logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Empat

Empat
"Apa yang kaulakukan?" tanya Calista sambil bersidekap. Rafe menggeleng.
"Aku tidak sengaja melakukannya. Aku tidak tahu jika ia hanya mengantar makanan. Bukankah kau juga berkata untuk bersikap waspada?" Rafe justru balas bertanya.
"Jadi kau menyalahkan aku? Aku memang menyuruhmu untuk waspada, tapi tidak untuk menyerang penggemarku," ucap Calista sambil menatap tajam.
"Mana aku tahu kalau dia memang penggemarmu? Aku hanya tahu dia berniat mendekat dan membawa kotak itu. Karena itu, aku merasa curiga. Aku hendak memeriksa dan ia menolak, jadi aku ...."
"Terus saja berkelit meski sudah bersalah. Apa kau lupa bahwa di sini aku adalah orang yang memperkerjakanmu?* potong Calista cepat. Tatapan tajam masih ia arahkan pada pria itu.
Andy dan Val yang duduk dekat mereka saling melihat sejenak. Andy kemudian mengendikkan kepala pada Val. Gadis bertubuh kurus itu segera bangkit berdiri dan menghampiri Calista.
"Sudah, sudah, jangan bertengkar lagi. Ini semua ...."
"Semua adalah salahmu dan juga Andy," potong Calista cepat sambil menunjuk pada kedua orang tersebut.
Val segera diam, begitu pula Andy yang terpaku dengan pizza di tangan.
"Kalian ini menyebalkan semua," tukas Calista sambil keluar dari rumah sementaranya itu.
Rafe, Andy, dan Val saling melihat satu sama lain.
"Tenanglah, sikap dia memang seperti itu," ucap Andy pada Rafe sambil kemudian kembali memakan pizza-nya.
***
"Apa-apaan mereka itu? Mereka bahkan tidak berusaha membujukku. Pasti karena Rafe. Karena lulusan luar negeri, mereka menganggap dia lebih tinggi dariku. Apalagi wajah tampannya itu. Menyebalkan, semua pasti memuja dia," dumel Calista panjang pendek sambil terus berjalan.
Setelah berjalan kaki beberapa saat, Calista merasa lelah dan kakinya juga pegal. Ia kembali merutuk bahwa semua itu karena Rafe.
'Aku yang kesal, kenapa aku yang pergi?' ucapnya kemudian dalam hati sambil menggeleng.
Setelah beberapa saat, Calista baru menyadari bahwa ia bahkan tidak tahu di mana dirinya berada.
"Calista itu sangat mudah tersesat. Ia itu buta arah. Sebaiknya kau segera menyusul dia," ucap Val pada Rafe tidak lama setelah Calista keluar dari rumah. Rafe bergegas, tetapi saat di luar Calista tidak terlihat di manapun. Rafe segera pergi untuk mencari gadis itu.
***
'Mungkin ke arah sini,' ucap Calista dalam hati setelah beberapa saat. Namun kemudian ia berhenti berjalan setelah beberapa langkah. Rasanya jalan tersebut makin asing. Calista menggeleng dan berbalik untuk pergi dari sana. Namun beberapa pria bertubuh besar dengan tampang seram menghadang jalan dia.
"Hei, bukankah dia artis itu?" tukas salah seorang dari mereka.
"Benar, dia adalah artis itu," aahut seorang yang lain.
"Kalian tahu siapa aku? Kalau begitu, baguslah, tolong antarkan aku pulang," pinta Calista sambil tersenyum ramah. Orang-orang tersebut terbahak. Seorang yang berdiri dekat gadis itu segera menarik tangan Calista.
"Kalau begitu, ayo kita pulang sekarang!"
"Apa yang kalian lakukan? Lepas, lepaskan aku!" teriak Calista sambil meronta. Akan tetapi, para pria tersebut segera memegang tangan dia.
"Nona, ayo kita bersenang-senang. Sudah terlalu lama kami tidak bersama dengan gadis secantik dirimu."
"Kurang ajar, cepat lepaskan aku!"
"Nona,bukankah tadi kau sendiri yang ingin ikut dengan kami?"
"Tidak, aku tidak mau, lepaskan aku!" gertak Calista sambil terus meronta untuk melepaskan diri. Namun tetap saja hal tersebut tidak berhasil. Putus asa, Calista hanya bisa menangis dan memohon agar para pria itu membiarkan ia pergi. Namun mereka malah tertawa-tawa. Salah seorang dari mereka bahkan mengambil ponsel dan bersiap untuk mengambil gambar gadis itu.
"Kalian bersenang-senanglah, aku akan merekam kalian semua!" tukasnya.
"Setelah itu, aku yang akan bersenang-senang dengan dia."
Calista terus berteriak dan menangis. Ia juga meronta dan memohon. Akan tetapi, para pria yang telah dirasuki nafsu iblis tersebut tetap tidak melepaskan dia.
"Apa kalian bersenang-senang?" tanya sebuah suara. Mereka semua menoleh dan melihat Rafe berdiri tidak jauh dari mereka.
"Benar. Sebaiknya kau jangan mengganggu dan pergi saja. Lebih baik lagi jika kau berpura-pura tidak tahu hal ini," jawab salah seorang dari mereka.
Rafe tertawa mengejek sambil menggeleng.
"Bagaimana jika aku tidak mau pergi?"
Salah seorang segera maju dan menyerang Rafe dengan bogem mentah, tetapi dengan sigap pria tersebut berkelit. Rafe juga menangkis dan membalas serangan. Dengan cepat pula, ia menendang pria tersebut hingga jatuh terjengkang. Para pria yang lain segera maju dan ikut menyerang Rafe. Namun, mereka bukan tandingan bagi pria tersebut. Dalam sekejap, Rafe telah mengalahkan mereka. Para pria tersebut lari tunggang-langgang dari tempat itu.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Rafe sambil menghampiri Calista. Gadis itu hanya mengangguk sambil memeluk dirinya sendiri.
"Pakaianmu ...," tegur Rafe. Calista menunduk dan melihat kancing atas bajunya yang lepas. Segera ia berusaha merapatkan bagian yang terbuka dengan tangan gemetar. Rafe membuka jaket yang dikenakan dan menaruh pada punggung gadis itu.
"Kenakan saja ini," ucapnya. Calista diam beberapa saat. Tidak lama, ia mengangguk dan mengucap terima kasih pada pria itu. Calista segera memakai jaket Rafe. Jaket tersebut terasa begitu begitu besar dan hangat saat membungkus dirinya. Aroma musk yang dikenakan pria tersebut membuat dirinya makin merasa nyaman.
"Terima kasih," ucap Calista kemudian. Rafe hanya mengangguk. Rafe kemudian mendekat dan hal itu membuat Calista melangkah mundur. Namun Rafe segera menahan tangan gadis itu.
"Apa yang akan kaulakukan?" tanya Calista. Rafe tidak menjawab. Ia merapatkan jaket Calista dan menarik risleting jaket tersebut hingga menutup. Ia kemudian juga menaikkan tuduhg jaket ke atas kepala Calista.
"Terima kasih," ucap Calista lagi. Rafe kembali mengangguk.
"Maaf, aku sempat salah paham padamu." Calista kembali bicara.
"Tidak apa, ayo kita pulang saja," ucap Rafe sambil meraih tangan gadis itu.
Rafe dan Calista berjalan beberapa saat untuk kembali ke rumah mereka. Namun, di tengah perjalanan, para pria yang tadi menghadang langkah mereka. Mereka tampak membawa pisau di tangan masing-masing.
"Kau tadi mungkin bisa mengalahkan kami, tapi sekarang kau pasti tidak bisa menang melawan kami. Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum kami mengambil tindakan," gertak salah seorang dari mereka.
Rafe meraih tangan Calista yang membeku ketakutan.
"Baiklah, terima kasih, kami pergi dulu."
"Kau bermain-main dengan kami?" gertak pria yang berdiri paling depan. Ia begitu marah hingga langsung menyerang Rafe. Rafe berkelit menghindar. Ia kemudian balas meninju pipi pria tersebut. Pria bertubuh besar itu tersuruk mundur sambil meringis kesakitan. Ia kemudian mengusap darah yang mengalir keluar di sudut bibirnya.
"Kalian tunggu apa lagi? Cepat serang dia!" perintahnya pada yang lain. Para pria itu segera maju dan menyerang Rafe.





หนังสือแสดงความคิดเห็น (28)

  • avatar
    Qwinx T

    aku suka bangattt!!!

    11d

      0
  • avatar
    Apry Ana

    akun 3

    21/08

      0
  • avatar
    TuyulTopan

    keren bgt cerita nya

    17/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด