logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Tujuh

Tujuh
"Alex, kau sedang apa di sini? Aduh, bagaimana ini?" tukas Calista sambil berjalan mondar-mandir. Ia kemudian melihat pada pria yang masih terbaring telungkup di lantai tersebut.
"Sudahlah, ini semua adalah salahmu. Kau yang mengejutkan aku dan membuat aku ketakutan, jadi bukan salahku jika melakukan itu padamu," ucap Calista lagi sambil menuding pada Alex. Alex adalah teman Calista sejak kecil. Ayah Alex adalah sahabat dari ayahnya.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Rafe yang tiba-tiba datang. Meski telah pulang, ia masih cemas pada Calista. Karena itu, ia terus berjaga dengan waspada. Ia kemudian memutuskan untuk memeriksa keadaan Calista. Saat mendapati ada pintu kediaman Calista yang terbuka lebar, ia langsung bergegas memeriksa dan mendapati seorang pria tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.
"Siapa dia? Apa dia juga orang yang membencimu juga? Dia menyerangmu, benar, bukan? Kalau begitu, kita harus menelepon polisi," tukas Rafe.
"Tidak perlu menelepon polisi. Dia ini teman aku."
"Lalu, kenapa ...?"
"Ini adalah salah dia. Dia yang mengejutkan aku dan membuatku ketakutan," ucap Calista sambil menunjuk pada Alex.
Rafe menghela napas dan segera membantu memapah Alex menuju kursi.
***
Alex mengerjapkan matanya yang berwarna coklat keemasan berulangkali. Pandangan dia sedikit kabur dan kemudian makin jelas.
Ia melihat Calista duduk di hadapannya. Melihat dia dengan raut cemas.
"Apa yang terjadi? Kenapa ...?"
Alex berhenti bertanya. Ia telah ingat dengan yang terjadi. Calista telah memberi semprotan lada pada matanya dan memberi sengatan listrik di lehernya.
"Wah, kau benar-benar ... Ini benar-benar keterlaluan sekali."
"Maaf," pinta Calista dengan nada memohon dan raut wajah memelas. Ia bahkan sambil melipat tangan di depan dada.
"Tapi bukankah ini salahmu? Kenapa kau mengejutkan aku?"
"Bukankah kita telah biasa melakukannya sejak kecil?"
"Benar, tapi sekarang aku sedang ketakutan. Banyak orang yang melakukan teror padaku dan beberapa dari mereka cukup menakutkan. Orang-orang juga ada yang berniat jahat."
Raut wajah Alex seketika ikut berubah cemas.
"Calista, mungkin sebaiknya kau berhenti saja dan pulang ke rumah."
"Tidak, aku tidak berhenti. Ini adalah keinginanku untuk menjadi artis. Sekarang aku sudah terkenal. Mana bisa berhenti?"
"Baiklah, kalau begitu biar aku menjagamu."
"Kau bisa apa? Menjaga dirimu sendiri saja bahkan tidak bisa."
"Calista, kau terlalu meremehkan aku!" tegur Alex.
"Aku pasti bisa melindungimu. Meski harus berkorban nyawa, aku akan tetap melindungimu." Pria itu tampak begitu penuh semangat saat mengatakannya.
"Kalau kau berkorban nyawa, lalu bagaimana denganku? Orang-orang jahat juga tetap bisa melakukan keinginan mereka."
"Benar juga," sahut Alex sambil tertawa gugup dan menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Bagaimana jika aku mencarikan orang terbaik untuk melindungimu?"
"Aku sudah memilikinya."
Tepat setelah Calista mengatakan itu, Rafe keluar dari dapur sambil membawa secangkir teh hangat.
Alex langsung berdiri dan menuding Rafe.
"Si-apa? Siapa kau? Kenapa berada di sini?"
Rafe tidak menjawab, melainkan malah menyodorkan cangkir tersebut pada Alex.
"Ini kau minum dulu. Kepalamu pasti masih sedikit pusing."
"Aku tidak peduli dengan itu. Jawab saja pertanyaanku. Kau ini siapa?"
Calista ikut berdiri dan tersenyum tenang.
"Dialah orang yang kumaksud. Dia yang akan menjagaku."
***
"Lepaskan tanganku. Kau ini sedang apa? Sakit, tau!" tegur Calista dengan keras. Alex tengah menggamit tangannya dan setengah menyeret dia keluar dari rumah.
Alex berhenti melangkah dan melepaskan cekalan pada pergelangan tangan Calista. Calista kemudian mengusap tangannya yang terasa memerah.
"Apa sakit?" tanya Alex dengan penuh perhatian.
"Tentu saja sakit. Apa kau sudah tidak waras menyeret-nyeretku seperti itu?"
"Cali, ini bukan masalah aku waras atau tidak, tapi ini tentang dirimu. Apa kau tidak merasa kau yang sudah tidak waras?"
"Kenapa jadi aku yang tidak waras?"
"Orang waras seperti apa yang akan menampung pria di rumahnya?"
"Siapa bilang aku menampung dia? Dia itu bekerja padaku."
"Dia bekerja padamu, tapi kalian tinggal serumah. Bukankah itu ...?"
"Siapa yang bilang kami tinggal serumah?" potong Calista cepat.
"Lalu pria itu kenapa ada di tempatmu?"
"Dia itu kubayar untuk menjagaku. Jadi dia tinggal di sebelah tempat tinggalku. Dia sedang memeriksa karena berpikir aku mungkin ada masalah."
"Jadi dia memang pengawalmu?"
"Tentu saja."
Alex diam sejenak kemudian tersenyum. Namun sesaat senyum tersebut kemudian lenyap.
"Tetap saja kau tidak seharusnya memilih orang sembarangan."
"Aku tidak memilih sembarangan. Rafe memiliki kemampuan untuk pekerjaannya."
"Cali, di dunia ini begitu banyak orang jahat berpura-pura menjadi baik. Kau tidak bisa sembarangan ...."
"Aku tidak sembarangan. Aku, Andy, dan Val yang telah menyeleksi dia. Penilaian kami tidak akan salah."
"Baiklah, aku percaya pada kalian, tapi kurasa tetap saja kau seharusnya membiarkan aku atau ayahmu yang memilihkan orang untuk menjaga dirimu."
"Aku ini sudah dewasa. Aku tahu mana orang yang baik dan yang jahat. Aku tidak perlu kalian yang terus mengatur untukku."
"Cali, kau harus tahu ayah dan ibumu, juga aku selalu khawatir padamu."
"Aku baik-baik saja. Sekarang sebaiknya kau pergi saja."
"Cali ...."
"Sudah, kau pulang sana. Aku lelah," ucap Calista sambil bergegas masuk tanpa peduli lagi. Alex hanya menggeleng sambil berdecak kesal. Pria itu kemudian bergegas pergi dari sana.
***
"Jadi Calista menyuruhmu pergi?" tanya Tuan McGregor pada Alex. Pria muda tersebut hanya mengangguk. Tuan McGregor tersenyum kecil, putrinya memang keras kepala. Apa yang diputuskan, tidak pernah mudah untuk diubah.
"Saya rasa pria itu bukan pria yang baik. Calista terlalu lugu dan mudah percaya pada orang, meski orang tidak dikenal sekalipun, jika orang tersebut baik di depannya, pasti akan dibela mati-matian."
Tuan McGregor tersenyum makin lebar. Pria paruh baya itu tampak tengah fokus memotong daun-daun kering dan menyiram tanaman hias di depannya. Kebiasaan yang selalu dia lakukan setiap pagi.
"Kau sangat tahu sifat Calista. Sebelum kita bisa menunjukkan kesalahan orang tersebut di hadapannya. Ia pasti akan terus bersikeras membela. Jika kau tidak suka pengawal barunya itu, kau sebaiknya mencari tahu tentangnya."
"Aku bukan tidak suka, hanya saja ...."
Tuan McGregor terkekeh.
"Tidak perlu menyangkal. Kau memiliki perasaan pada putriku, aku telah mengetahuinya. Aku sangat merestui kalian. Gadis yang kausukai bersama pria lain sepanjang hari pasti kau akan merasa marah."
Alex hanya tertawa gugup. Tuan McGregor menepuk bahunya.
"Kau tenanglah. Aku juga putriku bersama pria yang tidak kukenal. Aku akan menyuruh orang mencari tahu tentang pengawal tersebut. Saat ada hal buruk padanya, bisa dibuka langsung pada putriku. Dia pasti akan langsung memecat pengawal tersebut."
Alex mengangguk sambil tersenyum lega. Kini ia telah merasa lebih tenang. Pria pengawal itu pasti tidak akan lama di sisi Calista.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (28)

  • avatar
    Qwinx T

    aku suka bangattt!!!

    11d

      0
  • avatar
    Apry Ana

    akun 3

    21/08

      0
  • avatar
    TuyulTopan

    keren bgt cerita nya

    17/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด