logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 3 Misi

"Isna! " seru Rara sambil menarik tangan Vino menghampiri gadis itu.  Isna tetap berdiri di tempat menunggu Rara dan satu orang temannya.
"Ada apa? " tanya Isna.  Pandangan Isna tertuju pada cowok yang di sebelah Rara.  Dia ingat cowok itu yang kemarin meminta nomor ponselnya.  Pikiran Isna terlalu jauh,  dan mengira kalau cowok yang sedang bersama Rara adalah pacar Rara, karena mereka berpegangan tangan sangat erat.
***

Vino sudah berada di sebuah kafe Golden bersama Isna.  Sesuai perjanjian,  Rara tidak ikut ke kafe tersebut.  Pesanan sudah ada di meja makan, tetapi mereka masih saling asyik mengobrol.  Obrolan Isna terhenti saat mengingat Rara belum juga datang.
   "Vin, Rara mana? " tanya Isna tiba-tiba. 
"Rara nggak bisa datang,  dia fokus revisian skripsinya.  Sori dia tadi lupa kabarin kamu,  Is. "
Jawaban Vino langsung dipercaya oleh Isna.  Akhirnya,  Vino dan Isna memakan hidangan yang sudah tersedia di meja.
   "Is,  aku boleh jujur sama kamu? " tanya Vino setelah selesai makan.
  Isna mengangguk.  "Boleh."
Tanpa basa-basi Vino langsung memegang tangan Isna dengan sepenuh hati. "Isna,  aku suka sama kamu,  kamu mau nggak jadi pacarku? "
Isna bengong dan langsung melepaskan gengaman tangan Vino.  "Kamu jangan suka bercanda,  Vin!" Isna tertawa.
Vino mengernyit heran.  Keseriusan menyatakan perasaan pada gadis itu dibilang main-main.  Isna ini tipe gadis tak peka atau bagaimana?
"Aku serius,  Is. " Vino kembali mengenggam tangan Isna.  Isna tidak berkutik sama sekali.  Ditambah tatapan Vino yang menunjukkan keseriusan.
    "Ini terlalu cepat,  Vin, " jawab Isna pada akhirnya.  Lagi,  Isna melepaskan genggaman Vino.
Vino menunduk kecewa sambil tersenyum kecut.  Apa benar semua ini terlalu cepat?  Bukannya cinta bisa datang dalam waktu sedetik saja.
Keduanya saling terdiam,  sampai akhirnya Vino berdiri.  "Ayo pulang. " Cowok itu berjalan terlebih dahulu menuju kasir dan membayar.
  "Maaf atas jawabanku,  Vin. Aku jadi nggak enak hati,  deh, " kata Isna setelah mereka keluar kafe.
"Nggak apa,  Is.  Mungkin aku yang terlalu cepat menungungkapkannya.  Ya,  setidaknya kamu udah tahu perasaanku. " Vino menepuk bahu Isna pelan. 
"Iya,  deh."
****
  "Gimana semalam? Berhasil? " tanya Rara saat tak sengaja bertemu Vino di depan ruangan dosen saat akan bimbingan skripsi.
Vino terdiam tak menjawab pertanyaan Rara. Kalau Vino menjawab pasti Rara akan meledek dirinya. Rara tak menyerah, gadis itu kembali bertanya,  "Oiii, berhasil?"
Vino terdiam.  Dosen pembimbing masuk ruangan, segera Vino masuk ke ruangan untuk bimbingan.
  "Ditanyain diem, sekarang malah nikung bimbingan duluan! " seru Rara kesal.  Di lain sisi,  Rara penasaran dengan sikap Vino yang tak seperti kemarin-kemarin. Menyebalkan. 
Sepuluh menit kemudian,  Vino keluar ruangan,  Rara langsung menghampiri cowok itu.  "Lo kenapa,  sih?  Jangan diem aja!  Apapun yang terjadi,  gue nggak bakal ngejekin lo, kok. "
"Isna kayaknya nggak tertarik sama gue. " Setelah menjawab,  Vino pergi begitu saja.  Karena hendak bimbingan, Rara mengurungkan niatnya untuk mengejar Vino.  Gadis itu pun masuk ruangan  untuk bimbingan skripsi.
      "Bu,  ini naskah saya yang kemarin sudah saya revisi," kata Rara sopan sembari menyodorkan lembar kertas skripsinya.
Bu Ina membenarkan posisi kacamatanya dan mulai meneliti skripsi Rara bab 1 sampai 3. "Sudah bagus,  tapi perhatikan rata kanan kirinya,  ya,  Mbak? "
Rara mengangguk.  "Baik,  Bu.  Saya permisi. " Rara keluar ruangan dan menuju kantin.  Dalam perjalanan menuju kantin,  Rara terus memikirkan  Vino yang muka memelas karena ditolak oleh Isna.  Gadis itu harus cari cara agar mereka bisa jadian,  dan Rara bisa tahu rahasia di hidup Vino.  Tak butuh waktu lama,  Rara sudah memikirkan ide yang akan dipakai supaya Isna mau menerima Vino.
   "Otak gue nggak begok-begok amat," Rara mengusapkan kedua tangannya sembari tersenyum. "Pasti berhasil,  Rara gitu! "
***
  "Nggak apa,  Is," kata Rara sambil menyengol badan Vino.  Lalu gadis itu membisikan sesuatu pada telinga cowok itu.  "Buruan ngajak makan bareng,  atau apa,  lah.  Serah lo. "
Vino gugup bukan main saat berhadapan dengan Isna,  padahal kemarin dia bersikap biasa saja.  Aneh.
"Itu pacar kamu,  ya,  Ra? " tanya Isna tiba-tiba. 
Ucapan Isna membuat Rara kaget bukan main.  Mana mungkin Rara berpacaran dengan Vino,  makhluk menyebalkan yang pernah ditemuinya.
"Bukan,  lah. " Rara mengibaskan tangan kanannya di udara. 
"Itu tangannya erat banget,  ya? " Isna terkekeh.  Sadar dengan apa yang dimaksud Isna,  Rara langsung melepaskan genggaman tangan dari Vino.
"Jangan salah paham,  Isna, dia bukan pacar aku, kok.  Mana mungkin aku pacaran sama dia, " bantah Vino mentah-mentah. 
   "Siapa juga yang mau pacaran sama lo.  Nggak banget! " Rara tak mau kalah.  Adu argument pun terjadi antara Rara dan Vino,  membuat Isna hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
   "Udah,  jangan berantem mulu."  Isna mencoba menengahi keduanya.
"Lo sih,  Vin!"
"Ya udah,  kali ini lo bener,  Ra! "
Isna kembali tertawa.  "Kalian ada apa manggil aku? "
  "Buruan ngomong. "
Akhirnya dengan perasan gugup Vino  mengatakan maksudnya pada Isna.  Isna hanya mengangguk menerima ajakan Vino untuk makan malam nanti.
  "Aku mau,  Vin, tapi Rara ikut juga,  ya? "
  Vino mengaruk tenguknya yang tidak gatal.  Bagaimana tidak?  Mengajak Rara?  Tujuan Vino mengajak Isna makan malam untuk pendekatan antara dia dan Vino.  Menuruti kemauan Isna,  Vino mengiyakan. 
  "Oke,  soalnya kalau ada Rara, kan, kita nggak berduaan aja,  Vin." Isna tersenyum.
Rara heran dengan ucapan Isna. Bagaimanapun dia akan tetap membiarkan Vino dan Isna makan malam berdua.  Dia sudah berencana tak akan datang dengan sesuatu alasan.
"Ya udah,  aku mau bimbingan skripsi dulu,  ya? " Isna membalikkan badan dan meninggalkan Vino dan Rara.
  "Masak makan malam bertiga?  Ketiganya setan,  dong? " Vino mulai  protes.
"Maksudnya gue setannya gitu? " Rara mulai kesal dengan Vino.  Gadis itu apa yang dimaksud Vino "Ketiganya setan"
"Gue, kan, nggak bilang lo setan.   Lo sendiri yang bilang! Gue nggak mau tahu,  ya,  pokoknya lo harus bisa deketin gue sama Isna. Titik! "
"Iya,  santai saja.  Nanti malam gue nggak datang.  Tenang aja!" Raut wajah Rara berubah cemberut.  Kekesalannya pada Vino mulai memuncak.  Tak mau berdebat lebih lama,  Rara begitu saja.
"Kok main pergi gitu aja,  sih? "
  "Bodo amat! " Rara mempercepat langkah kakinya dan Vino mengejar Rara. 
  "Lo ngambek? " Vino tertawa puas.
  "Nggak! "
  "Ya udah,  gue juga mau bimbingan sama Bu Ina."
Rara menghentikan langkah dan menatap Vino.  "Dospem lo Bu Ina? "
  Vino mengangguk.  "Kenapa? "
  "Dospem gue juga beliau. "
  "Ikut-ikutan aja lo! "
Tanpa menjawab perkataan Vino,  Rara berlalu begitu saja.
   "Dasar cewek tukang ngambek!  Cepet tua nanti! " Suara Vino terdengar keras,  membuat orang yang di sekitar memandangnya dengan aneh,  dan ada pula yang menggelengkan kepala.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (87)

  • avatar
    Erna Wati

    mantap

    7d

      0
  • avatar
    asmidahnurshamidah

    sangat terhibur

    9d

      0
  • avatar
    Kurnia Adhi

    mantap

    29d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด