logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

BAB 5 : Selingkuh?

Setelah layar handphone Dean mati, secara bersamaan Dean melepas ciumannya dari bibir Sarah. Ia tak menyadari kalau sebenarnya tadi terangkat telepon dari Laura.
Dia pun tersenyum ke arah Sarah kemudian di tangkupnya pipi Sarah, di belainya pipi itu dengan kedua jempolnya dan kembali ia mencium dalam bibir Sarah.
Setelah 5 menit lelaki berbadan kekar dan tinggi itu pun melepas ciumannya. Kemudian ia kembali menatap wajah wanita yang ia rindukan dan ingin ia nikahi saat itu dengan tatapan dalam. sebuah senyuman manis mengembang dari bibir Sarah yang berwarna merah merona.
"Kau jahat Delano, pintar sekali mempermainkan hati seorang wanita sepertiku." Kata Sarah dengan merapikan pakaiannya akibat ulah Dean.
Lelaki itu pun hanya tersenyum masih sambil memegang kedua pipi Sarah.
"Dari dulu kau tidak pernah berubah Sarah. Maafkan aku ... Aku harus menikah dengan gadis lain, kau tahu sendiri, 'kan alasannya."
"Aku mengerti sayang, tidak masalah, yang penting kita masih bisa bertemu seperti ini," Ungkap Sarah sambil melingkarkan tangannya di leher Dean.
"Tentu saja." Jawab Dean sambil tersenyum manis ke arah Sarah.
***
Sementara itu Laura.
Laura terasa lemas saat ia mendengar suara aneh seorang wanita lain di kantor Dean. Pada awalnya dia berpikir dengan menikah dengan Dean, dia bisa hidup bahagia dan tenang tapi ternyata dia salah.
Laura pun kemudian menunduk dan mulai menangis dalam hati, ia genggam erat dadanya lantaran terasa sakit akibat depresi di dirinya. Sakit Laura akan kambuh saat ia merasa tertekan.
Malam harinya, saat itu jam menunjukkan pukul 10. Dean pun pulang dari kantornya, tidak seperti biasa lelaki tampan dan tinggi itu pulang lebih malam dari biasanya.
Semua orang termasuk Laura sudah menunggu kedatangan Dean yang kini sudah berstatus menjadi suami Laura.
Cklek.
Pintu terbuka, dengan memakai style jas hitam sambil membawa tas kantornya, ia masuk dengan santainya ke dalam rumah. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat seluruh keluarganya sudah berada di sofa sambil menatapnya penuh tanya.
"Ada apa ini?" tanya Dean.
"Ada apa? Dean, apa kau sadar sudah jam berapa sekarang?!" tanya Austin kesal.
"Jam 10." Jawab Dean dengan nada pelan dan cuek.
"Benar! harusnya kamu bisa pulang lebih awal dari kita karena kamu sudah punya istri!!" Ungkap Austin kembali kesal.
Saat Dean hendak ingin mengatakan mengenai ketidaksukaan pernikahannya dengan Laura, lelaki berwajah oval dan sedikit berkumis juga berjanggut itu langsung menahan kata-katanya dengan memejamkan matanya erat menahan kesal.
"Dean, Kenapa kau berubah nak? Ibu selalu mengajarkan pada anak-anak ibu untuk bertanggung jawab tidak seperti ini. Laura adalah istrimu dia akan merasa nyaman dan tenang juga akan menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri kalau kau ada di sisinya. Tapi kalau kamu tidak ada di sisinya, bagi dia rumah ini seperti rumah orang asing nak," Jelas sang ibu yang langsung di tanggapi helaan nafas panjang Dean.
"Maaf bu," Jawab Dean pelan sambil menahan kesal.
"Dean, ayah tahu kamu belum siap menikah tapi ayah mohon padamu jangan seperti ini lagi, kau mengerti! Kalian belum rumah sendiri sudah seperti ini bagaimana kalau kalian nantinya tinggal di rumah sendiri?" Ucap sang ayah dengan nada tegas.
Dean hanya diam saja saat itu, kemudian ia melirik ke arah Laura yang saat itu sedang menunduk.
"Yaa sudah, ibu harap kejadian ini tidak terulang dan terakhir kalinya, sekarang masuklah bersama istrimu dan beristirahatlah." pinta Jasmine dengan nada lembut layaknya seorang ibu.
Dean pun mengangguk kemudian dia melangkahkan kakinya menuju ke kamar. Ia sempat berhenti sejenak tepat di hadapan sang istri, Laura.
"Maaf," Ucapnya sedih, bukan karena ia menyesal, tapi justru karena Dean merasa semua orang memarahinya.
Laura pun menatap ke arah Dean kemudian mengangguk. Setelah itu, di raihnya tangan sang istri kemudian mereka pun menuju ke kamarnya.
***
Sesampainya di kamar.
Mereka pun masuk ke dalam kamar bersamaan dan masih bergandengan tangan.
saat sudah di dalam kamar..
Dean menghentikan langkahnya kemudian menatap Laura yang saat itu masih menunduk karena takut juga rasa sedih saat di telepon tadi.
"Ada apa kau tadi meneleponku?" tanya Dean penasaran.
"Ma--maafkan aku ... Aku hanya ingin memberitahu kalau ada berkas kantormu yang tertinggal," jelasnya sambil menunjuk ke arah meja rias.
Dean menoleh ke arah meja rias dan langsung melihat sebuah berkas di sana.
"Oh, maaf ... Aku lupa. Tapi, terima kasih," Ungkapnya.
Laura masih menunduk dia hanya mengangguk menanggapi perkataan sang suami.
"Tidurlah, sudah malam."
Laura kembali mengangguk menanggapi perkataan sang suaminya, namun, saat Dean hendak melepas jasnya. Gadis yang sudah bergelar istri sah lelaki gagah dan tampan itu pun langsung membantu. Dean yang merasakan hal itu langsung berhenti dan menatap Laura terkejut dan heran.
"Apa yang kau lakukan?" Dengan nada sedikit tajam ia keluarkan pada istrinya ini.
Laura hanya diam saja saat itu dan tidak berani menatap Dean, namun kedua tangannya masih memegang jas hitam milik Dean. Dean  pun menghela nafas kesal kemudian ia pun mulai melepaskan jas nya dan membiarkan Laura yang menggantungkannya di dalam lemari.
Setelah itu Dean pun masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya untuk membersihkan diri, Sementara Laura dia langsung berbaring dan mencoba untuk tidur.
15 menit kemudian.
Dean keluar dari kamar mandi dan langsung melihat Laura yang sudah tertidur. Dia menghembuskan nafasnya kemudian berbaring di samping istrinya.
Lelaki yang saat itu hanya memakai kaos putih tipis dan celana pendek itu tidak bisa tidur. Dia mengusap rambutnya yang basah kemudian menatap punggung sang istri.
"Dean ... Kenapa kau seperti ini? Ini bukan dirimu yang sesungguhnya, tapi ... Ah ... Lupakan!" batin Dean kesal sambil mengusap kembali rambutnya dan membalikkan tubuhnya berlawanan dari punggung Laura.
Laura saat itu menghadap ke arah kanan, sedangkan Dean menghadap ke kiri. Dean pun mengingat penjelasan ayahnya kenapa dia harus menikahi gadis yang kini tepat berada di sampingnya itu.
Dengan helaan nafas pasrah sambil memejamkan matanya ia pun kemudian kembali membalikkan tubuhnya ke arah sang istri kemudian langsung memeluknya dari belakang.
"Aku tidak boleh seperti ini, baiklah mulai sekarang, aku akan mencoba untuk mencintaimu, Meskipun aku mencintai orang lain." batin Dean kemudian ia memejamkan matanya dan tertidur sambil memeluk Laura.
Laura yang belum tertidur pun bisa merasakan pelukan Dean yang hangat. Dia terkejut campur bahagia di hatinya. Sebuah senyuman malu terpancar di wajahnya, ia merasa kalau Dean sudah mulai mencintainya. Ia pun memejamkan matanya.
***
Pagi harinya.
Laura membuka matanya dan langsung melihat wajah gemas Dean saat tidur tepat di wajahnya.
"A--apa ini? Apa dia masih memelukku saat tidur?" batin Laura kemudian dia pun tersenyum malu.
Lalu tiba-tiba Dean menggerakkan tubuhnya kemudian merentangkan tangannya dan tidur terlentang. Laura langsung duduk dan melihat suaminya itu dengan tatapan takjub.
Setelah itu gadis yang tinggi dan sedikit berisi itu pun bangun dan langsung menuju ke kamar mandi.
15 menit kemudian..
Cklek.
Pintu kamar mandi terbuka, sontak Dean terbangun dan tertegun saat melihat sang istri keluar dari kamar mandi dengan menggosok rambutnya yang hitam dan panjang karena basah dengan handuk. Entah apa yang dia rasakan saat itu.
Laura tidak menyadari kalau Dean sedang memperhatikan dirinya sedari tadi. Lelaki tampan itu dengan tatapan tidak mengerti akan perasaannya menatap terus lengkuk tubuh Laura yang hanya menggunakan handuk saja.
Kulit tubuhnya tampak terlihat putih mulus membuat gairah Dean naik entah kenapa penyebabnya. Padahal ia tidak ... bukan, ia masih belum mencintai Laura.
Tapi entah kenapa perasaan itu muncul begitu saja dibenaknya. Dean pun bangun secara perlahan kemudian dia sentuhnya tangan mulus Laura yang tanpa sehelai kain dari atas hingga bawah.
Gadis itu terkejut saat lengannya ada yang menyentuh. Tatapan pandangan mata mereka pun akhirnya saling bertemu. Hingga.
Dean membalikkan tubuh Laura, mata bulat gadis itu menatap heran penuh tanya kepada lelaki yang ada di hadapannya ini, "akankah...," Batin Laura.
Ditangkupnya wajah sang istri, kemudian ia cium bibir manisnya secara perlahan sambil membatin, "aku..., akan belajar mencoba mencintaimu."
Tanpa mereka sadari seorang wanita paruh baya mendengar hal itu dari balik pintu yang berniat hendak memanggil mereka untuk sarapan pagi. Dia menahan tawanya bahagia mendengar Dean dan Laura sedang melakukan perbuatan layaknya suami dan istri.
***
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Dean dan Laura sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama dengan semua keluarga barunya.
Ibu Dean, Jasmine, ia selalu melirik ke arah anak dan menantunya itu dengan senyum-senyum kebahagiaan.
"Kau kenapa istriku?" tanya James penuh heran.
"Tidak, hanya saja aku berharap Laura bisa cepat-cepat hamil suamiku." kata ibu Jasmine sambil mengunyah makanannya.
"Uhuk ... uhuk ... uhuk...." perkataan Jasmine membuat Dean terbatuk karena terkejut.
"Oh, maaf ... Aku berangkat kerja terlebih dahulu" Ungkapnya kemudian berdiri hendak keluar rumah.
Dean menatap ke arah sang istri kemudian ia hanya sekedar memegang kepala Laura dengan lembut dan tersenyum.
"Dean, hanya seperti itu?" Pertanyaan Austin berhasil membuat Dean terkejut kemudian terdiam heran.
"Hei, cium kening istrimu." Pinta Austin sambil tertawa.
Dean pun dengan wajahnya yang datar kembali menghampiri Laura kemudian mencium keningnya.
"Aku berangkat kerja dulu ya sayang," Ucap Dean kemudian langsung pergi meninggalkan semua orang.
Semua orang yang berada di sana menahan tawanya sementara Laura tersenyum malu.
***
Sesampainya Dean di kantor.
Dia pun turun dari mobil di parkiran kantor kemudian ia langkahkan kakinya berjalan di koridor kantornya dengan gagahnya menggunakan setelan jas biru tua yang menambah ketampanannya.
Tubuh Dean terlihat kekar dengan baju itu. Tidak hanya itu, Dean juga di dampingi dua orang lelaki yang berjalan di belakangnya dan mereka tidak lain adalah sekretaris dan manager di perusahaan milik Dean.
Sesampainya di ruangan kantor miliknya.
Dean pun duduk di kursinya kemudian ia langsung menandatangani berkas yang di berikan oleh sekretaris dan managernya. Setelah itu mereka pun keluar dari ruangan Dean.
Sesaat setelah sekretaris dan manager Dean pergi. Masuklah Sarah dengan baju ketat berwarna merah gelap dengan rambutnya yang terurai panjang berwarna hitam lurus.
Dia pun meletakkan tas hitamnya yang bermerek gucci dengan harga mahal kemudian langsung duduk di pangkuan Dean.
Dean sangat terkejut merasakan hal itu. Kedua tangan Sarah langsung melingkar di leher lelaki berbadan gagah itu. Tanpa basa basi Sarah pun memejamkan matanya kemudian mencium bibir Dean dalam sambil memejamkan matanya.
Dean yang merasakan hal itu sempat terkejut lantaran ia sudah ingin mulai mencoba mencintai sang istri, Laura. Tapi apa daya, ia kembali tergoda oleh Sarah akibat ciuman yang wanita itu berikan.
Dean pun kemudian secara perlahan memejamkan matanya dan juga ikut membalas ciuman yang Sarah berikan padanya. Bahkan tangannya juga menjelajahi tubuh Sarah.
Pada saat Dean dan Sarah sedang bercumbu mesra. Entah bagaimana James tiba di kantor Dean. Dia pun melihat ke arah pintu ruangan kantor milik sang anak yang sudah memiliki istri itu dimana bagian atas pintu itu terdapat sebuah kaca tembus pandang dan bisa langsung melihat aktivitas apa saja yang terjadi di dalam.
Ayah Dean pun melihat ke arah pintu itu dan terkejut.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (114)

  • avatar
    Glaisa Mina

    I can't relate I'm depression then I'm so insecure my face

    20/01

      0
  • avatar
    Nur Amira

    amazing novel i have ever seen ! good job and continue doing the good works!

    02/12

      0
  • avatar
    jhajha

    Super ganda nakakalungkot naispin pero kaya moyan

    01/11

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด