logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

7. hasrat Yang Terbakar

Aku melihat pantulan diriku didalam cermin. Sangat cantik. Wajah tirus, mata bulat yang besar —bening sepeti danau yang dalam dan jernih— dihiasi bulu mata yang panjang lentik. Semakin sempurna dengan hidung mancung dan bibir merah yang mungil.
Wajah itu sangat sempurna. Cantik dan mempesona. Kulit putih seperti salju juga menambah kecantikanku. Memiliki wajah dan tubuh sepeti boneka hidup. Terlihat sempurna dan bahagia.
Siapa yang menyangka. Wajah dan tubuh seindah ini. Terbanding terbalik dengan hati yang terluka. Penuh kebencian dan dendam. Hati dan jiwa ini tidak secantik paras yang terlihat.
"Tidak akan pernah kulepaskan mereka ...." Bisikku sambil tersenyum sinis pada cermin.
Hutang harus selalu dibayar. Apalagi mereka juga berhutang tiga nyawa pada kami. Sampai ke neraka pun akan kukejar. Apalagi mereka masih di dunia ini. Tersenyum dan bahagia.
"Akan kubakar mereka," kataku saat mas Lio memeluk dari belakang.
Dia memandangku bingung. Dia tentu saja tidak tau masa laluku dan masa lalu istrinya. Aku menyeretnya secara paksa. Membakar hasrat yang dia punya, sehingga menjadikannya bonekaku.
"Membakar siapa?" tanyanya bingung.
"Membakar hasratmu," kataku menggoda menyentuh rahang tegasnya sehingga berakhir di bibirnya yang penuh. Menyentuh dengan pelan sehingga bibir itu terbuka. Memperlihatkan giginya yang putih.
Aku tersenyum, lalu mengecup bibir itu. Segaja pelan, memancing hasrat yang selalu terbakar setiap sentuhanku di tubuhnya.
Laki-laki itu mudah sekali di taklukkan. Cukup mendekat, goda dan bakar hasratnya. Jadikan dia candu, akan sentuhan dan kehangatan. Lalu dia menjadi boneka yang selalu patuh.
Pahami, hilangkan jenuhnya. Penuhi fantasinya lalu, hasrat yang terbakar akan menjadi senjata ampuh. Mengendalikan, dan membuatnya lupa pada segalanya.
"Terkadang kamu begitu dekat, tapi selalu terasa jauh secara bersamaan," kata mas Lio mencium rambutku. Setelah membakar hasratnya. Aku tidak buru-buru bangkit dari peraduan. Aku masih memanjakannya, mendengar keluh kesahnya.
Semakin hari mas Lio semakin jatuh pada jurang yang kuciptakan. Kadang dia sadar, tapi membiarkan aku menjatuhkannya lebih dalam.
Seperti saat ini. Dia sadar jika aku membangun tembok pemisah yang tebal, tinggi dan kokoh. Aku tidak ingin seperti mama. Tidak ada laki-laki yang bisa menyakiti aku lagi.
Luka itu masih segar di hati dan ingatanku. Aku tidak akan jatuh pada penderitaan yang sama. Aku kuat, aku sudah membakar setiap hati dan nuraniku. Setiap saat aku membuang itu semua.
"Jauh bagaimana? Aku masih dalam pelukanku mas. Kamu menikmati tubuhku setiap hari." Pelan dan dalam kukatakan itu semua. Semua itu kuberikan pada mas Lio, tapi tidak dengan hatiku. Sedikitpun tidak kuberikan padanya.
Kuberikan keperawananku padanya. Kurendahkan harga diriku dengan menjadi pengoda. Setiap hari kurasakan rasa sakit dan hancur. Setiap kali dia menyentuhku. Membelai dan menikmati tubuhku.
"Rasanya sangat berbeda mawar."
"Panggil aku Nania. Aku tidak suka nama itu," kataku sambil mengecup bibirnya. Nama itu kutukan untukku.
Monster itu memberi nama mawar. Aku aku terjaga dan tetap memancarkan aroma wangi. Nyatanya aku busuk dan penuh noda.
"Aku suka namamu. Sangat mengambarkan jati dirimu." Mas Lio memandangku lekat. Beribu cinta ada dimatanya. Mata yang mencoba menyelami jiwaku.
Aku terlalu terlatih untuk ditebak. Jiwa ini sudah membangun tembok dan labirin yang menyesatkan siapa saja. Tidak akan ada yang bisa kamu dapatkan mas. Selain senyum palsu dan godaan pembakar hasrat.
"Nama yang cantik. Seperti aku, lihatlah betapa mata ini terpesona melihat cantiknya paras ini." Ku kecup matanya lalu tertawa dengan riang. Mempermainkan jiwa dan raganya terasa sangat menyenangkan.
Suatu saat mata itu akan menghilangkan kekagumannya. Pada saat itulah semua hal sudah terlambat.
Semuanya sudah hancur. Tidak ada yang akan kamu dapat. Atau kamu kembalikan. Tubuh dan kecantikan ini akan menghilang. Terbakar ke neraka bersama kehancuran.
"Lihat dan sentuh sepuasnya sekarang. Karena suatu saat dia akan menghilang sepeti debu."
Aku membiarkan mas Lio menebak-nebak. Dia laki-laki yang baik, tapi takdir mempertemukan ya denganku. Wanita hina yang jahat dan penuh dendam.
Saat pertama kali aku bertemu dengannya. Aku bisa melihat ketulusan dan kebersihan jiwanya. Namun jiwa seperti inilah yang mudah terjerat, walaupun dengan perjuangan berat.
Jiwa polos yang percaya akan tampilan kebaikan. Jiwa yang tidak sadar jika sedang dilahap kegelapan.
"Rasanya jika mas lengah sedikit saja. Kamu akan menghilang." Mas Lio memeluk tubuhku erat. Aku tau dia tidak hanya jatuh cinta pada paras cantik ini.
Dia mengikatku dengan pernikahan, tanda jika dia tidak main-main. Padahal aku mengajukan diri, menjadi wanita simpanannya. Tidak terikat dalam pernikahan.
Dia bisa menikmati aku sukanya. Tidak perlu memberiku status. Biarlah aku kotor dan penuh lumpur dosa.
Mas Lio menolak keras. Jika aku mau disisinya, statusku harus jelas. Bukan seperti kupu-kupu malam yang bisa dinikmati kapan saja. Setelah puas ditinggalkan.
Lihatlah begitu baiknya dia. Tapi aku mengubah menjadi suami dan ayah yang begis. Begitu kotor dan laknatnya aku.
"Memang aku bisa hilang kemana?" tanyaku sambil memaikan rambut-rambutnya yang mulia memanjang.
"Menghilang. Pergi ketempat yang tidak bisa kujangkau." Firasatmu tepat mas. Aku akan menghilang setelah semua ini berkahir.
Sebelum semua ini hutang dibayar. Aku akan tetap bersamamu menjerumuskanmu pada lubang dosaku.
Aku mengambil ponsel mas Lio. Mengirim pesan pada Linda agar datang kemari. Ayo kita buat penderitaan dan luka hati lebih dalam pada perempuan jalang itu.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (30)

  • avatar
    GnGPesalll

    makasih

    09/08

      0
  • avatar
    Intan Prmna

    bagus

    15/06

      0
  • avatar
    Rahayu ning Tiyas26

    Bagus banget

    14/03

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด