logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Broken Mirror

Broken Mirror

Teti Halilah


บทที่ 1 Awal Mula

Pagi ini Naura masih gusar dengan masalah yang tidak kunjung selesai di tempat kerjanya, tidur malamnya terganggu karena terus dihantui rasa bersalah. Kecerobohan dalam mengolah data keuangan membuat perusahaan tempat dia bekerja mendapat surat teguran dari kantor pajak, belum lagi masalah barang impor yang ditolak ijin masuknya oleh bea cukai.
“Mohon maaf untuk semua kekacauan yang saya buat, Pak. Saya memang tidak bisa menangani masalah impor barang, background saya bukan itu. Terlalu banyak yang saya tidak tau, sudah waktunya Bapak segera mencari orang lain yang lebih berpengalaman dari saya. Saya siap mengundurkan diri,” ujar Naura tegas.
Setelah mengatakan itu, dia tidak berani mengangkat wajahnya. Naura menunduk malu.
Masih terngiang di telinga Naura, saat Pak Hendi berteriak memarahinya di telepon semalam. Dia meminta Naura langsung menemuinya, begitu tiba di kantor.
“Saya nggak minta kamu mundur, saya minta kamu selesaikan! Saya sudah sampaikan ke kamu, mengenai surat dari kantor pajak itu. Saya sudah minta teman saya untuk mencari asisten untuk membantu kamu, jadi kamu tinggal pantau pekerjaannya. Saya tetap ingin kamu yang pegang pekerjaan impor, saya nggak percaya orang lain. Saya minta kamu!”
Pak Hendi memukul meja dengan tangan kanannya, Naura sudah sering menghadapi kemarahan Pak Hendi. Suara meja dipukul, telepon dibanting ataupun suara teriakan menjadi hal biasa untuk Naura. Tetapi pagi ini, Naura terkejut mendengar hempasan telapak tangan kanan Pak Hendi.
Ketakutan terlihat dari suaranya yang bergetar.
“Saya sudah gagal menjalankan tanggung jawab saya, Pak. Izinkan saya mengundurkan diri, banyak yang lebih mampu dari saya, saya berjanji akan selesaikan masalah ini. Demi kebaikan saya dan juga kebaikan perusahaan, setelahnya saya ingin mundur dari posisi saya saat ini.” Naura berulang-ulang meminta mundur, sehingga membuat atasannya kesal.
Naura tidak berani menatap pria itu, matanya tertuju pada ujung sepatu pantofel miliknya. Masalah yang tengah dia hadapi memang pelik.
Akibat kesalahan pertamanya, perusahaan harus membayar hutang pajak hampir ratusan juta, kemudian yang kedua, perusahaan diminta mengirimkan kembali barang yang sudah diimpor ke negara asalnya, Cina.
Untuk kesalahan kedua, memang bukan murni kesalahan Naura. Tetapi kesalahan Pak Alex, papa Hendi. Dia tidak berdiskusi sebelumnya dengan Naura, namun begitu ada masalah Pak Alex menolak untuk ikut bertanggungjawab.
Pak Hendi mengangkat telepon, “Tolong panggil Pak Beni ke ruangan saya,” ujar Pak Hendi ke sekretaris pribadinya.
Naura masih diam, dia mencoba mengatur nafas. Minggu lalu dia sudah berbincang dengan Beni tentang masalah impor, Naura juga sudah memintanya mencari orang lain yang lebih mumpuni. Namun, Beni menolak karena tidak ada permintaan langsung dari atasan mereka--Pak Hendi.
Toktoktok
Pintu ruangan Pak Hendi diketuk.
“Masuk,” ucap Pak Hendi.
“Duduk, Ben. Saya mau ajak kamu diskusi masalah Naura, kamu tau ‘kan masalah dia?” tanya Pak Hendi sembari menyenderkan badannya ke kursi yang dia duduki.
“Iya, pak. Saya tau, Bu Naura juga sudah sempat diskusi sebelumnya dan sudah mengajukan surat pengunduran diri,” jelas Beni sambil menatap Naura. Kali ini Naura memiliki keberanian untuk mengangkat wajahnya di depan Pak Hendi.
“Cepat sekali gerakan kamu, Naura. Kamu mau lari dari tanggung jawabmu? Mau cuci tangan!” seru Pak Hendi, emosinya kembali naik. Namun, kali ini Naura mencoba membantah ucapan Pak Hendi.
“Sebelumnya saya sudah katakan ke Bapak, saya akan selesaikan masalah ini. Setelah ini selesai, saya siap mundur, Pak!”
Pak Hendi menatap Naura tajam, “Kamu katakan akan selesaikan. How? Saya nggak liat ada progres dari masalah kamu, kalau masalah pajak memang sudah berjalan. Kamu sudah akui kesalahanmu, saya terima. Kamu lakukan itu karena mengikuti kemauan Tommy yang nggak jelas!” umpat Pak Hendi.
Tommy adalah paman, Pak Hendi. Yang juga adalah atasan Naura di bagian keuangan, sedangkan untuk bagian impor atasan Naura adalah Pak Hendi. Alur kepimpinan cukup rumit di tempat Naura bekerja, terlalu banyak yang mengatur. Namun, tidak memiliki cukup ilmu untuk memahami bidang masing-masing.
“Bagaimana Pak Beni? Kamu ada orang yang bisa bantu Naura? Saya tetap ingin dia mengurusi impor. Untuk keuangan, saya izinkan dia lepaskan tanggung jawabnya. Saya bisa terima alasannya, supaya dia tidak diganggu Tommy terus. Namun, Papa tetap minta barang itu bisa keluar dari bea cukai. Saya nggak mau barang itu dikirim kembali ke negara asalnya. Buang-buang uang saja, sungguh nggak masuk akal alasan mereka!” gerutu Pak Hendi.
Naura tidak ingin menimpali ucapan Pak Hendi, sudah terlalu sering dia memaklumi kesalahan atasannya. Dia menunggu reaksi Beni, karena mereka sudah sepakat akan mencari orang lain untuk menggantikan posisinya.
“Kesalahan memang ada di pihak kita, Pak. Karena barang itu memang dibatasi untuk diimpor, barang jenis baja yang kita pesan sudah ada di sini. Mereka sarankan kita membeli produk dalam negeri, bukan impor,” jelas Pak Beni.
“Lho, terserah yang punya uang dong. Mau impor kek, nggak kek. Harga impor lebih murah, kualitas jelas lebih bagus. Kok mereka seenaknya aja ngatur, kalau barang lokal lebih murah pasti banyak yang beli. Buktinya ‘kan barang lokal itu lebih mahal,” omel Pak Hendi.
Naura menahan senyum, saat Beni meliriknya. Dari tatapan matanya dia berharap Naura menyanggah ucapan Pak Hendi, tetapi Naura tidak melakukan apa-apa.
“Saya sudah menghubungi kenalan saya, dia paham mengenai hal ini dan bersedia membantu. Besok saya dengan Ibu Naura akan menemuinya di kantor bea cukai,” ucap Beni sembari menyenggol kaki Naura.
Rencana pertemuan yang disampaikan Beni barusan, belum pernah dibahas dengan Naura sebelumnya. Makanya Naura terkejut dengan ucapan Beni, dia takut Beni hanya asal bicara tetapi fakta sebenarnya tidak ada.
“Ya udah, geraknya yang cepat dong, Ben. Jangan kayak perempuan.”
Pak Hendi tidak melanjutkan ucapannya, dia tahu kata-kata barusan pasti menyinggung perasaan Naura.
“Saya minta kamu selesaikan ini, Naura. Kamu jangan terus memberondong saya dengan kata-kata mundurmu itu. Jangan lemah, baru kena masalah begini saja sudah minta berhenti. Buktikan kamu mampu, saya percaya kamu bisa,” pesan Pak Hendi menyemangati Naura.
“Baik, Pak. Terima kasih, saya akan diskusi lebih lanjut dengan Pak Beni di ruang meeting. Kami permisi, Pak,” jawab Naura dan bangkit dari kursi sofa yang sudah dia duduki sejak satu jam yang lalu.
Pak Beni membukakan pintu untuk Naura, “Kasih kabar baik untuk saya, ya. Saya nggak mau dengar kabar buruk lagi,” teriak Pak Hendi sembari berdiri dan berkacak pinggang.
Mereka melanjutkan diskusi di ruang meeting di sebelah ruangan Pak Hendi, Naura meraih gagang pintu dengan tergesa, lalu duduk berhadapan dengan Beni.
“Bapak serius ada yang bisa bantu kita? Kok nggak cerita sebelumnya?” tanya Naura kegirangan. Beni tertawa melihat tingkah Naura.
“Iya, ada. Sebelum saya menghadap Pak Beni, saya telepon dia terlebih dahulu. Katanya dia bisa bantu kita,” jawab Beni sembari mengeluarkan telepon genggamnya.
“Katanya? Masih belum pasti?” tanya Naura dengan suara meninggi.
“Yang tau detail masalahnya kamu, Naura. Aku sudah cerita sekilas, tapi dia minta kita langsung menemuinya di kantor bea cukai supaya bisa dibantu petugas di sana,” jelas Beni. Jemarinya masih belum lepas dari keypad telepon genggamnya.
“Jam berapa kita kesana, Pak?” tanya Naura lagi, sambil menyentuh lengan Beni.
“Maaf, ini saya sedang membalas pesan dari dia. Kita ketemu pukul sembilan pagi di bea cukai besok, nanti saya bawa mobil kantor. Nggak usah pake supir, jadi kamu nggak usah ke kantor dulu. Nanti aku izin ke Pak Hendi. Oke, ya. Aku dipanggil Pak Tomi.”
Beni berjalan dengan terburu-buru, Naura pun memakluminya. Begitulah kalau bekerja di perusahaan keluarga, semua minta diperlakukan seperti bos. Terutama Pak Tommy, dia selalu minta apa pun dengan cepat. Perintahnya tidak boleh ditolak!

หนังสือแสดงความคิดเห็น (109)

  • avatar
    AjaRoni

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    DavidHimang

    mantap

    14d

      0
  • avatar
    Moh Zamzam

    din sanmers ajgd aburuts anvvsagdyemnjaki skjis akis

    16/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด