas sudah kosong. Jadi berakhirlah mereka di pasar tradisional ini.
Pasar Namdaemun atau Namdaemun Sijing, terletak disebelah timur gerbang besar Selatan (Sungnyemun) yang bersejarah dengan luas 40.000 m². Dibangun pada tahun 1946, pasar Namdaemun merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Korea.
"Sebentar lagi bang, ini tinggal beli buah-buahan. Kalau capek abang duduk aja di sana dulu, nanti kalau udah selesai Sila bakalan hampirin Abang di sana, ya." Sambil tersenyum memamerkan giginya yang rapi, "kapan lagi tau bang, Sila bisa ngabisin uang di ATM abang yang banyak ini, hehehe."
"Dasar adik durhaka, pergi sana. Kalau ATM abang itu bisa kamu abisin dalam jangka waktu 15 menit, abang traktir kamu jalan-jalan keliling dunia. Hahaha."
Azzam tertawa pelan melihat tingkah Arsila. Kadang ia bersikap seperti anak-anak yang kehidupannya tak pernah ada masalah. Kadang juga dia bersikap tidak peduli dengan sekitarnya. Yang lebih parahnya lagi, Arsila bisa bersikap seperti orang mati yang sudah tak ada nyawa.
"Abang berharap, di sini kamu bisa menemukan kebagian yang kamu cari. Menjadi tempat terbaik mu dalam mengobati luka lama yang membuat hatimu mati. Untuk hari ini abang bahagia melihat tawamu yang perlahan mulai kembali."
Ada ribuan syukur yang di langitkan Azzam hari ini, apa yang lebih indah dari bulan sabit adalah saat melihat senyum itu kembali terbit dari wajah adik kesayangannya. Azzam rela uang di ATM nya habis jika harus membeli ribuan bahagia untuk adiknya saat ini.
🌾🌾🌾
Yeyy akhirnya update lagi😇

หนังสือแสดงความคิดเห็น (41)

  • avatar
    AliaCheta82

    good

    1d

      0
  • avatar
    Momz Brio

    bagus

    19/07

      0
  • avatar
    Soraya Soraya

    asik bett, cepat bikin kelanjutan nya udah gak sabar

    06/03

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด