logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 WAKTU

Dua tahun telah belalu, suasana di Paris pada malam hari terlihat begitu megah. Tepatnya saat tahun baru berlangsung. Pesta kembang api yang begitu mewah terpantul dari gedung kaca. Semua orang berpesta ria dibawah menara merayakan tahun baru ini, namun tidak untuk wanita ini. Ia hanya menikmati perayaan dengan sebotol anggur di balik tirai kamarnya. Tanpa ia sadar seseorang telah masuk ke dalam kamarnya dan mengambil gelas berisikan wine dari tangannya.
"Kamu tidak ingin keluar? Berhentilah untuk minum-minum dihari seperti ini." Sapa seseorang dari kejauhan sambil berjalan mendekat kearah wanita yang memakai piama dengan segelas anggur ditangannya.
"Kapan aku mengijinkanmu masuk ke kamarku?" Balasnya dengan dingin dan sekilas melirik kearah pria yang kini berdiri disampingnya.
"Jangan seperti itu, aku hanya ingin menemanimu seperti biasanya." Balasnya kemudian dan menggambil gelas anggur yang ada ditangan wanita itu lalu meminumnya.
"Hah..kau jelas lebih sering membuatku sakit kepala dari pada menghibur." Desahnya sambil menatap kearah luar jendela. Terlihat jelas, pemandangan dengan lampu gedung diluar sana.
"Menurutmu begitu? Haha..kalau begitu aku cukup meminta maaf padamu bukan? Sorry!" Senyumnya, sambil mengisi kembali anggur digelasnya.
"Hahh..berikan gelasku! Kalau kau datang hanya untuk ini pergilah, aku sedang tidak ingin diganggu."
"Hahh..Kamu sudah melangkah sejauh ini rupanya, Kang Aran" Menggumam pelan sambil menatap wajahnya, Kang Aran. Ia kemudian melangkah ke arah meja kerja diruangan itu.
Pria itu mengeluarkan flashdisk dari kantong saku celana dan menancapkan ke laptop Kang Aran. Wanita itu meliriknya dan beberapa detik kemudian melangkah mendekat kearahnya. Ia hanya menatap wajahnya dengan bingung, lalu pria itu mengambil gelas yang ada ditangannya dan menyuruh wanita itu untuk duduk.
Dihadapan layar laptopnya yang menampilkan beberapa foto juga berkas informasi. Kang Aran mencoba untuk melihat foto-foto itu dan sesekali mengernyitkan matanya. Ia melirik kearah pria yang ada dibelakangnya, matanya mengatakan apa maksud dari semua file ini. Pria itu mengerti dan mencoba untuk menjelaskan padanya "Min Su Ran , itu nama ibu kandungmu."
Wanita itu, Kang Aran. Jelas terkejut dengan perkataan yang dilontarkan oleh pria itu, An Se Jong. Namun ia tetap bersikeras meminta pria itu melanjutkan perkataan dan memperjelas informasi yang ia dapatkan mengenai wanita yang bernama Min Su Ran.
"Min Su Ran adalah istri pertama dari ayahmu yang artinya dia adalah ibu kandungmu. Ibumu menderita sakit yang cukup keras yaitu jantung, selain itu ia meninggal karena mengalami kecelakaan. Hanya itu yang aku tau." Jelas pria bernama Ahn Se Jong itu.
Setelah selesai menerima semua penjelasan tersebut, seketika membuat telinga wanita itu berdengung dan merasa mual. Pengap akan kenyataan pahit yang selalu ia dengar selama satu tahun sejak kedatangannya kemari. Wanita itu berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan rasa sakitnya. Terasa pengap dari ujung kepala, dada hingga perutnya berkontraksi terhadap semua itu. Jelas, anggur tidak berpengaruh pada wanita ini. Tapi kenyataan pahitlah, makanan sehari-hari yang akan membunuhnya secara perlahan.
Perasaan Kang Aran sedikit lebih baik setelah mengeluarkan semuanya. Pria itu membantunya untuk segera istirahat lebih awal, supaya keadaannya cepat membaik. Terakhir kali keadaan Kang Aran lebih parah dari ini, kondisi mentalnya tidak cukup kuat untuk menerima semuanya, sehingga selama beberapa bulan terakhir ia harus mengkonsumsi resep obat dari dokter untuk memulihkan mentalnya.
"Kang Aran, hari ini cukup sampai disini. Istirahatlah, supaya besok bisa mengunjungi tempat tinggal ibumu dulu disini." Membantunya untuk berbaring ditempat tidur dan menyelimuti badannya.
"Tempal tinggal ibu?"
"Hm, besok pengacara ayahmu akan menjelaskannya. Sekarang kamu cukup istirahat. Aku akan membangunkanmu besok pagi." Pria itu memberikan penjelasan singkat dan segera mematikan lampu kamar Kang Aran untuk membuatnya agar cepat tidur.
Anh Se Jong perlahan melangkah keluar dari kamar setelah memastikan Kang Aran terlelap tidur menutup matanya. Ia juga sudah memastikan untuk mencabut file fladisk dan mematikan laptopnya.
Langit malam paris terlihat sangat ramai dan indah, kembang api tepat pukul tengah malam menghiasi seluruh kota. Bukan hanya kota paris, tentu saja seluruh dunia yang merayakan malam tahun baru padah hari ini. Anh Se Jong yang sedang memandangi langit malam, diluar balkon kamar apartemennya. Jelas mata yang memandangi ratusan percikan kembang api diatas sana namun garis ekspresi wajahnya sangat datar, seperti tidak merasakan emosi apapun.
Ia berjalan kedalam kamar dan mengambil ponselnya, berniat untuk menghubungi seseorang. Terlihat sedikit ragu untuk menekan nomor yang ada dilayar ponselnya. Berjalan kembali ke arah balkon dan menyelaraskan nafasnya dengan udara malam. Setelah merasa cukup tenang, Ia menekan nomor dan menanggalkan ponselnya ditelinga.
*
Suara dering ponsel membangunkan seseorang dipagi hari. Orang itu hanya melihat jam diponselnya dan mengabaikan panggilan masuk. Tepat pukul jam 7 pagi, panggilan masuk terus berbunyi. Seseorang akhirnya bangun lebih awal dengan desahan dipagi harinya. "Sayang~ kau sudah bangun? Ngh...kepalaku pusing." Erangan kecil dari seorang wanita yang bangun dari tidurnya
"Siapa yang menelponmu?" Tanya wanita itu kembali.
"Tidurlah, aku harus pergi." Balas pria yang memunggunginya sembari mengancingi dan merapihkan bajunya.
"Kau mau pergi kemana di jam segini?"
"Itu bukan urusanmu!"
"Apa maksudmu itu bukan urusanku? Jay, bukankah kita sudah tidur bersama?" Menanyakan sebuah penjelasan.
"Tidur bersama bukan artinya aku harus memberitahumu tentang urusan pribadiku."
"Apa? Jadi kau sama sekali tidak menganggapku?" Teriak wanita itu karena merasa kesal dengan jawaban pria yang ada dihadapannya sekarang.
"Kenapa kau menanyakan hal itu padaku? Jelas semalam kau hanya bermain nafsu denganku saja. Ah, apa kau sudah lupa tentang pekerjaanku? Jadi, jangan terlalu melibatkan perasaanmu padaku saat kita sedang minum." Perjelasnya dengan emosi dingin dan bersiap untuk pergi.
"Jay!" Bentak wanita itu kesekian kalian.
"Aku akan mengambil bagianku untuk yang semalam. Aku pergi." Mengambil beberapa lembar uang yang ada didalam tas wanita itu.
Pria itu pergi begitu saja dan mengabaikan ocehan yang dilontarkan si wanita. Cukup santai tanpa emosi apapun adalah salah satu cara menyelesaikan urusannya dengan wanita. Ia memegang kembali ponselnya dan segera menelpon balik seseorang. Singkatnya mengatakan bahwa akan segera pulang.
Melambaikan tangan untuk menghentikan taxi, keadaan pengar sedikit membuat kepalanya pusing. Ia segera memasuki taxi yang berhenti dihadapannya. Inila situasi malam, selalu membuat tubuh pria ini penuh dengan bau alkohol dan parfurm. Baginya sudah terbiasa, keadaan buruk seperti merupakan bagian dari hidupnya. Namun setelah pagi hari, dalam hatinya berharap bahwa semuanya seperti mimpi.
Lamunannya samar, beberapa kepingan ingatan perlahan muncul dikepalanya. Menatap kosong kearah luar jendela mobil, ada perasaan seperti menekan tumbuh dibagian dalam dada dan perutnya. Sesak, mual dan merasa muak pada akhirnya menjadi satu, membuat pria itu terlihat tidak waras setelah mendapatkan kembali ingatan malamnya.
*
Seseorang didalam rumah langsung beranjak bangun dari sopa dan berdiri didepan pintu saat mendengar suara tombol sandi rumahnya berbunyi. Senyuman seperti bayi yang ingin ia tunjukan. Pintu rumah perlahan dibuka dari arah luar, dengan raut wajah yang datar menatap kearah pria yang ada didepannya sekarang. "Brother!" Kejut seseorang dari balik pintu. Tapi sayangnya, target kali ini seperti batu. Tidak merespon sama sekali. Ia hanya mendengus saja.
"Ngapain berdiri disitu?" Tanyanya datar.
"Wellcome my brother~" Menunjukkan garis bibirnya.
"Hahh..dasar idiot! Minggir, kau cuma menghalangi jalan." Mendorongnya dengan cukup keras, agar menyingkir dari jalannya.
"Wahh..dasar gak punya hati. Bisakah kau sedikit lembut pada kawanmu ini? Kau tau, aku merasa kesepian belakangan ini. Hikss.."
"Dasar idiot! Pergi sana! Minta pada pak tua itu untuk menulis kontrak baru."
"Hei..apa kau sudah lupa? Pak tua itu..hahh bahkan aku sama sekali tidak ingin menyebut kata itu. Intinya, jangan pernah menyuruhku untuk kembali ke tempat itu!" Langsung membantah dengan keras perkataan yang dilontarkan Jung Jae Ha padanya.
"Terserahlah, kalau gitu nikmati waktumu sebagai pengangguran. Berhenti mengoceh tentang omong kosongmu itu padaku." Jung JaeHa mengernyitkan alis karena merasa lelah dan kesal mendengar omongannya.
"Hahh...kau sendiri apa menikmati waktu malammu sampai sekarang? Jung Jaeha, kau tidak ingin kembali?" Terus memberikan pertanyaan yang terbungkus sambil mengikuti langkahnya di belakang.
"Sudah ku bilang hentikan omong kosongmu. Lagi pula aku tidak punya tujuan untuk kembali. Jangan mengganggu, aku ingin istirahat." Ia langsung pergi ke kamar dan membanting pintunya dengan keras.
Kedua orang itu langsung terdiam setelah melempar bom satu sama lain. Mereka sebenarnya saling mengerti tentang posisi dan pekerjaan masing-masing, karena sudah sekitar satu tahun lebih mereka mengenal dan tinggal bersama. Terlepas dari semua itu, tentu saja mereka tetap menjaga batasan saat membicarakan perihal masalalu.
Cha Young Pil adalah teman sekamarnya Jung Jae Ha selama satu tahun ini.
Kepribadian yang ekstrovert tentu berlawanan dengan Jung Jaeha. Kejadian di masa lalu yang mempertemukan mereka, sampai pada akhirnya mereka tinggal dalam satu atap. Bangunan yang ditempati oleh mereka adalah sewa bulanan, cukup mahal untuk biaya dua orang. Tapi Cha Young Pil dan Jung Jae Ha selama satu terakhir ini sanggup untuk membayar sewaan. Sedangkan untuk kebutuhan lainnya, mereka dapatkan diluar.
Pertemuan Cha Young Pil dan Jung Jaeha saat itu karena pekerjaan. Cha Young Pil melihat Jung Jae Ha datang ketempat kerjanya dan meminta orang disana untuk memberikannya pekerjaan. Entah apa yang ada dipikiran pria itu, hingga menyerahkan diri ditempat kerja yang seperti ini. Jung Jae Ha dinyatakan lulus seleksi karena wajahnya yang tampan dan langsung menarik perhatian pelanggan wanita disana. Saat itu, Ia sendiri yang mengantarkan Jung Jae Ha untuk menghadap ketua. Dalam hatinya, Ia sangat penasaran dengan pria bernama Jung Jae Ha itu dan ingin sekali menanyakan banyak hal. Namun pada akhrinya ia memilih untuk memperingatinya,
"Hei, biar ku peringatkan satu hal. Setelah kau memasuki ruangan ketua, Jangan pernah menatap matanya lebih dari tiga detik atau kau akan mendapatkan masalah." Bisiknya pelan saat sampai didepan pintu ruangan ketua, Ia pun mengetuk dengan pelan untuk memberi tanda padanya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (66)

  • avatar
    03Sumarsi

    kak gem kak gem kata kata nya dong

    10d

      0
  • avatar
    AmiraNoor

    best

    20d

      0
  • avatar
    JumiatiJumiati

    keren

    25d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด