logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Nasib sial

Vino mengedarkan pandangan.  Ya,  cowok itu mencari perempuan incaran yang lusa dia lihat di Bale Lantip.  Kenyataan Vino tidak melihat perempuan itu.  Tak menyerah,  Vino memutari area kampus.
   "Itu cewek yang kemarin mana,  ya? " Vino sudah mulai putus asa.  Orang yang dimaksud tak kunjung ditemui.   Lalu Vino,  terus berjalan menuju jantung kampus.  Cowok itu setengah berlari berbelok. 
Brak
Vino menabrak seorang perempuan yang  sudah tejatuh di lantai.  Perempuan itu menatap Vino dengan tatapan sengit.
  "Lo lagi!" serunya.
Vino mengangguk,  dan dia paham perempuan itu siapa.  Ya, siapa lagi kalau bukan Rara.
   "Makanya kalau jalan lihat-lihat.  Matanya dipake,  Mbak! " serunya dengan nada mengejek.
Rara segera bangkit dan langsung menjewer telinga Vino sampai mengaduh kesakitan.
   "Jangan macam-macam sama gue lo,  ya! "
Vino semakin mengaduh karena jeweran Rara semakin kuat.
  "Lepasin!" seru Vino.
  "Minta maaf dulu baru gue lepasin."
"Ya,  gue minta maaf,  Mbak Cantik. "
Mendengar permintaan maaf Vino,  Rara langsung melepaskan jewerannya.  "Makanya jadi cowok jangan sok-sokan! " seru Rara kesal.  "Setiap ketemu lo kenapa gue selalu sial,  sih? "
Vino mencerna perkataan Rara. Pernyataan Rara pun disangkal.  "Yang ada kalau gue ketemu lo,  gue yang sial! "  Vino maju selangkah dan pergi begitu saja dari hadapan Vino.
   Sesampainya di jantung kampus,   Vino masih saja mencari perempuan itu.  Tak disangka,  akhirnya Vino bertemu dengan orang yang dia maksud.  Kesempatan yang dia nanti sudah di depan mata,  Vino menghampiri perempuan itu.
  "Mbak,  boleh kenalan? " tanya Vino ramah.
"Boleh,  Kak.  Nama saya  Isna. " Perempuan bernama Isna itu mengulurkan tangan pada Vino.  Cowok itu langsung menyambar uluran tangan Isna.
"Kamu angkatan tahun? " tanya Vino. Dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
  "2018. Saya transferan. "
Vino mengangguk. "Sama,  dong.  Transferan dari luar?"
Isna mengangguk. "Betul,  Kak. "
"Panggilnya Vino aja,  jangan Kakak. " Vino sedikit terkekeh.  Tanpa basa-basi,  Vino langsung mengambil ponsel di saku dan menyodorkan ponsel pada Isna.  "Saya minta nama kamu. "
Isna menyambar ponsel Vino dan langsung mengetikkan nomor ponsel.  "Ini, " kata Isna.
  "Terima kasih,  Isna.  Nanti saya WhatsApp,  ya? "
"Biar enak ngobrolnya manggilnya aku-kamu saja,  Vin. "
Mata Vino membulat.  Bagaimana tidak percakapan aku-kamu bagi Vino adalah ucapan ketika dua orang saling ada hubungan istimewa.
   Vino mengacungkan satu jempol.  "Siap,  Mbak Cantik. "
"Aku pamit dulu,  ya. "
Setelah berucap,  Isna meninggalkan jantung kampus.  Sementara Vino masih tertegun memandangi punggumg Isna yang sudah mulai menjauh.
    "Gue yakin gue bisa jadian sama dia. " Vino menjentikkan jari.
  Seketika ada orang yang menabok punggung Vino dari belakang dan ternyata Azar.  "Gue cariin lo ternyata lo di sini?  Ngapain? "
"Gue habis kenalan sama cewek,  Zar. " Vino menguncangkan tubuh Azar dengan perasaan senang.
  "Siapa? " tanya Azar penasaran.
"Besok gue kenalin! "
   "Dasar mata perempuan lo!" Azar menjitak kepala Vino.
  "Buat hiburan biar gue nggak stres aja,  Zar, " timpal Vino tak mau kalah.
"Kata Rara lo minum obat-obatan, ya? " Azar mulai mengingat perkataan Rara saat kemarin menceritakan hal tersebut.  Cowok bertubuh ceking itu penasaran dengan yang dimaksud Rara.
   "Gue memang suka minum obat.  Hampir tiap hari malah,  Zar! " raut wajah Vino mulai berubah.
  "Narkoba? "
Vino menggeleng dan mulai menceritakan alasannya pada Azar. 
***
"Zar,  itu cewek yang gue ceritain kemarin," tunjuk Vino pada gadis bernama Isna.
Azar mengangguk.  "Kalau itu sih gue juga kenal,  Vin.  Isna,  'kan? "
  Vino langsung menatap Azar serius.  "Kok bisa? "
"Sebelum lo kenal dia,  gue juga udah kenal duluan kali,  Vin.  Dia itu temennya Rara juga."
Nama Rara yang disebutkan Azar langsung membuat Vino menjadi ilfeel. Perempuan itu lagi? " Cowok itu menggeleng tidak percaya.  "Rara yang ngeselin itu,  ya? "
"Kok lo gitu amat sama Rara, sih? " Azar tertawa.
   "Gue nggak suka aja.  Dia itu cewek bawel dan ngeselin! "
"Apa lo bilang?  Gue ngeselin? " Terdengar suara dari belakang Vino.  Ya,  Rara tak sengaja lewat dan mendengar kalau  Vino menjelekkan dirinya.  Tanpa kata apapun,  Rara langsung menarik lengan Vino.  "Lo pikir gue takut sama lo? " Gadis itu menaikkan sebelah alis. Sedangkan Vino hanya melongo melihat kelakuan Rara yang mirip preman.
   "Santai, Mbak." Vino tersenyum mencairkan suasana.  Tetap saja Rara masih marah dan mencengkram kerah Vino semakin erat.
   "Lo itu cewek tapi kelakuan kayak. preman! " Ucapan itu langsung disambut Rara dengan baik,  dan gadis itu menginjak sepatu Vino dengan keras. Vino mengaduh kesakitan. 
   "Zar,  bilangin temen lo ini! " seru Vino.  Azar yang melihat kejadian itu hanya menggeleng sembari tertawa.
   "Rasain lo! " Azar bukannya membela Vino malah ikut-ikutan menghakimi Vino yang menderita.
"Lo memang temen sialan,  Zar, " rengek Vino.  "Lepasin,  Rara! "
Dirasa cukup,  Rara melepaskan cengkaraman.  "Makanya jadi cowok jangan sok. "
  "Itu kan ada Rara, kenapa lo nggak minta tolong dia buat deketin lo sama Isna, " saran Azar yang membuat Vino berpikir sebentar.  Setelah dipikir matang,  Vino memutuskan untuk meminta tolong  Rara mendekatkannya dengan Isna.  Awalnya,  Rara menolak dan akhirnya dia mau menolong Vino dengan suatu syarat.
   "Oke,  gue bakal bantu lo buat jadian sama Isna.  Tapi ada syaratnya.  Nggak ada di dunia ini yang gratis, ya! "
Vino mengernyit.  "Syarat apa? "
   "Lo harus kasih tahu gue yang lo minum itu obat apa. " Rara mengajukan syarat itu karena dia masih penasaran sebenarnya obat apa yang dikonsumsi Vino saat awal mereka bertemu.
Vino kaget bukan main.  Apakah dia harus mempertaruhkan rahasianya selama ini demi mendapatkan seseorang. Tanpa pikir panjang,  akhirnya Vino mengangguk.  "Oke, gue bakal kasih tahu rahasia terbesar dalam hidup gue,  tapi lo harus bikin gue pacaran sama Isna. Sebelum gue jadian sama Isna,  gue nggak bakal kasih tahu itu obat apa.   Gimana? "
Tanpa ragu, Rara  mengangguk dan menjabat tangan Vino.  "Deal."
    "Awas lo tipu gue. " Vino masih seolah tidak percaya dengan Rara.  Gadis itu mulai kesal dengan sikap Vino yang tidak percaya akan dirinya. "Kalau lo nggak percaya sama gue,  yaudah.  Nggak rugi juga buat gue.  " Rara mengibaskan rambutnya dengan sombong.
  "Udah lah,  Vin, percaya aja sama Rara.  Dia itu 'Mak Comblang'. "
"Mana ada tipe Mak Comblang kayak dia? "
  "Lo lama-lama ngeselin,  ya?  Intinya lo mau nggak gue bantuin?  Isna itu bukan perempuan yang mudah ditaklukkan.  Ya,  gue lebih kenal dia daripada lo! "
"Sotoy lo.  Nyatanya dia kemarin kasih nomernya ke gue. " Vino mulai berargumen, tak mau kalah dengan pendapat Rara. 
Rara menepuk jidatnya.  "Lo aja yang Geer.  Dia emang baik dan ramah ke semua orang! "
"Ya deh.  Gue mau lo bantu.  Plis bantu gue,  ya? "   Mendadak Vino bersikap manis pada Rara.  Rara hanya mengangguk.  "Siap.  Misi dimulai! "

หนังสือแสดงความคิดเห็น (87)

  • avatar
    Erna Wati

    mantap

    7d

      0
  • avatar
    asmidahnurshamidah

    sangat terhibur

    9d

      0
  • avatar
    Kurnia Adhi

    mantap

    29d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด